Kamis, 27 Oktober 2016

CARA MENGHINDARI SIKAP UJUB



CARA MENGHINDARI SIKAP UJUB

Oleh : Azwir B. Chaniago

Rasululllah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ada tiga perkara yang membinasakan : kebakhilan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan ujub (bangganya) seorang hamba terhadap dirinya sendiri” . (H.R. ath Thabrani dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Ibnul Mubarak berkata bahwa : Ujub adalah engkau merasa bahwa pada dirimu ada sesuatu (kebaikan, kelebihan) yang tidak dimiliki orang lain. Dan juga Ibnul Mubarak berkata : Aku tidak mengetahui pada orang orang yang shalat perkara yang lebih buruk dari pada ujub.

Bangga terhadap diri sendiri atau ujub bisa menjadi salah satu yang bisa merusak keikhlasan seseorang karena dia beribadah untuk memenuhi perasaan ujub atau rasa bangga dirinya terhadap orang lain. Ketahuilah bahwa ujub dapat mendatangkan kerendahan disisi Allah. Ini juga bisa membuat seseorang lupa terhadap aib dan kekurangannya sendiri. Bahkan bisa menjatuhkan seseorang kepada suatu yang lebih berat lagi yaitu kesombongan.  

Imam Abu Abdullah al Harits al Muhasibi (wafat di Baghdad 243 H), memberikan  nasehat tentang beberapa cara menghindari ujub terhadap orang lain.

Pertama : Janganlah kamu menjumpai seseorang dari umat manusia, kecuali kamu melihat dia memiliki keutamaan atau dirimu. Barangkali dia lebih baik darimu dan memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala.

Kedua : Apabila dia lebih muda, maka hendaknya kamu katakan pada dirimu : Orang ini belum pernah (sedikit) bermaksiat kepada Allah, sementara aku telah (banyak) berbuat maksiat kepada-Nya. Oleh karena itu aku tidaklah ragu bahwa dia adalah lebih baik daripada aku. Apabila dia lebih tua, maka hendaklah kamu katakan : Orang ini telah banyak beribadah sebelum aku.

Ketiga : Apabila dia seorang yang alim atau berilmu, maka hendaklah kamu katakan : Dia dianugerahi apa yang tidak dianugerahkan Allah kepadaku. Dia memperoleh apa yang tidak aku peroleh, dia mengetahui apa yang tidak aku ketahui. Dan dia beramal dengan ilmunya.

Apabila dia seorang yang bodoh maka hendaklah kamu katakan : Orang ini telah bermaksiat kepada Allah karena kebodohannya, karena tidak mengetahui. Sedangkan aku telah bermaksiat kepada Allah dengan ilmu yaitu aku mengetahuinya. Sementara itu aku tidak tahu dalam keadaan apa Allah mengakhiri hidupku dan dalam keadaan apa pula Allah mengakhiri hidup orang ini. (Dari Kitab al Mawa’izh Syaikh Shalih Ahmad asy Syami). 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (850)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar