Senin, 18 Januari 2016

MENYAMAR JADI PENGEMIS DEMI BELAJAR HADITS



MENYAMAR JADI PENGEMIS DEMI BELAJAR HADITS

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh sangatlah mengagumkan bagaimana semangat dan usaha para ulama terdahulu dalam mencari ilmu. Mereka berjalan dari satu tempat ketempat lain untuk belajar ilmu dari para  ulama yang telah mumpuni ilmunya. Sangatlah banyak rintangan dan kesulitan yang mereka hadapi tapi mereka tetap tegar demi mendapat ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dan juga orang lain.  

Mereka sangatlah paham tentang keutamaan  belajar ilmu diantaranya adalah sebagaimana sabda Rasulullah : “Maa min khaarijin kharaja min baitihi fii thalabil ‘ilmi illaa wa dha’at lahul malaa-ikatu ajnihatahaa ridhan bima yashna’. Tidak seorang pun yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu, kecuali para malaikat membentangkan sayap untuknya karena ridha atas apa yang dilakukannya. (H.R Imam Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam at Targhib). 

Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang keluar menuntut ilmu, ia berada dalam jalan Allah hingga ia kembali. (H.R Imam at Tirmidzi)  

Bahkan Allah Ta’ala akan mengangkat derajat orang berilmu. Allah berfirman : “Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantara kamu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S al Mujaadilah 11) 

Imam adz Dzahabi menceritakan kisah bagaimana seorang ulama mencari ilmu ke negeri yang sangat  jauh dengan berjalan kaki. Lalu harus menyamar sebagai pengemis agar bisa belajar hadits.

Diriwayatkan bahwa Baqi bin Makhlad al Andalusi, berjalan kaki dari negerinya yaitu Andalusia (Spanyol) menuju Baghdad, untuk belajar ilmu hadits dari Imam Ahmad bin Hambal.

Sesampai di Baghdad, kata Baqi bin Makhlad : Aku mencari rumah Imam Ahmad dan orang orang dengan mudah menunjukan kepadaku dimana rumah Imam Ahmad. Sesampainya di rumah Imam Ahmad (setelah memberi salam) lalu aku mengetuk pintu rumahnya. Dia keluar, lalu aku berkata : Wahai Abdullah, seseorang asing telah meninggalkan kampung halamannya. Ini adalah pertama kali aku datang ketempat ini. Aku ingin mempelajari hadits dan mengalungkan sunnah pada diriku. Tidak ada yang kutuju dari perjalanan ini selain engkau. Imam Ahmad berkata : Masuklah ke lorong dekat tiang ini  agar engkau tidak terlihat (oleh intel intel penguasa, pen.) 

Kemudian aku masuk dan dia berkata kepadaku : Dari mana asalmu ?. Jauh dari sebelah barat, jawabku. Dia kembali bertanya : Afrika ? Aku menjawab : Lebih jauh dari Afrika. Aku harus mengarungi lautan bila ingin pergi dari negeriku ke Afrika, negeriku Andalusia. Imam Ahmad berkata : Tempatmu sungguh jauh. Tidak ada yang lebih aku sukai dari pada menjamu orang seperti engkau. Akan tetapi aku berada dalam keadaan sedang diuji, mungkin engkau sudah mendengar hal ini.

(Catatan : Pada saat itu Imam Ahmad sedang berselisih dengan penguasa  Daulah Bani Abbasiah yang sedang berkuasa. Perselisihan ini dimulai tahun 198 H yaitu setelah meninggal Khalifah Harun al Rasyid dan digantikan oleh anaknya al Makmun Abu Ja’far bin Harun al Rasyid. Al Ma’mun dipengaruhi oleh aliran menyimpang yaitu Mu’tazilah pada hal di  zaman Khalifah Harun al Rasyid Mu’tazilah ini telah dibungkam. 

Perselisihan paling sengit antara Imam Ahmad dengan penguasa  yang dipengarui oleh Mu’tazilah adalah : Penguasa menetapkan bahwa al Qur-an adalah makhluk sedangkan Imam Ahmad berpendapat dengan dalil dalil yang benar dan sangat kuat bahwa al Qur-an  bukanlah makhluk tapi Kalamullah.
Akhirnya Imam Ahmad mendapat berbagai hukuman diantaranya adalah  diboikot yaitu dilarang keras untuk mengajarkan ilmu kepada siapapun. Itulah  diantara ujian berat yang pernah dialami Imam Ahmad, pen.)    
   
Aku berkata : Ya aku telah mendengar bahwa engkau sedang mendapat ujian. Engkau sedang diboikot tidak boleh mengajarkan ilmu kepada siapapun. Lalu aku mengusulkan : Di negeri ini tidak ada orang yang kenal denganku. Jika engkau mengizinkan aku akan datang setiap hari ke sini dengan penampilan seperti seorang pengemis. Ketika sampai di pintu aku akan berkata seperti apa yang biasa dikatakan pengemis. Kemudian engkau keluar. Kalau engkau mengajarkan satu hadits saja setiap harinya, itu sudah cukup bagiku. 

Imam Ahmad berkata kepadaku : Baiklah, aku setuju, dengan syarat engkau tidak menceritakannya kepada siapapun dan tidak juga kepada para ahli hadits. Kukatakan : Aku memegang syarat yang engkau berikan. 

Kemudian aku  mencari sebuah tongkat dan membalut kepalaku dengan sehelai kain yang sudah sangat lusuh. Aku tampil sebagaimana layaknya seorang pengemis. Lalu setiap hari aku datang  kerumah Imam Ahmad dan didepan rumahnya aku berteriak : Kasihanilah aku ! Semoga Allah merahmati engkau. 

Kemudian Imam Ahmad keluar dan mengajakku masuk. Dia segera menutup pintu dan mengajarkan aku dua tiga hadits bahkan terkadang lebih banyak. Itulah yang aku lakukan terus menerus hingga aku bisa belajar dan mendapatkan banyak   hadits yang  aku bawa pulang   kenegeriku yang jauh, Andalusia. (Dari Kitab Siyar A’lam an Nubala’)

Begitulah salah satu contoh bagaimana usaha dan semangat orang orang terdahulu dalam mencari ilmu sehingga mereka menjadi orang orang yang lebih ‘alim dibanding kita. Ilmunya jadi bermanfaat bagi dirinya dan bermanfaat pula bagi orang lain. 

Semoga  kisah ini menambah semangat kita untuk senantiasa belajar ilmu syar’i dan ilmu ilmu yang bermanfaat bagi kaum muslimin. Wallahu A’lam. (544)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar