Sabtu, 16 Januari 2016

BERSYUKURLAH JIKA MAMPU BANYAK BERIBADAH



BERSYUKURLAH JIKA TELAH MAMPU BANYAK BERIBADAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Manusia diciptakan Allah Ta’ala adalah untuk beribadah, mengabdi atau menyembah kepada-Nya. Allah berfirman : “Wamaa khalaqtul jinna wal insa illa liya’buduun”. Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzaariat 56). Dan tentulah menjadi keinginan dan cita cita setiap hamba untuk banyak beribadah agar dapat membawa bekal yang bermanfaat ke akhirat kelak.

Namun demikian perlu diingat bahwa  seorang hamba  yang telah merasa banyak beribadah janganlah pernah merasa ujub dan sombong dengan ibadah yang telah dilakukan karena :  (1) Kita hanya bisa beribadah  dengan karunia Allah semata. (2) Sungguh amal ibadah yang telah kita lakukan tentu belum seberapa jika dibanding dengan ibadah orang lain apalagi  dengan ulama ulama salaf. (3) Masih sangatlah banyak ibadah ibadah sunnah yang kita belum mampu melakukannya. (4) Tidak ada yang menjamin bahwa kita akan bisa istiqamah dalam beribadah. (5) Sungguh kita tidak tahu berapa banyak dosa yang telah kita lakukan sehingga memakan pahala ibadah. 

Oleh karena itu maka sikap terbaik bagi seorang hamba yang telah mampu melakukan  banyak ibadah kepada Allah Ta’ala  adalah bersyukur atas taufik dan karunia dari-Nya. Selain itu, banyaklah berdoa agar istiqamah dalam beribadah Diantara doa yang diajarkan Nabi adalah : Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbii ‘alaa diinika”. Wahai Rabb yang membolak balikkan hati, teguhkanlah hatiku  pada agama-Mu. (H.R at Tirmidzi)

Selain itu, seorang hamba janganlah meremehkan orang yang lain yang sepintas terlihat jarang beribadah dan melakukan amal shalih. Sungguh kita tidak mengetahui keadaan sebenarnya dari seseorang karena kita tidaklah bersama mereka setiap saat. Bisa saja dia memiliki ibadah ibadah terbaik yang kita tidak mengetahuinya. Ada juga kemungkinan saat ini dia lalai beribadah tapi beberapa waktu kemudian dia mendapat hidayah, bertaubat dan melakukan amal shalih dengan sungguh sungguh.  

Imam Ibnul Qayyim al Jauziah mengingatkan kita tentang hal ini dengan beberapa contoh. Beliau berkata :

Pertama : Apabila Allah membukakan bagimu taufik untuk menegakkan shalat malam maka jangan engkau memandang kepada orang orang yang terlelap dalam tidurnya (tidak shalat malam) dengan pandangan yang meremehkan.

Kedua : Dan apabila Allah membukakan bagimu taufik untuk berpuasa (puasa sunnah) maka janganlah engkau memandang kepada orang orang yang tidak puasa (puasa sunnah) dengan pandangan yang meremehkan.

Ketiga : Dan apabila Allah membukakan taufik bagimu dengan jihad maka janganlah engkau memandang kepada orang orang yang tidak turut terjun langsung berjihad dengan pandangan yang meremehkan. 

Beliau melanjutkan : Bisa jadi terkadang orang yang terlelap dalam tidurnya dan orang yang tidak berpuasa (puasa sunnah) dan orang yang tidak turut berjihad justru lebih dekat kepada Allah dari pada engkau.

Dan sesungguhnya engkau menjadi seorang yang bermalam dengan terlelap dalam tidurmu dan engkau terbangun dipagi hari dalam keadaan (engkau) menyesal (karena engkau menghabiskan malam dengan tidur) jauh lebih baik daripada engkau mengarungi malam dengan berdiri dalam shalat tetapi ketika datang waktu pagi, kemudian engkau merasa sombong dan ujub. Karena sebuah amalan itu tidak akan terangkat naik bagi orang orang yang sombong. (Kitab Minhaajus Saalikin).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (543).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar