Jumat, 01 Januari 2016

JANGAN MENGABAIKAN AMANAH



JANGAN MENGABAIKAN AMANAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh menjaga dan menunaikan amanah adalah merupakan kewajiban yang tidak boleh diabaikan atau dilalaikan sedikitpun oleh seorang hamba. Allah Ta’ala berfirman :  “Innallaha ya’murukum an tu-addul amaanaati ilaa ahlihaa”. Sungguh Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. (Q.S an Nisa’ 58).

Syaikh as Sa’di berkata : Amanah itu adalah setiap hal yang dipercayakan kepada seseorang dan ia diperintahkan untuk menunaikannya. Allah memerintahkan hamba hamba-Nya agar menunaikan amanah, maksudnya secara sempurna dan penuh. Tidak dikurangi, dicurangi dan tidak pula diulur ulur. Termasuk dalam amanah di sini adalah amanah kekuasaaan, harta, rahasia rahasia dan perintah perintah yang tidak diketahui kecuali Allah semata. 

Sesungguhnya para ahli fikih telah menyebutkan bahwa barangsiapa yang diserahkan kepadanya suatu amanah maka ia wajib menjaga amanah itu pada suatu tempat yang patut. Mereka berkata : Karena sesungguhnya tidaklah mungkin dapat ditunaikan kecuali dengan menjaganya maka wajiblah hal itu dilakukan.

Dan firman Allah : “Kepada yang berhak menerimanya” adalah sebuah dalil bahwa tidaklah diserahkan dan ditunaikan kepada selain orang yang berhak menerimanya dan wakil orang terebut adalah dalam posisi pemberi amanah. Apabila ia menyerahkannya kepada salain orang yang berhak menerimannya maka ia tidaklah dikatakan telah menunaikannya. (Tafsir Karimir Rahman).

Imam Ibnu Katsir berkata : (Dalam ayat ini) Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia memerintahkan untuk menunaikan amanat kepada ahlinya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disebutkan bahwa Rasulullah bersabda : “Tunaikanlah amanah kepada yang memberikan amanah dan jangan khianati orang yang berkhianat kepadamu”. 

Hal ini mencakup seluruh amanah yang diwajibkan bagi manusia, berupa hak hak Allah terhadap hamba-Nya, seperti shalat, zakat, puasa, kafarat nadzar dan yang lainnya. Kesemuaannya adalah amanah yang diberikan tanpa pengawasan hamba-Nya yang lain. Serta amanah yang berupa hak hak sebagian hamba dengan hamba yang  lain seperti titipan yang  kesemuaannya adalah amanah yang dilakukan tanpa pengawasan saksi. Itulah yang diperintahkan Allah Ta’ala untuk ditunaikan.

Barangsiapa yang tidak melakukannya di dunia ini maka akan dimintai pertanggung jawabannya di hari Kiamat. (Tafsir Ibnu Katsir).   

Ketahuilah bahwa seseorang yang mengabaikan amanah yang dibebankan kepadanya berarti dia telah mencederai keimanannya dan dia telah merugi karena amanah adalah merupakan  salah satu indikasi orang beriman yang beruntung. Allah berfirman : “Walladziina hum liamaanaatihim wa ‘ahdihim raa-uun”.  (Dan sungguh beruntung orang orang yang beriman) orang orang yang memelihara amanat amanat dan janjinya (Q.S al Mu’minuun 8). 

Syaikh as Sa’di berkata : Maksud (ayat ini)  adalah mereka memperhatikan, menjaga lagi memelihara amanah. Sangat bersemangat untuk menjalankan dan menegakkan (amanah).   Lihat Tafsir Karimir Rahman.

Dalam surat an Anfal ayat 27, Allah Ta’ala mengingatkan orang orang yang beriman agar tidak mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadanya. Allah berfirman : “Walaa takhuunuu amaanaatikum wa antum ta’lamuun” Janganlah kamu mengkhianati amanah amanah yang dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui.

Syaikh as Sa’di berkata : Barangsiapa menunaikan amanat, maka dia berhak mendapatkan pahala yang besar dari Allah. Dan barangsiapa mengkhianatinya dan tidak menunaikannya, maka dia berhak mendapatkan adzab yang keras dan dia menjadi pengkhianat Allah, Rasulullah dan amanatnya itu sendiri. Dia menodai dirinya sendiri karena dia telah mengambil sifat terburuk dari ciri terjelek yaitu khianat serta mengabaikan sifat yang paling baik dan sempurna yaitu (menunaikan) amanat. 

Oleh karena itu maka seorang beriman haruslah menjaga amanah yang diberikan kepadanya agar dia beruntung dengan mendapat pahala yang besar. Jika dia tidak amanah maka  bisa jatuh menjadi orang munafik karena Rasulullah telah menjelaskan bahwa salah satu tanda munafik adalah jika dipercaya ia berkhianat.

Rasulullah bersada: “Ayatal munaafiqi tsalatsun, idzaa haddatsa kadzaba wa idzaa wa ‘ada akhlafa, wa idzaa tumina khaana”. Tanda tanda orang munafik itu ada tiga, jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar dan jika dipercaya ia berkhianat (Mutafaq ‘alaihi). 

Ketahuilah bahwa munafik adalah seburuk buruk sifat manusia. Sungguh Allah akan memberikan hukuman yang berat bagi mereka yaitu dengan menempatkannya pada neraka yang paling rendah. Allah berfirman : “Innal munaafiqiina fid darkil asfali minan nari walan tajida lahum nashiiraa”. Sungguh orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. (Q.S an Nisaa’ 145). 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (526)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar