Kamis, 14 Mei 2015

MENGEJAR DUNIA DAN AKHIRAT ?



MENGEJAR DUNIA DAN AKHIRAT ?
Oleh : Azwir B. Chaniago
Ada satu riwayat yang masyhur dan dikatakan sebagai suatu hadits dan sering  dibawakan oleh guru guru kita dalam beberapa tausiah yaitu : “Ruwiya ‘an ‘abdillah ibni ‘amrubnil ‘ash, Qaala : Qaala rasulullahi salallahu ‘alaihi wasallam : ‘Imal ladun-yaka ka -annaka ta’isyu abadan, wa’mal liaakhiratika ka-annaka tamuutu ghadan”. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash bahwa Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Beramalah (bekerjalah) untuk duniamu seakan akan kamu akan hidup selamanya. Dan beramallah untuk akhiratmu seakan akan kamu akan mati besok. 
Para ulama  telah memberikan penilaian terhadap kedudukan hadits ini, diantaranya adalah :
Pertama : Hadits ini disebutkan oleh Abdullah bin Mubarak dalam Kitab az Zuhd, dari Muhammad bin Ajlan dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash yaitu ucapan yang semakna dengan hadits diatas. Sanad riwayat ini lemah karena terputus. Muhammad bin ‘Ajlan tidak bertemu dengan Abdullah bin Amr bin ‘Ash. (Lihat Silsilah Ahaaditsidh Dha’ifah wal Maudhu’ah).
Kedua :  Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, seorang ahli hadits abad ini berkata : Hadits ini   tidak ada asal usulnya secara marfu’ dari Rasulullah, meskipun riwayat ini sangat populer diucapkan dikalangan kaum muslimin zaman sekarang. (Kitab Silsilah hadits Dha’if dan Maudhu’)
Ketiga : Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, seorang ulama besar dari Saudi, berkata : Ucapan ini diriwayatkan sebagai hadits dari Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam, pada hal bukan hadits. Yang benar adalah bahwa pernyataan di atas diriwayatkan dari ucapan sahabat Abdullah bin Amr bin ‘Ash, itupun dengan periwayatan yang lemah. (Majmu’ Fatawa Syaikh Utsaimin).

 
Selanjutnya, jika ditinjau dari segi matan atau redaksi hadits, maka akan didapati paling tidak tiga keadaan : 
Pertama : Jika manusia merasa akan hidup selamanya maka sangat dikhawatirkan mereka akan berlomba habis habisan untuk mencari dunia dengan segala perhiasan dan kenikmatannya. Bahkan dengan berbagai cara. Bukankah manusia itu memiliki nafsu yang cenderung kepada keburukan.

Yang kita lihat kenyataan bahwa manusia itu sudah tahu bahwa sewaktu waktu dia pasti mati, tetapi tetap saja banyak diantaranya yang serakah untuk mencari dan mengumpulkan harta dunia dan lalai terhadap akhirat. Apalagi kalau terbesit dipikirannya bahwa dia akan hidup selamanya. Tentu mereka semakin bersemangat mengejar dunia dan akhirnya mengabaikan akhirat.

Pada hal dunia itu lebih hina dari bangkai. Rasulullah bersabda : “Fawallahi ladun-yaa ahwanu ‘alallahi min hadzaa ‘alaikum”  Demi Allah, sungguh dunia itu lebih hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian (H.R Imam Muslim) 

Kedua : Yang tampak dari matan hadits yang lemah bahkan palsu ini, adalah kesan yang berlebihan untuk mendorong manusia mengejar dunia dan berusaha sekeras mungkin untuk bisa meraihnya. Pada hal secara asal, syariat Islam mengajarkan untuk mengambil secukupnya saja dari dunia ini. Tapi sebaliknya haruslah tetap bersemangat dan tidak pernah merasa puas untuk mendapatkan keutamaan akhirat sebagaimana jalan hidup para sahabat dan orang orang yang mengikutinya dengan baik.

Allah berfirman : “Wabtaghi fiimaa aataakallahud daarul aakhirah, wa laa nashiibaka minad dun-ya” Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (urusan) dunia. Q.S al Qashash 77). 

Syaikh as Sa’di berkata : (Dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari duniawi) maksudnya adalah : Allah tidak memerintahkan agar kamu menyedekahkan seluruh harta kekayaanmu sehingga engkau menjadi terlantar. Akan tetapi berinfaklah untuk akhiratmu dan besenang senanglah dengan harta duniamu dengan tidak merusak agamamu dan tidak pula membahayakan akhiratmu. (Kitab Tafsir Kariimir Rahman).

Ketiga : Syaikh al Albani berkata : Saya tidaklah merasa yakin bahwa di dalam ajaran Islam ada seruan yang berlebihan agar manusia tenggelam dalam mencari penghidupan dunia. Bahkan yang ada justru sebaliknya. Ratusan hadits shahih menjelaskan agar manusia menggunakan waktunya untuk banyak beribadah dan waspada agar tidak tenggelam dalam kenikmatan dunia. Sebagai misal adalah sabda   Rasulullah : “ Maa qalla wa kafa khairun mimmaa katsura wa alhaa”  Sesuatu (harta dan perhiasan dunia) yang sedikit dan mencukupi lebih baik daripada yang banyak dan melalaikan (dari berdzikir kepada Allah). Lihat Silisilah hadits Dha’if dan Maudhu’, Syaikh al Albani).

Semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (314)



 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar