Rabu, 13 Mei 2015

MEMBANGGAKAN NASAB



ADAKAH MANFAAT MEMBANGGAKAN NASAB

Oleh : Azwir B. Chaniago

Ada diantara manusia yang membanggakan nasab atau keturunan. Mungkin karena  merasa keturunan bangsawan, darah biru ?, keturunan kaum terpandang, keturunan orang orang berilmu  atau yang lainnya.

Bahkan ada yang merasa bahwa membanggakan nasab adalah sesuatu yang terpuji. Diantaranya mereka berdalil dengan firman Allah : “Wa rafa’a ba’dhakum fauqa ba’dhin darajaatin”  Dan Dia telah mengangkat sebagian kamu di atas sebagian yang lain beberapa derajat. (Q.S al An’am 165). 

Dan juga sabda Rasulullah : “Sesungguhnya Allah,  telah memilih Ismail dari anak Nabi Ibrahim, memilih Bani Kinanah dari anak Ismail, memilih Quraisy dari Bani Kinanah, memilih Bani Hasyim dari Quraisyi dan memilihku dari Bani (anak cucu) Hasyim”  (H.R Imam at Tirmidzi dan Imam Ahmad)

Tentang hal ini, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin memberikan fatwa : 

Pertama : Itu tidak benar sepenuhnya, sebab berbangga bangga hanya dengan sekedar keturunan itu tidak boleh. Rasulullah telah bersabda : “La yanthiyanna aqwamamun yaftakhiruuna bi aabaa-ihimul ladzina maatuu, au layakuunanna  ahwana ‘alallahi minal ju’alil ladzii yudahdihul khiraa-a bi anfihi” Hendaklah semua kaum berhenti membangga banggakan moyang mereka yang telah mati, atau jika tidak, niscaya mereka akan menjadi lebih hina bagi Allah daripada kumbang kotor yang mengorek kotoran dengan hidungnya. (H.R Imam at Tirmidzi).

Kedua : Jadi, berbangga bangga dengan keturunan itu termasuk perilaku jahiliyah. Dan Rasulullah telah bersabda : “Innallaha qad adzhaba ‘ankum ‘uiyibbatal jaahiliyati wa fakhrahaa bil aabaa-i, innamaa huwa mu’minun taqiyya wa faajirun syaqiyya, annaasu kulluhum banuu aadamu khuliqa min turaabin” Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian belenggu jahiliyah dan kebanggaannya dengan moyang  mereka. Sesungguhnya (yang ada adalah) seorang mukmin yang bertakwa atau seorang durhaka yang sengsara. Manusia semua adalah anak cucu Adam, sedangkan Adam diciptakan dari tanah (H.R Imam at Tirmidzi dan Abu Dawud). 

Beliau juga bersabda : “Arba’un fii ummatii min amril jahiliyyati laa yatrukuna hunna, al fakhru fiil ahsaabi waththa’nu fil ansaabi wa istisqaa-u bin nujuumi wan niyahah”. Ada empat perkara yang masih ada pada umatku yang termasuk perilaku jahiliyah yang tidak akan mereka tinggalkan, yaitu membanggakan nenek moyang, mencela kerabat, meminta hujan dengan bintang dan meratapi kematian (H.R Imam Muslim).

Ketiga : Ini adalah cercaan (dari Rasulullah) terhadap membangga banggakan keturunan (nasab). Yang demikian itu karena sesungguhnya manusia menjadi mulia hanya karena amal perbuatannya. Tidak akan berguna baginya kemuliaan bapak bapak mereka terdahulu. 

Rasulullah bersabda : “Man batha-a bihi ‘amaluhu lam yusri’ bihi nasabuhu”. Barangsiapa yang amalnya kurang, maka nasabnya tidak akan mempercepat dirinya (untuk mencapai derajat yang tinggi). (H.R Imam Muslim).

Seseorang penyair berkata  :
“Jika anda berbangga bangga dengan suatu kaum yang mempunyai kemuliaan.
Maka kami katakan : Anda benar, akan tetapi sungguh amat buruk sekali anak cucu mereka”.

Keempat : Sedangkan maksud derajat yang disebut di dalam ayat suci diatas (Q.S al  An’am 165) adalah keutamaan keutamaan yang tampak, seperti ilmu, zuhud, ibadah, kedermawanan, keberanian dan lain lain yang serupa dengannya.
Sebab Allah akan mengangkat derajat orang orang yang memiliki keutamaan keutamaan tersebut di dunia dan di ahirat, sebagaimana firman-Nya : “Yarfa’illahul ladziina aamanuu minkum walladzina uutul ‘ilma darajaatin” Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantara kamu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Q.S al Mujaadilah 11).

Kelima : Sedangkan yang dimaksud oleh hadits di atas adalah bahwasanya Nabi Muhammad dipilih oleh Allah Ta’ala dari keturunan orang orang Arab yang paling mulia dan paling terkenal. Sehingga spiritualnya menjadi lebih mantap dan mudah untuk dibenarkan dan diikuti ajarannya karena ia dikenal berasal dari suatu kabilah yang mempunyai nama dan kedudukan yang tinggi. Semua itu akan lebih mudah untuk menjadi manusia yang dipercaya.
Namun demikian, kemuliaan tersebut tidak ada gunanya bagi anggota kabilah beliau lainnya seperti paman paman yang tidak mengikuti ajaran beliau.  Diantaranya adalah Abu Lahab yang disebut oleh Allah dalam firman-Nya : “Tabbat yadaa abii lahabin watabb” Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan dia pun celaka. (Q.S al Masad 1).

Seorang penyair berkata :
Sungguh  manusia itu tidak berarti kecuali karena agamanya. Maka jangan engkau abaikan takwa karena bersandar pada nasab.
Sesungguhnya Islam telah mengangkat martabat Salman al Farisi. Dan kesyirikan benar benar telah membuat hina Ab Lahab.

Wallahu A’lam. Semoga Salawat dan Salam, Allah curahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.  (312)                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar