Sabtu, 11 Maret 2023

LEVEL IMAN SESEORANG BISA TERGAMBAR DARI LISANNYA

 

LEVEL IMAN SESEORANG BISA TERGAMBAR DARI LISANNYA

Diiusun oleh : Azwir B. Chaniago

Lisan adalah salah satu anugerah yang besar dari Allah Ta'ala. Dengan lisan manusia bisa berbicara, berkomunikasi dengan sesamanya dalam pergaulan dan berbagai aktifitas  sehari hari. Sungguh kita tidak bisa membayangkan betapa sulitnya kehidupan ini jika kita tak punya lisan untuk berbicara.

Bahwa sifat dari satu nikmat dari Allah Ta'ala bukan hanya sekedar dimanfaatkan tetapi ADA KEWAJIBAN BERSYUKUR TERHADAP NIKMAT ITU. Sungguh Allah Ta'ala ridha kepada hamba hamba-Nya yang bersyukur.  Allah Ta'ala berfirman :

    وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ ۗ

Jika kamu bersyukur Dia (Allah Ta’ala) MERIDHAI kesyukuranmu itu. (Q.S az Zumar 7).

Diantara tanda bersyukur adalah menggunakan nikmat itu sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala yang telah memberi nikmat yaitu dengan memenuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Ketahuilah bahwa sungguh Rasulullah Salallahu alaihi Wasallam telah mengingat tentang menjaga lisan sebagaimana sabda beliau :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam. (Mutafaq ‘alaihi).

Imam an Nawawi berkata : Apabila salah seorang dari kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut benar-benar baik dan berpahala, baik dalam membicarakan yang wajib maupun sunnah, silahkan ia mengatakannya. Jika belum jelas baginya, apakah perkataan itu baik dan berpahala atau perkataan itu tampak samar baginya antara haram, makruh dan mubah, hendaknya dia tidak mengucapkannya.

Berdasarkan hal ini, maka perkataan yang mubah tetap dianjurkan untuk ditingggalkan dan disunnahkan menahan diri untuk tidak mengatakannya, karena khawatir akan terjerumus kepada perkataan yang haram dan makruh. Inilah yang sering terjadi (Syarah Shahih Muslim).

Umar bin Khaththab berkata : “Semoga Allah merakhmati orang yang menahan diri dari banyak berbicara dan lebih mengutamakan banyak beramal”. (Uyun al Akhbar, Ibnu Taimiyah).

Dari zhahir hadits ini, pertama sekali ada faedah yang bisa diambil, diantaranya bahwa BERKATA YANG BAIK ATAU DIAM bukanlah sekedar masalah etika berbicara tapi terkait dengan iman. Lihatlah lafazh hadits ini : “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir”. Jadi jika kita melihat seseorang tidak menggunakan lisannya dengan baik, sering berbicara kotor, jorok, menyakiti orang lain, berbicara sesuka hawa nafsunya maka itu ADALAH SALAH SATU GAMBARAN TENTANG IMANNYA YANG PERLU DIPERBAIKI.

Sebagai penutup tulisan ini, dinukil satu hadits dari Abu Hurairah :

إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان الله , لا يلقي لها بالا , يرفعه الله بها درجات , و إن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله , لا يلقي لها بالا يهوي بها في جهنم

Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. 

Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan TERSEBAB PERKATAAN TERSEBUT DIA DILEMPARKAN KE DALAM API NERAKA.  (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Wallahu A'lam. (2.952).

    

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar