Rabu, 22 Maret 2017

TIDAK BOLEH TERPEDAYA DENGAN KEHIDUPAN DUNIA



TIDAK BOLEH TERPEDAYA DENGAN KEHIDUPAN DUNIA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh sangatlah banyak peringatan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya kepada hamba hamba-Nya agar tidak mengutamakan dunia.  Peringatan peringatan itu bermaksud agar manusia tidak tertipu dengan kehidupan dunia yang  sementara, fana. Akhirat itu tak sebanding sedikitpun dengan dunia.  Allah berfirman :  “Walal aakhiratu khairul laka mina uula”  Dan sungguh yang kemudian itu lebih baik bagimu dari pada yang permulaan (Q.S ad Duhaa 4). 

AllahTa’ala memperingatkan pula bahwa dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan yang sementara saja. Allah berfirman : “Wa maa haadzihil hayaatud dun-yaa illaa lawun wa la’ibun, wa innad daaral akhirata lahiyal hayawaan. Lau kaanuu ya’lamuun”. Dan kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya sekiranya mereka mengetahui. (Q.S al Ankabut 64).

Ketahuilah bahwa sesuatu yang namanya senda gurau ataupun permainan hakikatnya adalah tidak berharga. Dan kehidupan dunia ini dinamakan dunia karena rendah dan hina, karena salah satu makna dun-yaa  adalah rendah atau hina. Kehidupan dunia adalah sesuatu yang sedikit dan kecil, jadi tidak memiliki harga.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membuat perbandingan antara dunia dan akhirat. Perbandingan antara keduanya bagaikan seseorang yang mencelupkan jarinya ke dalam lautan, maka dunia bagaikan setetes air yang melekat pada jari-jarinya itu. Al-Mustaurid bin Syaddad  berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kamu yang mencelupkan jari tangannya ini  (perawi bernama Yahya menunjuk jari telunjuk)  ke lautan, lalu hendaklah dia perhatikan apa yang di dapat pada jari tangannya”. (H.R Imam Muslim, no. 2858).

Tetapi ternyata manusia memang memiliki kecendrungan bahkan kecintaan kepada perhiasan dunia. Allah berfirman : “Dijadikan terasa indah dalam pandangan mansia cinta terhadap apa yang diinginkan berupa perempuan perempuan, anak anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”.  (Q.S Ali Imran 14).

Tentang ayat ini, Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala mengabarkan dalam ayat ini tentang kondisi manusia ketika mendahulukan dunia atas akhirat. Lalu Allah Ta’ala menjelaskan perbedaan yang besar dan ketidaksamaan antara kedua alam tersebut. Allah mengabarkan bahwa manusia dihiasi dengan perkara perkara tersebut hingga mereka meliriknya dengan mata mereka, dan mereka ilusikan manisnya dalam hati mereka. Jiwa jiwa mereka terbuai dalam kenikmatan kenikmatannya.

Dan setiap kelompok dari manusia itu condong kepada salah satu jenis dari jenis jenis kenikmatan tersebut. Dan sebenarnya mereka telah menjadikannya sebagai cita cita terbesar mereka dan puncak dari pengetahuan mereka. Padahal itu semua hanyalah kenikmatan yang sedikit yang akan lenyap dalam waktu yang sekejap. (Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

Allah Ta’ala telah mengingat agar hamba hamba-Nya jangan sampai  terpedaya dengan kehidupan dunia yaitu diantaranya disebutkan dalam firman-Nya :\

(1) “Fa laa taghurannakumul hayaatud dun-ya wa laa yaghurannakum billahil gharuur” Maka janganlah sekali kali kamu terpedaya oleh kehidupan dunia dan jangan sampai kamu terpedaya oleh penipu dalam (mentaati) Allah. (Q.S Luqman 33).

(2) “Ya aiyuhan naasu inna wa’dallahi  haqqun, fa laa taghurannakumul hayaatud  dun-yaa. Wa laa yaghurannakum billahil gharuur”.Wahai manusia !. Sungguh janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (syaithan) yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah.  (Q.S Faatir 5).

Oleh karena itu jangan terpedaya pada kehidupan dunia dengan segala harta dan perhiasannya. Kejarlah negeri akhirat dengan segala kenikmatannya. Jadikan akhirat sebagai tujuan. Ambillah dunia sekedar kebutuhan untuk bekal menuju negeri akhirat yang abadi.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa menjadikan akhirat sebagai tujuan adalah cara yang terbaik dalam menjalani kehidupan  ini. Karena Allah Azza wa Jalla akan memberikan berbagai kemudahan bagi orang yang berbuat demikian, sebagaimana disebutkan dalam sabda beliau : Dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa akhirat menjadi tujuannya (niatnya), niscaya Allâh akan menjadikan kekayaannya di dalam hatinya, Dia akan mengumpulkan segala urusannya yang tercerai-berai, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan hina. 

Dan barangsiapa dunia yang menjadi tujuannya (niatnya), niscaya Allah akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya, Dia akan mencerai-beraikan segala urusannya yang menyatu, dan tidak datang kepadanya dari dunia kecuali sekadar yang telah ditakdirkan baginya”. (H.R at Tirmidzi no. 2465. Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini shahih lighairihi. Lihat Shahih at Targhib wat Targhib, no. 3169)

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (996)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar