Kamis, 09 Maret 2017

DOA UNTUK ORANG MUNAFIK TAK BERMANFAAT



DOA UNTUK ORANG MUNAFIK TAK BERMANFAAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Abdullah bin Ubay bin Salul adalah tokoh munafik Madinah pada zaman Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam. Dia memang mengaku Islam. Kalau istilah sekarang ber-KTP Islam. Dia juga shalat bersama sahabat di  Masjid Nabawi untuk menunjukkan keislamannya tetapi hakikat dia adalah musuh yang berusaha membuat berbagai makar terhadap Islam. Keinginannya adalah bagaimana supaya cahaya Islam ini redup bahkan hilang.
Diantara kelakuan buruknya adalah berhasil mempengaruhi 300 orang pasukan pembela Islam sesaat sebelum perang Uhud sehingga mereka tidak ikut dalam perang Uhud.
Dalam perang Ahdzab dia berhasil memobilisasi orang orang munafik Madinah untuk bergabung dengan pasukan sekutu pimpinan Abu Sufyan yang mengepung dan menyerang Madinah untuk menghancurkan Islam.
Bulan Dzulqa’dah tahun ke-9 Hijriyah ‘Abdullah bin Ubay meninggal dunia. Sebagai kewajiban seorang anak terhadap ayahnya, maka pada hari kematian ayahnyanya, Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul  memberanikan diri datang kepada Nabi SAW untuk memohon kepada beliau agar memberi jubah beliau untuk mengkafani jenazah ayahnya. Barangkali maksudnya bukan karena ketiadaan kain untuk kafan  akan tetapi mengharapkan  berkah dari jubbah Rasulullah.
Sungguh Nabi adalah seorang yang pemurah dan tidak pendendam. Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam tidak keberatan memberikan jubahnya kepada Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul untuk mengkafani ayahnya. Selanjutnya Abdullah memohon pula kepada Nabi SAW agar beliau menshalatkan jenazah ayahnya itu, sebagaimana yang biasa beliau lakukan terhadap jenazah kaum muslimin.
Rasulullah memperkenankan juga permohonan Abdullah tersebut. Pada saat beliau akan berangkat ke rumah Abdullah bin Ubay untuk menshalatkan jenazahnya, ‘Umar bin Khaththab mengharapkan kepada  beliau untuk tidak menshalatkan jenazah  Abdullah bin Ubay yaitu orang munafik yang memusuhi Islam.
Dan pada saat itu telah turun wahyu,
اِسْتَغْفِرْ لَهُمْ اَوْ لاَ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ، اِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً فَلَنْ يَّغْفِرَ اللهُ لَهُمْ، ذلِكَ بِاَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِه، وَ اللهُ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ اْلفسِقِيْنَ. التوبة: 80

(Sama saja) engkau (Muhammad) memohonkan ampun untuk mereka atau tidak  memohonkan ampun bagi mereka.  Walaupun engkau memohonkan ampun untuk mereka tujuh puluh kali,  Allah tidak akan memberi ampunan mereka. Yang demikian itu karena mereka tidak beriman (kafir)  kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasiq. (Q.S at Taubah  80).
Meskipun Umar bin Khaththab menghalangi Rasulullah untuk   menshalatkan jenazah Abdullah bin Ubay bin Salul, namun beliau tetap akan menshalatkannya. Kemudian beliau bersabda kepada ‘Umar :
يَا عُمَرُ، اَخّرْ عَنّى اِنّى قَدْ خُيّرْتُ فَاخْتَرْتُ. قَدْ قِيْلَ لِى: اِسْتَغْفِرْ لَهُمْ اَوْ لاَ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ، اِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً فَلَنْ يَّغْفِرَ اللهُ لَهُمْ. فَلَوْ اَعْلَمُ اَنّى اِنْ زِدْتُ عَلَى السَّبْعِيْنَ غُفِرَ لَهُ لَزِدْتُ. ابن هشام 5: 240

Hai ‘Umar, mundurlah kamu, karena sesungguhnya aku disuruh memilih, maka aku memilih. Telah difirmankan kepadaku, “Kamu memohonkan ampun untuk mereka atau tidak kamu mohonkan ampun untuk mereka, walaupun kamu memohonkan ampun untuk mereka tujuh puluh kali, namun Allah tidak akan mengampuni mereka”. Maka seandainya aku mengetahui bahwa jika aku tambah lebih dari tujuh puluh kali, lalu dia diampuni, niscaya akan aku tambah. [Ibnu Hisyam juz 5, hal. 240]
Mendengar jawaban Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam yang demikian itu  maka Umar terdiam, tetapi hatinya tetap tidak sanggup menerima  jika Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam menshalatkan jenazah gembong munafiq itu.
Kemudian Nabi menshalatkan jenazah Abdullah bin Ubay bin Salul tersebut. Setelah Nabi selesai menshalatkan jenazah, beliau lalu mengantarkan sampai ke pekuburan hingga selesai dikubur. Lalu tidak seberapa lama turunlah wahyu Allah :
وَ لاَ تُصَلّ عَلى اَحَدٍ مّنْهُمْ مَّاتَ اَبَدًا وَّ لاَ تَقُمْ عَلى قَبْرِه، اِنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِه وَ مَاتُوْا وَ هُمْ فسِقُوْنَ. التوبة: 84

Dan janganlah sekali-kali kamu menshalatkan jenazah salah seorang diantara mereka selama-lamanya, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka itu telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka mati dalam keadaan fasiq. [QS. At-Taubah : 84]
Sesudah turun ayat tersebut Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah lagi menshalatkan jenazah orang munafik. Ini juga tentu menjadi contoh dan pelajaran bagi para sahabat dan juga orang orang beriman di zaman kita ini sampai hari Kiamat.
Jadi doa termasuk shalat jenazah (yang hakikatnya adalah doa)  bagi orang munafik adalah tak bermanfaat.  Lihatlah bagaimana Allah Ta’ala telah menerangkan dengan sangat jelas tentang hal itu pada surat at Taubah ayat 80 diatas. Cobalah perhatikan lebih jauh bahwa doa Nabi Muhammad Khalilullah (orang yang sangat dicintai Allah) tidak bermanfaat bagi orang munafik meskipun didoakan 70 kali agar diampuni dosanya. Apalagi doa dari orang orang selain beliau.
Oleh karena itu kepada orang orang munafik sangatlah dianjurkan untuk segera  meninggalkan sifat munafiknya.  Mohonlah  ampun kepada Allah sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat.
Wallahu A’lam. (976).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar