Selasa, 07 Maret 2017

MENGAMBIL MANFAAT KETIKA DIZHALIMI



MENGAMBIL MANFAAT KETIKA DIZHALIMI

Oleh : Azwir B. Chaniago

Imam Al Jurjani berkata : Kezhaliman adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dan dalam istilah syar’i adalah suatu ungkapan yang menunjukkan berpaling dari kebenaran menuju kebatilan atau mengambil  hak milik orang lain dan melampaui batas.
Nah, didalam menjalani kehidupan di dunia ini kita melihat hampir tidak ada manusia yang tidak pernah dizhalimi orang lain. Mungkin berbentuk menyakiti fisik, menyakiti perasaan, mengambil haknya secara sembunyi atau terang terangan, ditipu, dibodohi dan yang lainnya.

Lalu ketika mendapat perlakuan zhalim apakah perlu bersedih, meronta atau harus membalas ?. Ini tentu saja bisa dan boleh dilakukan meskipun tidak dianjurkan. Namun demikian ketahuilah bahwa ada  banyak keutamaan yang bisa diperoleh seorang hamba  jika ketika dizhalimi.  Diantaranya adalah : 
 
Pertama : Kesempatan melakukan muhasabah atau introspeksi diri.
Jika seseorang dizhalimi maka ini adalah kesempatan baik baginya untuk muhasabah. Mungkin pada waktu yang lalu dia pernah menzhalimi orang lain. Lalu belum sempat memohon maaf dan minta keridhaan dari yang dizhalimi maka Allah Ta’ala mengirim seseorang untuk membalas kezhalimannya di masa lalu itu. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : In ahsantum ahsantum li anfusikum. Jika kamu berbuat kebaikan maka (berarti) kamu berbuat kebaikan bagi dirimu sendiri. (Q.S al Israa’ 7). Allah Ta’ala juga berfirman : “Hal jazaa-ul ihsani illal ihsan” Balasan perbuatan baik adalah kebaikan pula (Q.S ar Rahman 60).

Kedua : Dapat manfaat karena memaafkan.
Imam Raghib Ashbahani berkata : Suka memaafkan adalah bagian dari sikap santun.  Ketika dizhalimi dia bersikap santun dan ketika dia mampu membalasnya dia malah memaafkan.
Ketahuilah bahwa seorang hamba yang suka memafkan kesalahan atau kezhaliman orang lain, akan senantiasa memperoleh ampunan Allah. Inilah puncak keutamaan dari sikap suka memaafkan. Allah berfirman : “Wal ya’fuu wal yashfahuu, alaa tuhibbuuna an yaghfirallaahu lakum wallaahu ghafuurur rahiim. Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak menginginkan Allah mengampunimu dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang (Q.S an Nuur 22).

Ketiga : Mendapat doa malaikat karena mendoakan orang lain.
Salah satu sikap terpuji seorang hamba adalah mendoakan orang lain meskipun telah menzhaliminya. Ini tentu tidaklah mudah karena kecenderungan manusia adalah membalas ketika diperlakukan tidak baik atau dizhalimi.

Ketahuilah bahwa seorang hamba yang mendoakan kebaikan bagi seseorang tanpa diketahui oleh yang didoakan akan mendatangkan kebaikan. Doa yang sama akan kembali kepadanya melalui doa malaikat. Ketahuilah bahwa doa malaikat lebih besar potensinya untuk  dikabulkan.

Dari Abu Ad-Darda’ dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda : “Maa min ‘abdin muslimin yad’u li akhiihi bi zhahril ghaibi illaa qaala malaku wa laka bimitslin” Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata : Dan bagimu juga kebaikan yang sama (seperti yang kamu minta dalam doamu itu). (H.R Imam Muslim).

Keempat : Doanya diijabah.
Orang yang dizhalimi doanya mudah diijabah. Oleh karena itu ambillah kesempatan berdoa ketika dizhalimi. Mohonlah kepada Allah agar dianugerahkan kebaikan yang banyak. 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Mu’adz bin Jabbal : “Takutlah kamu terhadap doa orang yang dizhalimi, karena tidak ada penghalang antara dirinya dengan Allah.” (H.R Imam Bukhari).


Dari Abu Hurairah bersabda Rasulullah : “Tsalatsu da’awatin mustajaabaatun laa syakka fiihina, da’watun mazhluum, wa da’watul musaafir, wa da’watul waalidi ‘alaa waladih.”  Ada tiga doa mustajab tanpa ada keraguan didalamnya, doa orang yang dizhalimi, doa musafir dan doa orang tua terhadap anaknya. (H.R Imam at Tirmidzi, Imam Abu Dawud, Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani.)
 
Kelima : Mendapat kebaikan dari transfer pahala dan  dosa
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan kita bahwa  di akhirat kelak akan ada transfer pahala dan dosa diantara hamba hamba Allah tersebab melakukan ke zhaliman di dunia. Oleh karena itu maka seorang yang dizhalimi di dunia akan memperoleh kiriman pahala dan kesempatan mengirimkan dosa kepada yang telah berbuat zhalim di akhirat kelak. 

Rasulullah bersabda  : “Man kaanat ‘indahu mazhlimatun  li akhiihi falyatahalalhu minhaa, fainnahu laisa tsumma diinaaran walaa dirhamun minqabli aiyu’khadza li akhiihi min hasanaatihi, failam yakun lahuu hasasanatun akhidzun min syaiyiati  akhiihi fatharihat ‘alaihi.” Barang siapa yang memiliki kezhaliman terhadap saudaranya maka hendaklah dia meminta kehalalan (maaf) kepadanya, karena kelak di akhirat tidak ada lagi dinar dan dirham, sebelum kebaikannya diambil untuk saudaranya (yang dia zhalimi), bila tidak memiliki kebaikan maka keburukan saudaranya (yang dia zhalimi) akan diberikan kepadanya (H.R Imam Bukhari).

Hal ini juga sejalan dengan makna hadits tentang orang yang muflis  yaitu tentang orang yang bangkrut di akhirat kelak. Pada hari akhirat kelak akan ada manusia yang datang dengan membawa   pahala amalnya. Tetapi akhirnya habis karena harus dipindahkan kepada orang orang yang menuntutnya yaitu orang orang yang  pernah dizhaliminya di dunia. Bahkan setelah pahala amalnya habis maka dosa orang yang dizhalimi dipindahkan kepadanya. Na’udzubillahi min dzalik.

Dari Abu Hurairah,  bahwasanya Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada para sahabat : "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkut itu?" Para sahabat menjawab : Menurut kami, orang yang bangkut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.

Rasulullah  bersabda : "Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka." (H.R Imam Muslim)

Keenam : Mendapat pahala tanpa batas karena kesabaran.
Sangatlah dianjurkan kepada seorang hamba untuk bersabar ketika mendapat musibah berupa kezhaliman yang dilakukan seseorang kepadanya.  Sungguh sangatlah banyak keutamaan sabar.

Diantaranya seperti yang dikatakan oleh Syaikh Sulaiman bin Qaashim : Setiap amalan dapat diketahui ganjarannya kecuali kesabaran yaitu seperti air yang mengalir deras. Lalu beliau membacakan al Qur an surat az Zumar 10 : Innamaa yuwaffash shabiruna ajrahum bighairi hisaab” Sesungguhnya hanyalah pahala orang-orang bersabarlah yang dicukupkan tanpa batas. 

Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin dalam Kitab Syarah Riyadush Shalihin menjelaskan : Adapun kesabaran pahalanya berlipat ganda tidak terbatas. Ini menunjukkan bahwa ganjarannya sangat besar sekali hingga tidak mungkin bagi seorang insan untuk membayangkan pahalanya karena tidak bisa diukur dengan bilangan. 

Bahkan, pahala sabar termasuk perkara yang maklum disisi Allah tanpa bisa dibatasi. Tidak pula bisa disamakan dengan mengatakan satu kebaikan dilipat gandakan pahalanya sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Kesabaran itu pahalanya tanpa batas. Demikian penjelasan Syaikh Utsaimin.

Dari uraian diatas dapatlah kita mengambil faedah bahwa seorang hamba yang dizhalimi tidaklah perlu larut dalam kesedihan tapi ambillah manfaat yang banyak dari ke zhaliman itu  bagi dirinya. Insya Allah bermanfaat. Wallahu A’lam (974).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar