Kamis, 23 Maret 2017

PERKARA YANG MENJADI UJIAN KEIMANAN



PERKARA YANG MENJADI UJIAN KEIMANAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Setiap hamba senantiasa mencari kebaikan bagi dunia dan akhiratnya. Kebaikan itu diantaranya ada pada berakidah dengan benar, beribadah dengan ikhlas dan ittiba’ juga berakhlak mulia dan bermuamalah dengan baik. Untuk mendapatkan kebaikan itu ternyata sangatlah banyak  halangan dan hambatan bahkan ujian.  Dan memang manusia itu akan diberi ujian. 

Allah berfirman : : ”Ahasibannaasu aiyutrakuu aiyaquuluu amannaa wahum laa yuftanuun”   Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja mengatakan kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji. (Q.S al Ankabuut 2).

Ujian  itu datang melalui berbagai perkara   dan sangatlah banyak macam serta jenisnya bahkan variatif dan berlapis. Semuanya bisa menjadikan orang orang yang benar imannya menjadi tersesat dan rusak.   Diantaranya   berasal dari : 

Pertama : Syaithan yang selalu berusaha menjerumuskan.
Diantara ujian yang berbahaya adalah dari musuh yang bernama syaithan baik dari jenis jin maupun manusia. Allah Ta’ala telah menjelaskan tentang musuh kita ini yang harus diperlakukan sebagai musuh. Syaitan menginginkan manusia mengikuti mereka menjadi penghuni neraka.

Allah Ta’ala berfirman : “Innasy syaithaana lakum ‘aduwun fattakhidzuuhu ‘aduwan, Innamaa yad’uu hizbahuu liyakuunuu min ash-haabis sa’iir”. Sungguh, syaithan itu musuh bagimu maka perlakukanlah dia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang bernyala nyala (Q.S Faatir 6).

Syaikh as Sa’di berkata : Hendaknya permusuhan syaithan kepada kalian menjadi perhatian. Jangan kalian meremehkan serangan serangan (musuh ini) yang bisa terjadi setiap waktu. Sebab syaithan bisa melihat kalian dan kalian tidak bisa melihatnya. Dan dia selalu mengintai kalian.  (Kitab Taisir Tafsir Kariimir Rahman) 

Ketahuilah bahwa iblis telah bersumpah untuk menyesatkan manusia sehingga bisa menemani mereka di neraka kelak. Allah berfirman : “Qaala fa bimaa aghwaitanii la-aq’udanna lahum shiraathakal mustaqiim”. (Iblis) menjawab : Karena Engkau telah menyesatkan aku pasti aku akan selalu menghalangi mereka (manusia) dari jalan-Mu yang lurus. (Q.S al A’raaf  16).

Kedua : Hawa nafsu yang cenderung kepada keburukan.
Manusia memiliki hawa nafsu dalam dirinya. Hawa nafsu itu cenderung kepada keburukan. Allah berfirman : “Wa maa ubari-u nafsi, innal nafsa la amaaratun bissuu-I illaa maa rahima rabbi, inna rabbi ghafururun rahiim”. Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Yuusuf 53).

Imam Ibnul Qayyim mengingatkan : Haruslah diketahui bahwa nafsu (yang cenderung kepada keburukan) tidaklah mencampuri sesuatu (yang baik) melainkan akan merusaknya.

Ketahuilah saudaraku bahwa hawa nafsu pada diri manusia memang tidak bisa dibuang atau dibunuh. Yang paling penting adalah bagaimana  memimpinnya, mengendalikannya dan mengelolanya. Jangan sampai kita yang dipimpin dan dikendalikan hawa nafsu dan jangan sampai kalah dengannya.  

Imam al Gazali mengatakan bahwa yang berat itu bukanlah batu besar atau gunung tetapi yang berat adalah mengendalikan hawa nafsu. 

Ya begitulah kenyataannya. Betapa banyak orang yang mulia tapi kemudian jatuh kepada keburukan dan kehinaan karena tidak mampu mengendalikan hawa nafsu. Oleh karena itu Rasulullah mengingatkan kita untuk bersungguh sungguh mengendalikannya yaitu dalam rangka ketaatan kepada kepada Allah Ta’ala.

Beliau bersabda : ”Dari Fadhalah bin ‘Ubaid dia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda : Orang yang berjuang dengan sungguh sungguh (yang sebenarnya) adalah orang yang berjuang dengan sungguh untuk menundukkan hawa nafsunya di jalan Allah”. Dalam riwayat yang lain : “Dalam ketaatan kepada Allah” (H.R Imam Ahmad, Ibnu Hibban dan yang lainnya, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Ketiga  : Orang munafik yang selalu memfitnah dan menghasut
Sebagaimana yang dikatakan Imam Ibnu Katsir, nifak adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan. Sementara itu, Ibnu Juraij mengatakan : Orang munafik ialah orang yang omongannya menyelisihi tindak-tanduknya, batinnya menyelisihi lahiriahnya, tempat masuknya menyelisihi tempat keluarnya, dan kehadirannya menyelisihi ketidak-adaannya. (‘Umdah at-Tafsir I/78).

Saat ini jumlah orang munafik ini kelihatannya semakin bertambah. Diantara mereka ada yang berpendidikan tinggi, pandai bersilat lidah seolah olah berpihak kepada Islam pada hal hakikatnya dia adalah musuh Islam.

Bahkan ada pula diantara mereka  yang  terang terangan memusuhi Islam dan kaum muslimin. Membela kaum kafir dan memojokkan Islam. Pada hal dia mengaku Islam, berpendidikan Islam. Di KTP nya tertulis dengan jelas Islam. Jika suatu waktu dia harus mengisi suatu daftar isian yang ada kolom agama mereka dengan tidak ragu  dan tidak malu menulis kata Islam.

Salah satu yang dikhawatirkan Rasulullah akan menimpa  umat ini adalah   orang orang munafik yang lihai bersilat lidah (tapi menyesatkan). Rasulullah bersabda : “Inna akhwafa maa akhaafu ‘ala ummatii kullu munaafiqiin ‘alimul lisaan”. Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa umatku, setiap orang munafik yang lihai bersilat lidah. (H.R Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Bahkan diantara orang orang munafik ini ada juga yang dikenal sebagai tokoh atau yang ditokohkan.  Rasulullah telah mengingatkan umatnya tenang hal ini. Beliau bersabda  : “Inna akhwafa maa akhaafu ‘alaikumul a-immatul mudhillun”. Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa umatku adalah para tokoh umat yang menyesatkan. (H.R Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Oleh karena itu waspadalah terhadap ujian  melalui orang  munafik ini karena mereka ada yang pandai bersilat lidah untuk menyesatkan orang orang beriman.

Keempat : Orang orang kafir yang selalu membenci dan memerangi
Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan bahwa orang kafir itu adalah musuh Islam sebagaimana dijelaskan dalam  firman-Nya : “Innal kaafiriina kaanu lakum ‘aduwan mubiinaa”. Sesungguhnya orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. (Q.S an Nisa’ 101).

Orang beriman diuji oleh Allah melalui orang orang kafir. Sungguh mereka adalah musuh bagi orang beriman. Dan yang namanya musuh memang kelihatan dengan nyata kebencian kebencian mereka terhadap orang beriman. Kebencian  mereka hanya akan berakhir jika sekiranya orang Islam telah mengikuti millah (agama) mereka. 

Allah berfirman : “Dan orang orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). Dan jika engkau mengikuti mengikuti keinginan mereka setelah  (kebenaran) sampai kepadamu, tidak ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah”.  (Q.S al Baqarah 120).

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala mengabarkan kepada Rasul-Nya bahwa orang orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka karena mereka adalah penyeru penyeru kepada agama yang mereka anut yang  mereka anggap sebagai petunjuk (yang benar). Dalam ayat ini (juga) ada larangan yang keras untuk mengikuti hawa nafsu orang Yahudi dan Nasrani dan larangan menyerupai mereka dalam perkara perkara yang menjadi kekhususan (agama) mereka.

Bahkan orang kafir berkeinginan memadamkan cahaya (agama) Islam. Allah berfirman : “Yuriiduuna  li yuthfi-uu nuurallahi bi afwahihim, wallahu mutimmu nuurihii wa lau karihal kaafiruun”. Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan ucapan) mereka tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang orang kafir membencinya. (Q.S as Saff 8).

Itulah diantara perkara atau ujian yang bisa merusak keimanan seorang hamba. Semuanya adalah ujian yang harus dihadapi dalam menjalani hidup di dunia. Oleh karena itu orang orang beriman haruslah waspada dengan perkara perkara ini agar bisa terus menerus menjaga imannya dengan baik.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (997).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar