Kamis, 09 Maret 2017

MAKSIAT MENJAUHKAN RAHMAT DAN BERKAH



MAKSIAT MENJAUHKAN RAHMAT DAN BERKAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Ketahuilah bahwa kalau di zaman ini kita telah merasakan banyak rahmat dan berkah yang hilang. Bahkan berganti dengan  musibah.  Penyebabnya adalah dosa dan maksiat yang dilakukan manusia. 

Allah berfirman : “Wa maa ashaabakum min mushibatin fabimaa kasabat aidiikum, wa ya’fuu ‘an kasyiir” Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kesalahanmu) Q.S asy Syuura 30.

Para ulama menjelaskan bahwa makna dari kasabat aidiikum, perbuatan tanganmu sendiri dalam ayat ini adalah dosa dosa kamu.

Sungguh kebanyakan manusia melalaikan  perintah Allah. Kita menyaksikan bagaimana saat ini ada manusia dengan mudahnya meninggalkan perintah perintah Allah yang wajib seperti shalat, puasa di bulan Ramadhan dan yang lainnya. 

Selain itu, kita melihat betapa banyak manusia yang melanggar dan mengabaikan larangan larangan Allah Ta’ala. Saat ini kesyirikan terjadi di banyak tempat dalam masyarakat. Diantaranya adalah dengan mendatangi dukun, para normal. Minta berkah ke tempat tempat yang mereka sebut keramat bahkan minta berkah kepada orang yang sudah mati. 

Kita saksikan  di zaman ini ada pula diantara manusia yang melakukan berbagai dosa besar. Sampai sampai dosa berupa warisan dari sebagian kaum Luth yaitu homosex sudah banyak terjadi bahkan ditambah lagi perbuatan lesbian. Lalu dilengkapi pula dengan perkawinan sejenis yang dipromosikan oleh kelompok LGBT. Tidak ketinggalan pula dosa warisan dari suku Madyan kaumnya Nabi Syua’ib yaitu mengurangi takaran dan timbangan.

Sekali lagi perlu dipahami bahwa semua dosa dan kemaksitan itu akan menjauhkan rahmat dan berkah  bahkan mendatangkan musibah berupa adzab di dunia.  Adzab di akhirat pasti lebih berat lagi. Sungguh selagi manusia belum betul betul bertaubat dari segala macam maksiat, maka tidaklah berkah akan turun kepada manusia.

Allah berfirman : “Walau anna ahlal quraa aamanuu wattaqau lafatahnaa ‘alaihim barakaatin minas samaa-i wal ardhi, wa laakin kadzdzabuu fa akhadznaa hum bimaa kaanu yaksibuun”. Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi. Tetapi ternyata (mereka) mendustakan (ayat ayat Kami) maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S al A’raaf 96).  

Dan juga selagi manusia belum beriman dengan benar dan melakukan amal shalih maka baginya akan selalu ada musibah berupa kehidupan yang sempit. Allah berfirman :  “Waman a’radha ‘an dzikrii fa inna lahuu ma’iisyatan dhankaa, wa nahsyuruhuu yaumal qiyaamati a’maa”. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan pada hari Kiamat (dibangkitkan) dalam keadaan buta.  (Q.S Thaha 124)

Imam Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini : Barangsiapa yang menyelisihi perintah-Ku dan ketentuan syariat yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku (dengan) berpaling darinya, melupakannya, dan mengambil selain petunjuknya  maka baginya penghidupan yang sempit dan sengsara, yaitu di dunia, dan tidak ada kelapangan dalam hatinya. Bahkan hatinya sempit dan sesak karena penyimpangannya, meskipun (terlihat) secara zhahir (hidupnya) senang. Berpakaian , makan dan bertempat tinggal sesukanya. Akan tetapi hatinya selalu diliputi kegundahan, keguncangan dan keraguan karena jauhnya dari kebenaran dan petunjuk-Nya. (Kitab Tafsir Ibnu Katsir).
 
Diantara ulama Tafsir menjelaskan bahwa orang yang berpaling dari mengingat Allah termasuk adalah yang enggan beribadah kepada-Nya maka kehidupannya akan senantiasa dirundung kesedihan dan duka (Adhawaul Bayan, dinukil oleh Syaikh asy Syinqiti).

Ketahuilah bahwa maksiat akan menjauhkan seorang hamba dari rahmat Allah. Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : Bila kalian taat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya niscaya kalian akan mendapatkan rahmat. Dan rahmat itu terwujud dalam bentuk diraihnya hal hal hal yang diinginkan dan hilangnya hal hal yang dikhawatirkan. 
Syaikh Utsaimin melanjutkan : Bahwa rahmat yang dimaksud dalam ayat adalah rahmat khusus yang berhubungan dengan kebahagian di dunia dan akhirat, karena rahmat yang bersifat umum sudah kita dapatkan setiap saat bahkan orang kafir pun mendapatkannya. (Lihat Tafsir Surat Ali Imran).

Syaikh Bakar Jaabir al Jazaairi mengatakatan : Wajibnya taat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya untuk mendapatkan rahmat ilahiyah, yaitu maaf dan ampunan (dari Allah Ta’ala) dan masuk kedalam surga-Nya. (Aisarut Tafaasir).

Jadi sangatlah jelas dan pasti bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan kunci  paling utama untuk mendapatkan rahmat-Nya. Oleh karena itu maka mafhuum mukhaalafahnya (pemahaman terbaliknya) adalah bahwa maksiat maksiat yang dilakukan seseorang  akan menjauhkannya dirinya dari rahmat dan berkah  bahkan akan mendatangkan murka dan laknat-Nya.

Oleh karena itu maka hamba hamba Allah haruslah bersegera meninggalkan semua dosa dan maksiat. Kita bermohon kepada Allah kiranya menurunkan rahmat dan berkahnya kepada kita semua. Insya Allah bermanfaat. Wallahu A’lam. (977).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar