Minggu, 19 Maret 2017

JANGAN MENGUTAMAKAN PERKARA DUNIA



JANGAN MENGUTAMAKAN PERKARA DUNIA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sebagian manusia berusaha keras, terus menerus mengejar dunia. Mereka menyibukkan diri dalam mengumpulkan harta dunia dengan segala perhiasannya. Banyak pula diantara manusia yang seolah olah tidak pernah merasa puas dengan kesenangan dunia. Dalam semua perkara mereka mengedepankan bahkan mengutamakan  urusan dunia.

Akibatnya adalah perkara akhirat dibiarkan terlantar, diabaikan dan kalaupun   diberi perhatian hanyalah dalam porsi yang sangat sedikit. Sungguh semua ini akhirnya akan mendatangkan kerugian dan penyesalan yang besar. 

Lalu bagaimana dengan doa pada surat al Baqarah 201. Bukankah Allah Ta’ala telah mengajarkan kita doa  : “Rabbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanatan  wa fil aakhirati hasanatan  waqiinaa ‘adzaban naar”. Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari adzab neraka.

Ketahuilah bahwa : 

(1) Tidak ada satu ulama ahli tafsir dari dahulu sampai sekarang yang menjelaskan bahwa ayat  ini bermakna mendahulukan perkara dunia dari perkara akhirat meskipun dalam ayat ini kata dunia disebut lebih dahulu dari akhirat.

(2) Dalam ayat ini dunia disebut satu kali yaitu : “fid dunya hasanah” (dunia) sedangkan akhirat disebut dua kali yaitu : “wa fil aakhirati hasanah” (akhirat) lalu  “wa qiinaa ‘adzaban naar” (akhirat). 

(3) Kenyataannya bahwa kebanyakan manusia menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengejar dunia. Sementara itu mereka sepertinya sudah merasa puas dengan sedikit ibadah untuk mendapatkan kebaikan akhirat.  Sungguh  mereka memang  mampu mencari perkara dunia 12 jam sehari semalam bahkan lebih, tapi kemungkinan besar mereka tidak akan mampu beribadah 12 jam dalam sehari semalam.

(4) Bukankah dunia itu sementara dan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Allah berfirman : “Wal aakhiratu khairun wa abqaa”. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (Q.S al A’laa 17)  Sangatlah tidak pantas bagi orang yang berakal (sehat) untukmendahulukan perkara dunia dari perkara   akhirat. Bukankah untuk mencari yang lebih baik haruslah di dahulukan dan di utamakan.

Ketahuilah saudaraku, bahwa hakikat kehidupan dunia ini sangatlah sementara, semu dan fatamorgana. Rasulullah telah mengingatkan kita dalam banyak sabda beliau agar tidak terfitnah dan tertipu tersebab mendahululan perkara perkara dunia.

Pertama : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya setiap umat memiliki fitnah, dan fitnah bagi umatku adalah harta.” (H.R at Tirmidzi dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Maka sungguh mengherankan tatkala seseorang yang seharusnya beramal untuk mencapai surga yang luasnya bagaikan langit dan bumi, justru tenggelam dalam fitnah dunia dan harta. Oleh karenanya  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat khawatir bila pintu-pintu kesenangan duniawi telah dibukakan bagi umat ini maka mereka berpaling dari agama.

Kedua : Kaum muslimin, mari bersama kita renungkan hadits berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dihasankan oleh Syaikh al Albani).

Mari renungkan hadits ini dengan seksama, di golongan manakah diri kita berada. Apakah kita termasuk golongan yang mendapat rahmat-Nya ataukah sebaliknya diri kita justru termasuk orang-orang yang mendapat laknat. Barangkali kita telah menjadi budak dunia dikarenakan sebagian besar aktivitas kita atau bahkan mungkin seluruhnya hanya untuk mendahulukan urusan dunia.

Ketiga : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencela orang-orang yang tunduk pada dunia dan semata-mata tujuannya adalah mencari harta dunia dalam sabda beliau: “Celakalah budak dinar (uang emas), celakalah budak dirham (uang perak), celakalah budak khamishah (pakaian yang indah) dan celakalah budak khamilah (ranjang yang empuk).”. H.R Imam Bukhari.

Inilah celaan beliau shallallahualaihi wa sallam kepada orang yang kesehariannya menjadi pemburu  harta dan mengutamakan berbagai kesenangan dunia. Sungguh kita tidak tega untuk  menjadikan diri ini celaka karena diperbudak dinar dan dirham.

Keempat : Ketahuilah saudaraku, bahwa manusia yang mengkaitkan hatinya dengan  dunia menjadikan dunia sebagai cita cita  yang ingin dikejarnya maka Allah akan mencerai beraikan urusannya dan kedua tangannya akan dipenuhi dengan kesibukan untuk urusan dunia sehingga kerugianlah yang akan didapatnya.

Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah dunia maka Allah akan mencerai beraikan urusannya. Menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya dan dia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah negeri akhirat, Allah Ta’ala akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan dihatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina” (H.R Imam Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah Hadits ash Shahihah).

Rasulullah bersabda : “Wahai anak keturunan Adam. Curahkanlah waktumu untuk beribadah kepadaKu, niscaya akan Aku penuhi dadamu dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefakiranmu” (H.R Imam at Tirmidzi dan Imam Ahmad, Lihat Silsilah Hadits Shahih Syaikh al Albani). 
  
Kalau begitu masihkah  kita akan mendahulukan urusan dunia. Tentu tidak. Kenapa ? , karena dunia dan segala harta dan perhiasannya bukanlah tujuan tapi sarana yang harus dimanfaatkan mencari bekal untuk menuju negeri akhirat. 

Imam Ibnul Qayyim berkata : Mencintai ilmu dan belajar ilmu merupakan pokok bagi seluruh ketaatan sedangkan CINTA DUNIA MERUPAKAN POKOK BAGI SELURUH KEBURUKAN. (Miftah Daarissa’adah).

Oleh karena itu mari kita habiskan sisa umur   ini dengan terus menerus mengejar perkara yang bermanfaat untuk akhirat dan insya Allah perkara perkara dunia akan mengikutinya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (993).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar