Rabu, 29 Maret 2017

MANUSIA SERING KELIRU DALAM BERPRASANGKA



MANUSIA SERING KELIRU DALAM BERPRASANGKA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Al Imam Raghib Ashfahani berkata: Prasangka (azh zhan) adalah sebuah nama untuk sesuatu yang bersifat terkaan karena ada indikasi dan tanda-tandanya. Bila sangkaan ini kuat maka akan membawa kepada ilmu. Jika sangat lemah maka tidaklah melebihi kecuali disebut prasangka dan dugaan saja.

Sangatlah sering kita menyaksikan bahwa manusia sangat sering keliru dalam berprasangka. Namun demikian sebagian mereka tetap saja suka  memberikan atau menyebarkan informasi tentang segala sesuatu tanpa landasan yang jelas karena berprasangka bahwa semua informasi itu benar. Apalagi di era kemajuan teknologi informasi sekarang ini. Ratusan bahkan ribuan informasi  bisa datang kepada kita yang terkadang tidak kita minta. 

Terkadang kita berprasangka bahwa semua informasi itu benar. Lalu kita sebarkan lagi melalui berbagai media sosial. Kita  telah keliru dalam menyangka karena tidak cek dan ricek. Contohnya sangatlah banyak dan tentu saudara kita yang biasa ikut di medsos tentu sudah sangat memahami bahkan sering juga menyesal karena informasi yang di reshare ternyata hoax berat.  

Allah berfirman :  “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu injaa-akum fasikun bi naba-in fa tabaiyanuu an tushiibu qauman bijahaa latin fa tushbihuu ‘alaa maa fa’altum naadimin”  Wahai orang orang yang beriman. Jika datang kepadamu seseorang yang fasik  membawa suatu  berita maka periksalah dengan teliti kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu. (Q.S al Hujuraat 6)

Syaikh as Sa’di berkata : Yang harus dilakukan ketika ada berita yang dibawa orang fasik adalah dicek  dan diperjelas. Jika terdapat berbagai bukti dan indikasi atas kebenaran berita tersebut maka diamalkan dan dipercayai.  Namun jika terdapat berbagai bukti dan indikasi menunjukkan kebohongan berita itu, maka tidak boleh dilaksanakan dan harus diingkari. Disini juga terdapat dalil yang menunjukkan bahwa berita orang jujur bisa diterima, berita pendusta ditolak sedangkan berita orang fasik harus ditahan lebih dahulu yaitu untuk klarifikasi. (Kitab Tafsir Kariimir Rahman).

Selain itu perlu dimaklumi bahwa Rasulullah mengingatkan bahwa janganlah seseorang bersandar kepada dugaan dugaan. Abu Mas’ud pernah ditanya : Apa yang pernah engkau dengarkan dari Rasulullah tentang prasangka atau dugaan ?. Ia menjawab : Aku pernah mendengar Raulullah bersabda : Bi’sa mathiyatur rajuli za’amuu” Dugaan dugaan adalah seburuk buruk sandaran seseorang. (H.R Abu Dawud).
 
Sebenarnya bukan hanya dalam media sosial saja, diluar itupun kita sering keliru berprasangka, diantara contohnya adalah :

Pertama : Seorang ustadz yang shalat maghrib di masjid dekat rumahnya. Hampir setiap kali selesai shalat maghrib, dia berdzikir dan setelah itu langsung pulang. Jamaah yang lain melihat ustdaz ini  tidak melakukan shalat sunnah ba’da maghrib. Padahal shalat sunnah maghrib ini adalah sunnah muakkadah. 

Lalu sebagian jamaah (yang belum tahu)  berkomentar kepada temannya : Saya hampir tidak pernah melihat ustadz itu shalat sunnah ba’da maghrib. Temannya yang mendengar menjawab : Iya, ya kenapa begitu, saya juga tidak tahu. Ini keliru dalam berprasangka.
Pada hal ustadz ini shalat sunnah ba’da maghrib di rumah karena ingin mengamalkan sabda Rasulullah : “Idza qadha ahadukumush shalaata fii masjidihi fal yaj’al libaitihinashiiban min shalaatihi fa innallaha jaa’ilun fii baitihi min shalaatihi nuuraa”. Apabila seorang di antara kamu selesai melaksanakan shalat di masjidnya, maka kerjakanlah sebagian dari shalatnya (shalat sunnah) di rumahnya, karena sesungguhnya Allah menjadikan sebagian shalatnya sebagai CAHAYA RUMAHNYA. (H.R Imam Muslim no. 375)

Beliau juga bersabda : “Khairu shalaati mar-i fii baitihi illal maktuubah”. Sebaik baik shalat seseorang adalah yang dilakukan di rumahnya kecuali shalat wajib (H.R Ibnu Khuzaimah dari Zaid bin Tsabit).

Kedua : Ada seorang yang memiliki  harta yang banyak bahkan berlimpah. Kalau dia shalat Jum’at di masjid kompleks perumahan tempat dia tinggal maka dia tidak pernah mengisi kotak amal yang beredar dan lewat di depannya. Dia lewati saja. Dia khawatir kalau mengisi kotak yang beredar akan dilihat orang paling tidak yang berada di kiri kanan serta yang dibelakangnya. Kebiasaannya dan terus menerus dia mengisi kotak amal yang ada di teras masjid sehingga hampir tidak ada yang melihat. Ini untuk menjaga keikhlasan.

Lalu ada yang berkomentar : Kenapa ya si Fulan itu tidak pernah mengisi kotak amal yang diedarkan pada hal dia orang kaya. Ini termasuk keliru juga dalam berprasangka.

Ketiga : Ada seorang laki laki yang biasa mengantar istrinya ke sekolah tempat istrinya mengajar sebelum dia melanjutkan perjalanan menuju kantornya. Lalu sudah seminggu ini laki laki tersebut mempunyai kebiasan lain. Sesampai di depan sekolah  laki laki ini bergegas turun dari mobil dan membukakan pintu mobil bagi istrinya.

Lalu ada yang melihat dan  berkomentar : Nah, lihat itu contoh suami takut istri, pintu mobil aja di bukakan. Padahal istrinya memang tidak bisa keluar sendiri dari mobil karena pintu mobil itu sudah seminggu rusak. Tidak bisa dibuka dari dalam.

Keempat : Imam asy Syaukani, dalam Kitab Fathur Rabbani menceritakan : “Pernah dikisahkan bahwa ada seorang penguasa yang hendak menghukum dengan hukuman mati seorang rakyatnya karena kesalahan yang tidak seberapa. Lalu ada seorang ulama yang berusaha dan berupaya melobi penguasa agar memaafkan dan tidak menghukum mati orang itu. Akhirnya terjadilah kesepakatan bahwa hukuman mati dibatalkan dan diganti dengan hukuman cambuk. Tentu ulama ini sangat senang karena usahanya orang yang bersalah ini bisa diselamatkan. 

Tapi penguasa memberi syarat bahwa hukuman beberapa kali cambukan itu harus dilaksanakan di depan orang banyak dan yang melakukan cambukan haruslah ulama tadi. Pada saat pelaksanaan cambukan orang orang mencela, mencemooh bahkan ada yang menghina ulama tadi yang telah bekerjasama dengan penguasa untuk menzhalimi manusia dengan hukuman cambuk tersebut.

Andaikata orang orang tahu fakta dan jalan cerita yang sesungguhnya tentu mereka akan sangat berterima kasih dan mendoakan kebaikan bagi ulama itu, bukan mencela dan menghinanya. Nah, ini juga termasuk kekeliruan dalam berprasangka.

Oleh karena itu jangan memberikan pendapat atau komentar untuk sesuatu yang kita tidak mengetahui hakikatnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang orang orang yang beriman untuk berprasangka karena termasuk sebagian dari dosa. Allah berfirman : Yaa aiyuhalladzina aamanuuj tanibuu katsiiran minazh zhan, inna ba’dhazh zhanni itsmun. Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan) karena sebagian prasangka itu adalah dosa. (Q.S al Hujuraat 12)

Berkenaan dengan ayat ini  Imam Ibnu Katsir berkata : Allah melarang para hamba-hambanya yang beriman, dari perbuatan curiga, prasangka dan dugaan, apakah itu kepada keluarganya, kerabat atau manusia pada umumnya jika tidak pada tempatnya.  Sebab pada sebagian prasangka dan curiga itu terdapat dosa, maka jauhilah perbuatan banyak curiga sebagai pencegah dari dosa.

Selanjutnya, Imam Ibnu Katsir berkata : Seorang muslim adalah orang yang selalu memberi udzur kepada orang lain sehingga batinnya selamat. Sedangkan orang munafik adalah orang yang selalu mencari-cari kesalahan dan aib orang lain karena bathinnya buruk.
 
Rasulullah bersabda: Iyyakun wazh-zhan. Fainna zhanna ahdzabul hadits” Waspadalah kalian terhadap prasangka karena prasangka adalah sejelek-jelek perkataan (H.R Imam Bukhari  dan Imam Muslim)

Al Hafizh Ibnu Hajar Ashqalani berkata : Hadits ini memberikan isyarat bahwa prasangka yang terlarang adalah prasangka yang tidak bersandar kepada sesuatu apapun yang bisa dijadikan pijakan menghukuminya. Dengan demikian orang yang menghukumi sesuatu tanpa pijakan disebut pendusta. Penyebutan “prasangka” lebih buruk hukumnya dari dusta yaitu sebagai celaan yang sangat keras dan wajib dijauhi. (Fathul Bari, dengan diringkas).

Oleh karena itu mari kita jaga diri kita agar tidak cepat cepat berprasangka apalagi prasangka buruk kepada saudara saudara kita sesame muslim. Jika terlihat ada yang salah beri mereka udzur. Siapa tahu dia memiliki udzur yang tidak kita ketahui. 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.002)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar