Jumat, 10 Maret 2017

MENJAGA DIRI AGAR TIDAK BANGKRUT DI AKHIRAT



MENJAGA DIRI AGAR TIDAK BANGKRUT DI AKHIRAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta’ala mengharamkan kezhaliman atas diri-Nya dan mengharamkan pula kepada manusia. Dari Abu Dzar dari Nabi salallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau meriwayatkan dari Rabbnya bahwa Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman :  “Yaa ‘ibaadii innii haramtu zhulma ala nafsii, wa ja’alatuhu bainahum muharramaa” Wahai sekalian hamba-Ku, Sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman pada diri-Ku dan mengharamkannya pada kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi … (H.R Imam Muslim) 

Allah berfirman : “Walaa tarkanuu ilalladzina zhalamuu fatamassakumun naaru … “ Dan janganlah kamu cenderung kepada orang orang yang zhalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka. (Q.S Hud 113).

Imam al Baghawi menerangkan bahwa : Ayat ini bisa dikatakan sebagai ayat yang paling keras tentang larangan dan ancaman  terhadap perbuatan zhalim.

Rasulullah memberi peringatan yang keras kepada umatnya agar tidak berlaku zhalim sebab akan memberi mudharat bagi dirinya. Beliau  bersabda : “Ittaquzh zhulma. Fainna zhulma zhulumaatun yaumal qiyaamah….” Takutlah kalian terhadap kezhaliman karena kezhaliman merupakan kegelapan pada hari Kiamat kelak … ( H.R Imam Muslim).

Imam adz Dzahabi menjelaskan tiga contoh kezhaliman yang dilakukan sesama manusia yaitu :
Pertama : Memakan harta dengan cara yang bathil.
Kedua : Menzhalimi manusia dengan cara membunuh, melukai, memukul dan yang lainnya.
Ketiga : Menzhalimi manusia dengan celaan, laknat dan tuduhan dusta.

Oleh karena itu seseorang yang menzhalimi orang lain di dunia, maka seharusnya dia segera mohon dimaafkan, minta dihalalkan bahkan kalau perlu memberikan ganti rugi berupa harta. Jika tidak dilakukan maka di akhirat nanti, kezhaliman yang  diperbuatnya akan mengurangi pahalanya atau menambah dosanya sebagai  pengganti kezhaliman yang pernah dilakukan di dunia.

Rasulullah bersabda  : “Man kaanat ‘indahu mazhlimatun  li akhiihi falyatahalalhu minhaa, fainnahu laisa tsumma diinaaran walaa dirhamun minqabli aiyu’khadza li akhiihi min hasanaatihi, failam yakun lahuu hasasanatun akhidzun min syaiyiati  akhiihi fatharihat ‘alaihi.” Barang siapa yang memiliki kezhaliman terhadap saudaranya maka hendaklah dia meminta kehalalan (maaf) kepadanya, karena kelak di akhirat tidak ada lagi dinar dan dirham, sebelum kebaikannya diambil untuk saudaranya (yang dia zhalimi), bila tidak memiliki kebaikan maka keburukan saudaranya (yang dia zhalimi) akan diberikan kepadanya (H.R Imam Bukhari).

Hal ini juga sejalan dengan makna hadits tentang orang yang muflis  yaitu tentang orang yang bangkrut di akhirat kelak. Pada hari akhirat kelak akan ada manusia yang datang dengan membawa   pahala amalnya. Tetapi akhirnya habis karena harus dipindahkan kepada orang orang yang menuntutnya yaitu orang orang yang  pernah dizhaliminya di dunia. Bahkan setelah pahala amalnya habis maka dosa orang yang dizhalimi dipindahkan kepadanya. Na’udzubillahi min dzalik.

Dari Abu Hurairah,  bahwasanya Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada para sahabat : "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab : Menurut kami, orang yang bangkut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan. Rasulullah  bersabda :

"Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka." (H.R Imam Muslim).

Setiap hamba tentu sangatlah takut melakukan kezhaliman   sekecil apapun karena bisa  bangkrut di akhirat. Pahala amalnya bisa habis sedangkan dosanya bisa bertambah karena zhalim di dunia.

Kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari berbuat kezhaliman. “Rabbi falaa taj’alnii fil qaumizh zhaalimiin”.  Ya Rabb-ku, maka janganlah Engkau jadikan aku dalam golongan orang orang zhalim. (Q.S al Mu’minuun 94). 
   
Wallahu A’lam. (978)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar