Minggu, 15 Januari 2017

TIDAK ADA KEBAIKAN JIKA TIDUR BERLEBIHAN



TIDAK ADA KEBAIKAN JIKA TIDUR BERLEBIHAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Tidur adalah suatu kebutuhan bagi manusia. Dengan tidur maka kesehatan tubuh serta otak menjadi lebih baik, karena proses metabolisme tubuh bekerja pada saat kita tidur untuk memberikan energi  yang lebih baik bagi tubuh.

Setiap orang bisa merasakan bahwa bangun dari tidur yang cukup maka badan, tenaga  dan fikiran menjadi  segar kembali. Kita sulit membayangkan bagaimana pada suatu waktu seseorang didatangi keadaan tidak bisa tidur. Akibatnya yang tampak jelas adalah fikiran kusut dan semangat untuk melakukan sesuatu akan menurun. 

Sebenarnya setiap usia memiliki kebutuhan jam tidur yang berbeda. National Sleep Foundation merekomendasikan lama tidur yang berbeda bagi setiap tingkat umur manusia.  Diantaranya jika usia antara usia 26-64 tahun dianjurkan tidur 7-9 jam. Jika usia 65 tahun atau lebih dianjurkan tidur 7-8 jam per hari.

Jadi tidur adalah termasuk  kebutuhan pokok bagi manusia. Tiada yang bisa benar benar mengobati atau menghentikan rasa kantuk kecuali tidur.  Tapi terkadang jika seseorang didatangi keadaan tidak bisa tidur maka berbagai usaha dilakukannya. Mulai dari mencari hiburan yang bisa jadi berseberangan dengan syariat, minum minuman keras, minum obat tidur bahkan juga penenang. 

Adalagi yang langsung tertidur begitu mendengar kajian atau duduk cari senderan ketika  mendengar khutbah Jum’at. Sungguh cara cara seperti ini tidaklah dianjurkan bahkan bisa jadi termasuk perbuatan haram.

Hakikatnya, tidur memang  bisa mendatangkan kebaikan. Tapi tidaklah dianjurkan untuk berlebihan. Syaikh Wahb bin Munabih berkata : Tidak ada yang paling dicintai syaithan dari anak Adam melainkan orang yang banyak tidur dan banyak makan.

Bahwa berlebihan dalam hal hal yang mubah juga tidak dianjurkan. Imam Ibnul Qayyim memberikan nasehat agar manusia  tidak berlebihan dalam empat hal, yaitu : (1) Dalam hal berbicara. (2) Dalam hal bergaul. (3) Dalam hal makan, dan  (4) Dalam hal memandang. (Lihat al Fawaaid).

Jadi, jika berlebihan dalam segala sesuatu tidaklah dianjurkan. Bahkan dalam beribadah pun berlebihan yang dalam bahasa agama disebut ghuluw juga tidak baik. Imam Ibnu Hajar mengatakan : Ghuluw adalah berlebihan terhadap sesuatu dan menekan hingga melampaui batas (Fathul Bari). 

Tidur itu hakikatnya adalah nikmat Allah yaitu waktu untuk beristirahat.  Allah berfirman : “Wa ja’alnaa naumakum subaataa” Dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat. (Q.S an Naba’ 9).

Rasulullah beserta sahabat dan orang orang shalih sesudahnya, pada umumnya sedikit sekali tidur pada malam hari. Terkadang mengambil sedikit waktu untuk bisa tidur pada siang hari.

Allah Ta’ala menjelaskan bahwa hamba hamba-Nya yang sedikit tidur dan banyak beribadah dimalam hari adalah tanda hamba  yang bertakwa. Allah berfirman :  “Kaanuu qaliilan minal laili maa yahja’uun”.Wa bil as-haari hum yastaghfiruun”. (Orang  yang bertakwa berada dalam surga dan mata air). Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Q.S adz Dzaariyat 17-18. 

Dalam sebuah hadits disebutkan : “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘allaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (shalat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya (begadang).” (H.R Imam Bukhari dan  Imam Muslim).
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa Nabi  bersegera tidur jika tidak ada sesuatu urusan yang penting dan  juga beliau selalu  bersegera pula bangun untuk beribadah.

Allah berfirman : “Wahai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari kecuali sebagian kecil. (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu. Atau lebih dari (seperdua) itu dan bacalah al Qur-an itu dengan perlahan lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa) dan (bacaan) di waktu itu lebih berkesan”. (Q.S al Muzammil 1-6)

Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala  menyebutkan : Muhammad bin Basyr al ‘Akri dan selainnya berkata, telah bercerita pada kami ar Rabi’ bin Sulaiman, ia  berkata : Imam Syafi’i membagi waktu malamnya menjadi tiga : Sepertiga malam pertama untuk menulis, sepertiga malam kedua untuk shalat (malam) dan sepertiga malam terakhir untuk tidur. Imam Adz Dzahabi menyebutkan, “Tiga aktivitas beliau ini diniatkan untuk ibadah. (Siyar A’lamin Nubala).

Oleh sebab itu mari sama sama kita evaluasi diri kita. Apakah kita termasuk orang yang tidur berlebihan sehingga hanya tersisa sedikit sekali waktu  untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat terutama sekali beribadah kepada Allah Ta’ala.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (931)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar