Jumat, 27 Januari 2017

MENJAGA LISAN MENDATANGKAN KESELAMATAN



MENJAGA LISAN  MENDATANGKAN KESELAMATAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, setiap kenikmatan yang kita peroleh pasti akan ditanya dan dipertanggung jawabkan kelak dihadapan Allah. Allah berfirman : Allah berfirman : “Tsumma la tus-aluunna yauma idzin ‘aninn na-‘iim”. Kemudian kamu benar benar akan ditanya pada hari itu, tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu). Q.S at Takaatsur 8.

Salah satu diantara demikian banyak nikmat Allah yang kita peroleh adalah kemampuan berbicara atau berkomunikasi dengan sesama. Sungguh sangatlah sulit kehidupan kita ini sekiranya Allah tidak memberi kita nikmat bisa berbicara. 

Oleh karena itu  nikmat lisan ini   haruslah diterima dengan rasa syukur diantaranya adalah dengan menjaga dan menggunakan nikmat itu sebagai sarana untuk mengabdikan diri dan beribadah  kepada Allah.

Ketahuilah bahwa berdasarkan dalil dalil yang shahih maka seseorang  yang selalu menjaga lisannya akan mendatangkan kebaikan dan keselamatan baginya bagi di dunia maupun di akhirat kelak. Seseorang yang menjaga lisannya tidak akan berkata kecuali perkataan yang baik, ucapan yang haq, adil, dan jujur. Jika seseorang senantiasa menjaga lisannya, niscaya Allah akan senantiasa membimbing dia pada perbuatan-perbuatan yang baik dan mengampuninya sehingga selamatlah dirinya dari berbagai keburukan.

Diantara kebaikan  yang akan diperoleh seorang hamba yang selalu menjaga lisannya adalah :

Pertama : Mendatangkan keselamatan.
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan  bahwa menjaga lidah merupakan kunci keselamatan seorang hamba. Dari ‘Uqbah ibn ‘Amir, dia berkata, Aku bertanya : ‘Wahai Rasulullah, apakah sebab keselamatan ?. Beliau menjawab : “Kuasailah lidahmu, hendaklah rumahmu luas bagimu, dan tangisilah kesalahanmu”. (H.R ImamTirmidzi).

Insya Allah yang dimaksud disini adalah keselamatan di dunia dan keselamatan pula di akhirat. Jadi berhati hatilah menjaga lisan karena bukankah kita sering  menyaksikan orang orang jatuh kepada kehinaan di dunia karena tidak mampu mengusai lisannya. Bahkan di akhirat kelak lisan yang tidak terjaga bisa menjerumuskan seseorang kedalam neraka. 

Kedua : Terlindung dari api neraka.
Orang-orang yang  selalu memelihara lisannya, menggunakannya hanya untuk mendapatkan ridha Allah maka akan menjauhkannya dari api neraka.Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Jauhkanlah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebutir kurma jika tidak mampu hendaknya dengan berbicara yang baik.” (HR. Bukhari, Muslim).

Ketiga : Ada jaminan masuk surga.
Rasulullah memberi jaminan surga bagi orang yang senantiasa menjaga lisannya, yaitu bagi yang menggunakannya hanya untuk mengatakan kebaikan, mengucapkan kebenaran, berdzikir dan berdoa dan kalimat kalimat yang baik.  Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasalla bersabda :“Siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya.” (H.R. Imam Bukhari).

Keempat  : Allah mengangkat  derajatnya.
Sungguh lisan yang  terjaga akan mengangkat derajat seorang hamba disisi. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat. 

Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka Jahannam.” (H.R Imam Bukhari).

Sungguh Rasulullah telah mengingatkan kita agar berbicara yang baik atau diam. Rasulullah salallahu alaihi wassalam bersabda: “Man kana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yaqul khairan au liyasmut”. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam. (H.R. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah).

Imam an Nawawi berkata : Apabila salah seorang dari kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut benar-benar baik dan berpahala, baik dalam membicarakan yang wajib maupun sunnah, silahkan ia mengatakannya. Jika belum jelas baginya, apakah perkataan itu baik dan berpahala atau perkataan itu tampak samar baginya antara haram, makruh dan mubah, hendaknya dia tidak mengucapkannya. 

Berdasarkan hal ini, maka perkataan yang mubah tetap dianjurkan untuk ditingggalkan dan disunnahkan menahan diri untuk tidak mengatakannya, karena khawatir akan terjerumus kepada perkataan yang haram dan makruh. Inilah yang sering terjadi (Syarah Shahih Muslim)   

Oleh karena itu seorang hamba yang benar imannya akan selalu menjaga lisannya. Dia tidak berkata kecuali yang baik dan bermanfaat dalam timbangan syariat.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (944)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar