Selasa, 24 Januari 2017

ALLAH MEMILIKI NAMA AS SAMI' DAN SIFAT SAMA'



ALLAH MEMILIKI NAMA AS SAMI’ DAN SIFAT SAMA’

Oleh : Azwir B. Chaniago

Seorang hamba wajib meyakni bahwa Allah Ta’ala memiliki nama nama yang indah yang disebut dengan Asmaa-ul Husna yaitu nama nama yang paling indah. Setiap nama Allah memiliki dan memuat sifat yang sesuai dengan sifat itu.
Allah berfirman : “Allahu laa ilaaha ilaa huwa, lahul asmaa-ul  husnaa”. (Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama nama yang terbaik. (Q.S Thaha 8).

Satu diantara nama Allah adalah as Sami’ yang bermakna Yang Maha Mendengar. Nama ini memuat sifat  sama’. Sifat sama’ bagi Allah adalah sifat Dzaatiyah yaitu sifat yang selalu atau terus menerus ada pada diri-Nya. Nama dan sifat ini disebutkan dalam banyak ayat, diantaranya : “Sungguh Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya dan mengadukan (halnya) kepada Allah dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.”  (Q.S al Mujadilah 1). 

Ketika Fir’aun  telah benar benar melampaui batas maka Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk berbicara (memberi nasehat). Lalu timbul rasa khawatir dari keduanya jangan jangan Fir’aun akan berlaku buruk kepada mereka berdua. Lalu  Allah befirman : “Dia (Allah) berfirman, Janganlah kamu berdua khawatir sesungguhnya Aku bersama kamu berdua. Aku Maha Mendengar dan Maha Melihat”. (Q.S Thaha 46).
Tentu saja sifat mendengar bagi Allah tidaklah sama dengan sifat mendengar makhluk-Nya. Wajib bagi kita menolak tamsil atau menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Allah berfirman : “Laisa kamitslihi syai-un wa huwa samii’ul bashiir”. (Q.S asy Syura 11). 

Prof. DR Syaikh Abdurrrazzaq bin Muhsin al Badr berkata : As Sami’ adalah Dzat yang mendengar semua suara dengan berbagai bahasa dan berbagai permintaan. Tidak ada beda bagi-Nya suara yang lirih maupun yang keras. “Sawaa-un minkum man asarral qaula wa man jahara bihii waman huwa mustakhfin bil laili wa saaribun bin nahaar”. Sama saja (bagi Allah) siapa diantara kamu  yang merahasiakan ucapannya dan siapa yang berterus terang dengannya. Dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. (Q.S ar Ra’d 10). 

Syaikh melanjutkan : Pendengaran-Nya meliputi semua suara. Tidak tercampur baur bagi-Nya suara dan tidak tersamarkan sama sekali. Suatu suara tidak menyibukkan-Nya dari suara yang lain dan tidak pula terabaikan segala bentuk permintaan dan juga tidak melelahkan-Nya (karena)  banyaknya manusia yang memohon.

Bahkan seandainya semua jin dan manusia, dari yang pertama hingga terakhir, mereka berada di satu bukit kemudian mereka memohon kepada Allah pada waktu yang bersamaan. Setiap orang memohon kepada Allah kebutuhannya masing masing semua berbiara dengan logat masing masing sungguh Allah akan mendengar semua ucapan mereka. Tidak ada tumpang tindih dalam hal suara, bahasa dan kebutuhan. (Lihat Fiqih Asmaa-ul Husna).

Ketahuilah bahwa keyakinan yang kokoh dari seorang hamba terhadap nama Allah as Sami’ dan sifat Sama’ akan mendatangkan pengaruh yang sangat baik baginya, diantaranya :

Pertama :  Sebagai motivasi untuk terus berdzikir dan berdoa kepada-Nya.
Ketika seorang hamba mengetahui dan meyakini bahwa Rabb-nya Maha Mendengar dan Maha Mengetahui maka dia akan semakin bersemangat untuk berdzikir dan berdoa kepada-Nya. Si hamba yakin dzikirnya akan didengar dan doanya akan diijabah oleh Yang Maha Mendengar.

Lihatlah bagaimana Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il berdoa ketika setelah menjalankan perintah Allah Ta’ala untuk meninggikan bangunan  Ka’bah. Hal ini adalah sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya : “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah (Ka’bah) bersama Ismail (seraya berdoa). Ya Rabb kami terimalah (amal) dari kami. Sungguh Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui”. (Q.S al Baqarah 127).  

Kedua : Tidak memaksakan diri untuk mengeraskan suara ketika berdoa.
Seorang hamba yang mengetahui bahwa Rabb-nya adalah Maha Mendengar, maka tidaklah dia akan memaksakan diri untuk berdoa dengan suara keras. Dia akan berdoa dengan penuh adab yaitu dengan suara lirih yang didengar oleh dirinya dan Rabb-nya saja serta dengan sikap merendahkan diri.

Sungguh Allah Ta’ala telah mengajarkan orang beriman untuk berdoa dengan suara lirih. Allah berfirman : “Ad’uu rabbakum tadharru’an wa khufyatan innahuu laa yuhibbul mu’tadiin”. Berdoalah kepada Rabb-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas. (Q.S al A’raf 55).

Syaikh as Sa’di berkata : (Dan suara yang lembut). Yakni tidak keras dan terang terangan yang ditakutkan timbulnya riya’. Akan tetapi dengan lembut dan ikhlas kepada-Nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Dalam mengisahkan tentang Nabi Zakaria Allah Ta’ala berfirman bahwa dia berdoa dengan suara yang lembut : “(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Rabb kamu kepada hamba hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Rabb-nya dengan suara yang lembut”. (Q.S Maryam 2-3). 
    
Oleh karena itu sangatlah baik jika seorang hamba berdoa dengan suara lirih dan merendahkan diri karena Allah Maha Mendengar. Dan ini merupakan salah satu ada berdoa yang diajarkan Allah Ta’ala.

Ketiga : Tidak memaksakan diri mengeraskan suara ketika berdzikir.
Kita yakin memiliki Allah Yang Maha Mendengar. Jadi tidaklah ada kebutuhan untuk berdzikir dengan mengeraskan suara. Sungguh  Allah Ta’ala memerintahkan berdzikir dengan suara pelan serta sikap merendahkan diri. Allah berfirman : “Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu (yaitu) dengan pelan dan dengan merendahkan diri serta rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang. Dan janganlah kamu termasuk orang orang yang lalai. (Q.S al A’raf 205).

Syaikh as Sa’di berkata : Ini termasuk adab yang sepantasnya seorang hamba menjaganya dengan sungguh sungguh. Yaitu memperbanyak dzikrullah, diwaktu malam dan siang, dengan ikhlas, khusyu’, merendahkan diri, menghinakan diri, tenang, hatinya sesuai dengan lisannya, dengan adab, kehormatan, menghadapkan diri dan berkosentrasi terhadap doa dan dzikir dan tidak lalai. Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan tidak perhatian. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga memerintahkan untuk berdzikir dengan suara pelan. Ini dijelaskan dalam sabda beliau. Dari Abu Musa al Asy’ari, dia berkata : Ketika Rasulullah memerangi atau menuju Khaibar, orang orang mendaki sebuah lembah maka mereka mengeraskan suara mereka dengan bertakbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar, laa ilaaha illa Allah. Maka Rasulullah bersabda : “Rendahkanlah suaramu sesungguhnya kamu tidak menyeru kepada (Dzat) yang tuli dan tidak hadir. Bahkan kamu menyeru kepada (Dzat) Yang Maha Mendengar dan Maha dekat dan Dia bersama kamu”. (H.R Imam Bukhari no. 4205 dan Imam Muslim no. 2704).  

Keempat : Tidak berkata kecuali yang baik.
Diantara keutamaan yang akan diperoleh seorang hamba yang meyakini dengan sangat tentang nama Allah as Sami’ Maha Mendengar,  maka akan mendorong dirinya untuk selalu menjaga lisannya agar mendapat keselamatan. Tidaklah dia akan berbicara kecuali yang baik dan selalu menghindari perkataan yang membuat dirinya dilemparkan ke neraka. 

Sungguh lisan yang tak terjaga akan membahayakan diri seorang hamba bahkan bisa melemparkannya kedalam neraka. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat. 

Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka Jahannam.” (H.R Imam Bukhari).

Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala telah mengabarkan ancamannya yang sangat keras ketika orang Yahudi berkata dengan suatu perkataan yang sangat lancang dan tidak pantas diucapkan oleh mulut mereka. Allah berfirman : “Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang orang (Yahudi) yang mengatakan; Sesungguhnya Allah Allah itu miskin dan kami kaya. Kami akan mencatat perkataan mereka dan perbuatan mereka membunuh nabi nabi tanpa hak (alasan yang benar) dan Kami akan mengatakan (kepada mereka); Rasakanlah olehmu adzab yang membakar !. (Q.S Ali Imran 181).

Bahkan Allah Ta’ala mengingatkan pula bahwa Dia mendengar segala bisikan mereka dan semua pasti dicatat oleh malaikat malaikat-Nya. Allah berfirman : “Ataukah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan bisikan mereka ?. Sebenarnya (Kami mendengar)  dan utusan utusan Kami (malaikat) selalu mencatat di sisi mereka”.  (Q.S az Zukhruf 80).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (938).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar