Selasa, 17 Januari 2017

KESELAMATAN DAN PERLINDUNGAN DENGAN BERSERAH DIRI



KESELAMATAN DAN PERLINDUNGAN  
 DENGAN BERSERAH DIRI 

Oleh : Azwir B. Chaniago

Manusia  adalah makhluk yang lemah, fakir, tak memiliki apa apa. Sungguh kita sangat butuh dan bergantung kepada Allah Ta’ala. Allah befirman : “Yaa aiyuhannaasu antumul fuqaraa-u ilallahi, wa huwal ghaniyul hamiid”. Wahai manusia !. Kamulah yang membutuhkan Allah dan Allah Dia-lah Yang Mahakaya (tidak membutuhkan sesuatu), Maha Terpuji. (Q.S Fathir 15). 

Segala sesuatu adalah milik Allah Ta’ala.  Tidak berserikat dengan apapun dan siapapun. Allah telah berfirman tentang milik-Nya : “Lillahi mulkus samawaati wal ardhi wa maa fiihinna wa huwa ‘ala kulli syai-in qadiir”. Milik Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu (Q.S al Ma-idah 120).

Oleh karena itu tidak ada keselamatan atau perlindungan bagi manusia kecuali bertawakal atau  berserah diri kepada-Nya.  Allah Ta’ala telah memerintahkan manusia untuk berserah diri kepada-Nya. Allah berfirman : “Fa’buduhu wa tawakkal ‘alaihi, wa maa rabbuka bi ghaafilin ‘amma ta’maluun”  Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepadaNya. Dan Rabbmu tidak akan lalai terhadap apa yang kamu kerjakan.  (Q.S Huud 123)

“Wa tawakkal ‘alallahi wa kafa billahi wakiilaa”.Dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pemelihara.  (Q.S al Ahzaab 3)

 Ibnu Rajab al Hambali berkata : Seorang ulama salaf menjelaskan tingginya kedudukan sifat ini (menyembah dan berserah diri kepada-Nya, pen.) sebagai sebab yang besar untuk meraih keridhaan Allah dan kecukupan dari-Nya. Beliau berkata : Cukuplah bagimu untuk melakukan tawasul (sebab yang disyariatkan untuk mendekatkandiri kepada Allah dengan Dia mengetahui (adanya) tawakal (penyandaran diri) yang benar kepada-Nya dalam hatimu. Berapa banyak hamba-Nya yang mempasrahkan urusan kepada-Nya maka Dia pun mencukupi (segala) keperluan hamba tersebut. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam).

Keadaan ini dijelaskan Allah Ta’ala dalam makna firman-Nya surat ath Thalaq ayat 3 :  Waman yatawakkal ‘alallahi fahuwa hasbuh. Innallaha baalighu amrihii, qad ja’alallahu likulli syai-in qadraa”. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah pasti mewujudkan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap tiap sesuatu. 
 
Syaikh as Sa’di berkata : “Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah” maknanya adalah (bertawakal) dalam urusan agama dan dunianya dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah Ta’ala dengan maksud untuk mendapatkan apa apa yang bermanfaat dan menghindari apa apa yang mudharat serta percaya sepenuhnya bahwa mereka akan diberi kemudahan. (Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam memperjelas makna ini dalam sabda beliau : Barangsiapa yang ketika keluar rumah membaca (dzikir) : Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi, walaa haula wala quwwwata illa billah (Dengan nama Allah aku berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya) maka Malaikat akan berkata  kepadanya, (Sungguh) engkau telah diberi petunjuk (oleh Allah), dicukupkan (dalam segala keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan) sehingga syaithan pun tidak bisa mendekatinya. Dan syaithan yang lain berkata kepada temannya; Bagaimana (mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga (oleh Allah). (H.R at Tirmidzi no. 3426 dan Abu Daud no. 5095. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Tentang berserah diri ini, Imam Ibnul Qayyim berkata : Tawakal (berserah diri dan bersandar) kepada Allah adalah termasuk sebab  yang paling kuat untuk melindungi diri seorang hamba dari gangguan, kezhaliman dan permusuhan orang lain yang tidak mampu dihadapinya sendiri. Allah akan memberikan kecukupan bagi orang yang bertawakal kepada-Nya. 

Barangsiapa yang telah diberi kecukupan dan dijaga oleh Allah maka tidak ada harapan bagi musuh musuhnya untuk bisa mencelakainya. Bahkan dia tidak akan ditimpa kesusahan kecuali sesuatu yang mesti (dirasakan oleh semua makhluk) seperti panas, dingin, lapar dan dahaga. Adapun gangguan yang diinginkan musuhnya maka selamanya tidak akan menimpanya. Maka (jelas tidak) perbedaan antara gangguan yang secara kasat mata menyakitinya merupakan kebaikan baginya (untuk menghapuskan dosa dosanya) dan untuk menundukkan nafsunya  dan gangguan (dari musuh musuhnya) yang dihilangkan darinya. (Badai’ al Fawaid)

Oleh karena itu seorang hamba akan selalu berusaha untuk melakukan berbagai kebaikan dengan berserah diri kepada Allah Ta’ala agar memperoleh keselamatan dan perlindungan di dunia dan akhirat. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (933)              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar