Selasa, 10 Januari 2017

HAMBA ALLAH BERGEMBIRA MENERIMA PERINTAH DAN LARANGAN



HAMBA ALLAH GEMBIRA MENERIMA 
PERINTAH DAN LARANGAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Pada saat nenek moyang kita,  Nabi Adam ‘alaihissalam diturunkan ke bumi, Allah berfirman : “Kami berfirman : Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".Q.S al Baqarah 38).

Setelah Nabi Adam bersama istrinya Hawa berada di bumi maka  mereka dianugerahi Allah berupa  keturunan yang banyak sampai dengan masa kita ini dan insya Allah sampai hari Kiamat.

Untuk keselamatan para keturunan Nabi Adam ini, ternyata Allah Ta’ala benar benar menurunkan banyak petunjuk-Nya. Terakhir adalah berupa kitab yaitu al Qur an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam sebagai pedoman hidup manusia agar selamat di dunia dan di akhirat.

Namun amatlah disayangkan bahwa pada zaman kita ini ternyata semakin banyak jenis manusia yang suka mempertanyakan tentang perintah dan larangan serta berbagai ketetapan Allah yang diturunkan melalui Rasul-Nya. 

Diantara perintah dan larangan berupa ketetapan atau peraturan yang Allah turunkan dan dipertanyakan oleh sebagian manusia adalah : (1) Kenapa banyak ayat ayat dan kisah kisah dalam al Qur an yang diulang ulang. (2) Kenapa Allah tidak adil dalam pembagian waris seperti anak laki laki mendapat dua bagian dari anak perempuan. (3) Kenapa Allah kejam dalam menghukum seperti hukum rajam bagi pezina dan potong tangan bagi pencuri.

Sungguh apa yang mereka pertanyakan itu menunjukkan dengan sangat nyata tentang  kelakuan buruk mereka yaitu tidak  beradab kepada Allah Ta’ala.  Na’udzubillahi min dzaalik.

Bahkan yang lebih celaka   lagi adalah mereka yang bukan sekedar bertanya tapi malah punya pikiran dan keinginan yang bathil yaitu untuk merevisi al Qur an yang katanya untuk disesuaikan dengan kebutuhan zaman.  Seolah olah mereka lebih tahu dengan kebutuhan zaman. Sungguh Allah Yang Maha Mengetahui.

Orang yang mempertanyakan hukum atau peraturan Allah pada hakikatnya adalah orang yang dungu kenapa : (1) Karena dia lupa bahwa Allah yang menciptakan manusia dan tentu Allah yang Maha Mengetahui aturan aturan terbaik bagi keselamatan  manusia. (2) Seolah olah mereka tidak tahu bahwa  dirinya makhluk (yang diciptakan) dan Allah Ta’ala adalah Khaliq Maha Pencipta termasuk sebagai pencipta diri mereka, pemberi rizki dan berbagai nikmat buat mereka. (3) Orang ini mungkin seperti anak kecil yang sedang sakit. Karena tidak mengerti lalu menolak untuk minum obat pada hal obat itu baik baginya. 

Ketahuilah bahwa manusialah yang akan ditanya tentang apa yang telah mereka lakukan di bumi. Allah berfirman : “Laa yus-aluu ‘ammaa yaf’alu wa hum yus-aluun”. Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan tetapi merekalah yang akan ditanya. (Q.S al Anbiyaa’ 23).

Padahal semestinya seorang hamba  haruslah  bergembira jika berhadapan dengan syari’at, hukum ataupun ketetapan Allah. Ketahuilah bahwa hukum Allah itu adalah berupa perintah dan larangan. Jika ada perintah maka pasti disitu ada kebaikan, dan jika ada larangan maka pasti disitu ada mudharat bagi manusia.

Manfaat dan mudharat itu bisa ada yang sudah diketahui sebagiannya, belum diketahui atau tidak diketahui sama sekali karena keterbatasan ilmu yang ada pada manusia. “Wamaa uutiitum minal ‘ilmi illaa qaliilaa” Sedangkan kamu diberi pengetahuan yang sedikit. (Q.S al Israa’ 85).

Jadi pantaslah  orang orang mukmin bergembira  dengan datangnya perintah dan larangan Allah  karena semua hukum dan ketetapan Allah adalah untuk kebaikan manusia di dunia maupun di akhirat. Dan kegembiraan seorang mukmin akan tampak jika mereka berhadapan dengan hukum-hukum Allah maka mereka langsung mengambil posisi sami’na wa atha’na, kami dengar dan kami patuhi.

Allah berfirman :  Qul bifadhlillahi wa bi rakhmatihi fa bidzaalika falyafrahuu, huwa khairun mimmaa yajma’uun.” Katakanlah (Muhammad), dengan karunia Allah dan rakhmat Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.  (Q.S Yunus 58).

Para ulama menjelaskan bahwa ayat ini merupakan dalil yang mewajibkan untuk menghadirkan kegembiraan dalam hati  seorang hamba jika berhadapan dengan syari’at atau ketetapan Allah. 

Selanjutnya para ahli Tafsir menjelaskan bahwa makna karunia dalam ayat ini bukanlah harta atau perhiasan dunia tetapi maknanya adalah iman. Sedangkan rakhmat disini maknanya adalah al Qur’an. Ini antara lain sebagai mana yang dijelaskan oleh ahli Tafsir yaitu Imam Mujahid, murid Ibnu Abbas.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (926)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar