Minggu, 25 Oktober 2015

ZUHUD TERHADAP DUNIA SANGATLAH BAIK



ZUHUD TERHADAP DUNIA SANGATLAH BAIK

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sebagian orang mungkin membayangkan bahwa zuhud adalah identik dengan wajah yang kusam bahkan pucat, makan seadanya. Pakaian lusuh dan kumal, berjalan selalu menunduk, berbicara sangat pelan hampir tidak kedengaran dan yang lainnya. Tapi ketahuilah saudaraku zuhud bukan ditunjukkan oleh penampilan fisik seperti itu karena zuhud bukanlah amalan badan tapi zuhud adalah amalan hati

Usman bin Affan dan Abdurrahman bin ‘Auf adalah dua diantara sahabat yang sangat kaya dan keduanya juga dikenal sebagai orang yang sangat zuhud. 

Lalu kalau begitu apa  makna atau pengertian zuhud. 

Imam Ibnul Qayyim berkata : Zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak ada manfaatnya untuk akhirat. Beliau juga berkata : Bahwa cinta seseorang kepada akhirat tidak akan sempurna kecuali dengan bersikap zuhud terhadap dunia.

Ketahuilah bahwa para ulama  sepakat bahwa zuhud itu merupakan perjalanan hati dari kampung dunia dan menempatkannya di akhirat. Oleh sebab itu orang yang zuhud tidak pernah gembira karena mendapatkan dunia, dan tidak pula mereka bersedih  karena kehilangan dunia.

Dalam Kitab Fawaidul Fawaaid, Imam Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa zuhud terhadap dunia tidak akan terealisasi (tidak akan diperoleh) melainkan setelah dia memandang dua hal berikut ini dengan pandangan yang benar.

Pertama : Memandang dunia sebagai sesuatu yang mudah hilang, mudah lenyap, mudah musnah. Dunia adalah sesuatu yang kurang, tidak sempurna, lagi hina. Persaingan dan ambisi dalam mendapatkan hal hal duniawi sangat menyakitkan. Dunia adalah tempat kesedihan, kesusahan dan kesengsaraan. Akhir dari hal hal duniawi adalah kefanaan yang diikuti dengan penyesalan dan kesedihan.  Orang yang mengejar kenikmatan dunia tidak lepas dari (1) kecemasan sebelum mendapatkannya. (2) Keresahan pada saat (berusaha) meraihnya. (3) Dan kesedihan setelah meraihnya.  

Kedua : Memandang akhirat sebagai sesuatu yang pasti datang, kekal dan abadi. Karunia dan kebahagiaan yang terdapat di akhirat begitu mulia dan apa yang ada di akhirat sangat berbeda dengan apa yang ada di dunia. 

Akhirat adalah sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala : “Wal aakhiratu khairun wa abqaa” (Padahal) kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (Q.S al A’la 17).
Sungguh kehidupan di akhirat penuh dengan berbagai kebaikan yang sempurna dan kekal, sedangkan dunia hanya berisi berbagai khayalan yang tidak sempurna dan pasti punah.

Selanjutnya beliau berkata : Pembagian ini penting untuk diketahui mengingat bahwa setiap hamba tidak dapat terlepas dari salah satunya. Dengan kata lain, orang yang mengutamakan dunia daripada akhiratnya dapat disebabkan oleh dua faktor (1) karena rusaknya iman, sedangkan yang (2) rusaknya akal. Sungguh banyak orang yang mengalami kedua hal tersebut. 

Oleh sebab itu, Rasulullah dan para sahabat beliau mencampakkan dunia di belakang punggung mereka. Mereka (para sahabat)  memalingkan hati dari dunia. Mereka mengabaikannya dan tidak merasa nyaman dengannya. Mereka meninggalkannya dan tidak mengejarnya. Bagi mereka dunia adalah penjara bukan surga, sehingga mereka selalu bersikap zuhud dalam arti sebenarnya. Seandainya mereka menginginkan dunia niscaya mereka akan mendapatkan apa yang diinginkan dan mencapai apa yang mereka hasratkan.

Rasulullah dalam banyak hadits telah menjelaskan kepada kita betapa tidak berharga dan rendahnya  dunia dibanding akhirat. Beliau bersabda : “Maddun-yaa fil akhirati illaa kamaa yudkhilu ahadukum ushbu’ahu fil yammi, fal yanzhur, bima yarji’.  Perbandingan antara dunia dan akhirat itu seperti seorang yang memasukkan jarinya kedalam samudra. Lihatlah betapa banyak air yang terbawa jarinya (saat diangkat). H.R Imam Muslim. 

Allah juga telah memperingatkan kita bahwa dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau yang melalaikansebagaimana disebutkan dalam firman-Nya : “Wa farihuu bil hayaatid dun-yaa wa mal hayaatud dun-yaa fil aakhirati illa mataa’. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia pada hal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat. (Q.S ar Ra’d 26).

Sungguh kata Imam Ibnul Qayyim : Semakin besar kecintaan seorang hamba dan rasa senangnya kepada dunia maka semakin berat pula dirinya dalam melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala (untuk) meraih akhirat.

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada-Nya pula kita berserah diri. Insya Allah bermanfaat.

Wallahu A’lam. (443)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar