Sabtu, 17 Oktober 2015

BANYAK MANUSIA YANG TAKUT MATI



BANYAK MANUSIA YANG TAKUT MATI

Oleh : Azwir B. Chaniago

Jika kita bertanya kepada saudara saudara,  atau teman teman kita apakah engkau sudah siap menghadapi mati.  Banyak yang  akan menjawab bahwa : (1) Saya belum siap untuk mati. (2) Kalau mati ya jangan dululah. (3) Ya bagaimana ya, kalau bisa nantilah. (4) Terserah jadwalnya sajalah.  (5) Tidak berani menjawab. Bahkan terkadang  ada pula yang mungkin bercanda (?). Kalau ditanya apakah engkau  saat ini sudah siap mati ? Lalu apa jawabannya : Kamu sajalah yang duluan. Ini namanya lain tanya lain jawaban.

Tapi kenyataannya memang demikian,  sebagian manusia takut untuk mati, meskipun mereka tahu persis bahwa mati itu sudah pasti akan mendatanginya  yaitu pada waktu yang Allah telah  tetapkan baginya.   

Allah berfirman : “Qul innal mautal ladzii tafirruuna minhu fainnahuu mulaaqiikum” Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu. (Q.S al Jumu’ah 8) 

Rasulullah bersabda :  “Aktsiruu dzikra haadzimil ladzdzaati ya’nil mauta” Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan kenikmatan kesenangan yaitu kematian. (H.R Imam at Tirmidzi dan Ibn Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Dalam batas-batas tertentu perasaan takut mati adalah  wajar. Bahkan bisa dikatakan baik, apabila seseorang yang takut mati yaitu jika rasa takutnya ini mampu dijadikan sebagai  pendorong baginya  untuk berbuat  kebajikan dan menjadi semangat untuk menjauhkan diri dari kemaksiatan. 

Sungguh Rasulullah memuji orang yang selalu mengingat mati itu sebagai orang mukmin yang cerdas. Dari Ibnu Umar, diriwayatkan bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam ditanya : Siapakah dari orang orang mukmin yang cerdas ? Rasulullah bersabda : “Yang paling banyak mengingat mati dan paling tekun membuat persiapan untuknya, mereka itulah orang yang cerdas” (H.R Ibnu Majah dan al Hakim, dihasankan oleh Syaikh al Albani).

Lalu kenapa banyak manusia takut dengan kematian. Diantara penyebabnya adalah :

Pertama : Berlebihan dalam mencintai dunia.
Rasa takut mati biasanya terpelihara pada diri seseorang yang berlebihan dalam mencintai dunia. Keinginannya adalah mengumpulkan harta   dunia dengan segala perhiasannya lalu bernikmat nikmat dengannya. Kalau bisa jangan sampai berakhir dengan kematian meskipun semua itu pasti akan berakhir. Dia khawatir sekiranya dia mati maka siapa yang akan menjaga keluarga dan harta yang ditinggalkannya. Dia merasa tidak ada orang yang lebih mampu menjaga keluarga dan hartanya. Semua itu membuat dia sangat takut mati. 

Kedua : Tidak punya ilmu tentang hubungan dunia dan akhirat.
Seorang hamba yang tidak memiliki ilmu dunia dan juga ilmu tentang akhirat maka :
 (1)  Bisa jadi dia takut mati karena  menduga bahwa apa yang dimilikinya sekarang lebih baik dari apa yang akan diperolehnya di akhirat kelak. Pada hal jika dia beriman dan melakukan amal shalih maka akhirat itu akan jauh lebih baik baginya. Allah berfirman : “Wal aakhiratu khairun waabqaa”  Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (Q.S al A’laa 17) 

(2) Bisa juga timbul ketakutan karena membayangkan sulitnya proses kematian atau sakaratul maut.  Tentang hal ini sungguh Allah Ta’ala telah menjelaskan : “Wan naazi’aati gharqaa, wan naasyithaati nasytha”. Demi (malaikat malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras. Dan (malaikat malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut. (Q.S an Naazi’aat 1-2).

Tentang ayat ini Syaikh Utsaimin menjelaskan bahwa makna mencabut dengan gharqa atau  keras adalah mencabut nyawa orang kafir. Sedangkan  dengan lemah lembut adalah  mencabut nyawa orang beriman. Malaikat tersebut mencabut nyawa orang yang beriman dengan al ansyuuthah yaitu (seperti) simpul tali yang mudah lepas yakni jika ujung salah satu simpul itu ditarik maka ujung yang lain akan mudah terurai. 

Ketiga : Merasa banyak dosa.
Orang yang merasa banyak dosa sedangkan amalnya masih sangat sedikit tentulah dia merasa takut untuk mati. Ini suatu yang wajar. Seorang yang cerdas, maka dalam kondisi ini bukanlah rasa takutnya yang harus dikedepankan tapi semangatnya untuk meninggalkan maksiat dan semangatnya untuk banyak beribadah yang perlu disegerakan. Jangan ditunda lagi. 

Ketahuilah bahwa jika  seseorang masih muda katakanlah umur 20 tahun maka ada dua kemungkinan saat matinya (1) masih jauh, atau (2) bisa jadi sudah dekat. Kalau seseorang sudah tua katakanlah umur 60 tahun juga ada dua kemungkinan saat matinya (1) sudah dekat atau (2) sudah sangat dekat. Jangan lupakan dua kemungkinan ini.

Wallahu A’lam (433)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar