Jumat, 16 Oktober 2015

TELADAN DALAM MELAKUKAN SHALAT BERJAMAAH



TELADAN DALAM MELAKUKAN SHALAT BERJAMAAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Para sahabat dan  orang orang shalih sesudahnya, dari dahulu hingga sekarang, sangat menjaga dan mengutamakan shalat berjamaah di masjid. Mereka tidak akan melalaikan sedikitpun lima waktu dalam sehari.   Diantara penyebab dan mendorong mereka melakukan hal demikian adalah :  

Pertama : Mereka mengetahui betul bahwa ini adalah sesuatu yang diajarkan Rasulullah maka mereka mengikuti dan menjaganya dengan baik.

Kedua :  Mereka mengetahui betul tentang kewajiban shalat berjamaah di masjid serta paham pula terhadap   manfaat atau keutamaan yang akan diperoleh dengan  shalat berjamaah.

Ketiga : Mereka sangat tamak dalam  beramal dan selalu ingin mendapatkan manfaat yang terbaik dari amal amal yang mereka lakukan.

Diantara kisah teladan dari salafus shalih dalam mengutamakan shalat berjamaah adalah :

Pertama : Umar bin Khaththab.
Pada suatu kali Umar keluar pergi ke kebun miliknya. Lalu dia pulang dan mendapati orang orang telah selesai melakukan shalat ‘ashar secara berjamaah. Beliau menganggap ini adalah musibah  besar bagi dirinya. Lalu beliau mengucapkan : “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, aku telah ketinggalan shalat ‘ashar berjamaah, maka aku meminta kalian jadi saksi bahwa kebunku tersebut aku sedekahkan kepada orang-orang miskin” Maksudnya adalah agar menjadi kafarah atas perbuatannya yang lalai terhadap shalat berjamaah pada hal hanya satu kali.   

Kedua : Abdullah bin Umar
Beliau berkata : Kami jika mendapati seseorang tidak melakukan shalat ‘Isya dan Shubuh berjamaah maka kami berpraduga kepadanya bahwa dia telah munafik. Ini karena Rasulullah telah bersabda : “Laisa shalatan atsqalu ‘alal munafiqina minal fajri wal ‘isya-i wa lau ya’lamuuna maa fiihimaal atauhuma wa lau habwa …” Tidak ada shalat yang lebih berat menurut orang-orang munafik melebihi (beratnya) shalat shubuh dan ‘isya. Dan seandainya mereka mengetahui pahala pada keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya (untuk shalat berjamaah) meskipun dengan merangkak …(Mutafaq ‘alaihi)

Ketiga : Sa’id bin Musayyab.
Sa’id bin Musayayab seorang Tabi’in senior pernah berkata : Tidaklah muadzin mengumandangkan adzan semenjak tiga puluh tahun kecuali aku sudah berada di masjid. 

Sungguh adalah kewajiban setiap muslim untuk memakmurkan masjid baik secara fisik maupun secara maknawi yaitu dan terutama adalah dengan shalat berjamaah di masjid.

Mohonlah pertolongan Allah, dan berusahalah untuk tidak mengabaikan shalat berjamaah di masjid. Bukankah Rasulullah dan para sahabat serta orang-orang shalih senantiasa shalat berjamaah di masjid. Lalu apakah kita akan mengabaikannya. ?
Kisah Umar bin Khaththab, Abdullah bin Umar serta Sa’id bin Musayyab diatas kiranya memberikan motivasi yang kuat bagi kita untuk selalu menjaga dan melazimkan shalat berjamaah di masjid. 

Wallahu A’lam. (431)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar