Kamis, 08 Oktober 2015

JIKA TERLANJUR BERBUAT KEBURUKAN



JIKA TERLANJUR BERBUAT KEBURUKAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Seorang hamba yang beriman dan bertakwa akan selalu berusaha melakukan berbagai ketaatan dan menghindari setiap keburukan. Tapi dia tidak bisa  terhindar sama sekali dari melalaikan ketaatan ataupun  dari melakukan keburukan. Paling tidak ada tiga penyebab kenapa berlaku demikian.

Pertama : Manusia bukan malaikat. Manusia memiliki hawa nafsu yang terkadang sulit dikendalikan,  Dan hawa nafsu itu cenderung kepada keburukan. Allah berfirman : “Wa maa ubarri-u nafsii, innan nafsa la-ammaa ratun bis suu-i illa maa rahima rabbi”. (Yusuf berkata) Dan aku  tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabb-ku (Q.S Yusuf 53)

Dalam kitab Tafsir Kariimir Rahman di sebutkan bahwa : “Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan” maknanya adalah seringkali (nafsu itu) memerintahkan pemiliknya untuk berbuat keburukan yakni perbuatan keji dan segala dosa.   

Kedua : Manusia mempunyai musuh yang nyata yaitu syaithan yang selalu berusaha menggoda dan mendorongnya untuk melakukan kemaksiatan dan dosa. Allah berfirman : “Innamaa ya’murukum bis suu-i wal fahsyaa-i wa an taquuluu ‘alallahi maa laa ta’lamun”.   Sesungguhnya (syaithan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah (Q.S al Baqarah 169)

Syaikh as Sa’di berkata : Yang dimaksud adalah kejahatan yang merusak pelakunya. Dengan demikian termasuk dalam hal ini adalah seluruh kemaksiatan.  

Ketiga : Manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah. Syaikh as Sa’di berkata : Manusia itu adalah lemah dalam hal fisik, lemah dalam berkehendak, lemah dalam bertekad dan lemah dalam iman dan kesabaran (Lihat Tafsir Kariimir Rahman). Allah berfirman : “Wa khuliqal insaanu dha’iifaa”. Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah. (Q.S an Nisaa’ 28.)

Lalu sekiranya pada satu saat seorang hamba jatuh kepada keburukan maka bersegeralah  untuk :

Pertama : Bersegera memohon ampun.
Dari Abu Bakar ash Shiddiq, dari Nabi, beliau bersabda : “Tidaklah seseorang melakukan satu dosa kemudian dia bangkit lalu berwudhu’ lalu shalat daan beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah, kecuali Allah pasti mengampuninya” Kemudian beliau membaca ayat ini : Dan  orang orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzhalimi diri sendiri (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampun atas dosa dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa dosa selain Allah ?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui. (Q.S Ali Imran 135). H.R Imam Ahmad, at Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah.

Kedua :  Mengikuti perbuatan buruk dengan perbuatan baik.
Allah berfirman : “Wa aqimish shalaata tharafan nahaari wa zulafan minal laili innal hasanaati yudzhibnas saiyi-aati, dzaalika dzikraa lidz dzaakiriin”. Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan perbuatan yang buruk. Dan itulah peringatan bagi orang orang yang ingat. (Q.S Hud 114).

Dari Ibnu Mas’ud : “Bahwasanya seorang laki laki telah mencium seorang perempuan, lalu dia datang kepada Nabi dan menceritakan itu kepada beliau, maka Nabi terdiam, hingga turunlah ayat ini, maka beliau memanggilnya dan membacakannya kepadanya. Maka seorang laki laki bertanya : Apakah ini khusus baginya ?. Beliau menjawab : (Tidak) tetapi (ia) untuk semua manusia secara umum”. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim). 

Ini adalah karena kasih sayang Allah yang Maha Pengampun. Namun demikian hadits dan ayat ini jangan dijadikan sandaran untuk dengan sengaja berbuat maksiat lalu berkata : Kalau saya berbuat dosa, nantikan mudah minta ampun dan bertaubat. Bukankah Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Ucapan dan sikap yang seperti ini sangatlah berbahaya karena : 

Pertama : Siapa yang menjamin dia mampu memohon ampun dan bertaubat setelah melakukan maksiat. Ketahuilah seseorang bisa memohon ampun dan bertaubat adalah dengan hidayah Allah.

Kedua : Bisa jadi dia  keenakan  dengan maksiatnya karena satu maksiat yang dilakukan seseorang akan mengundang maksiat yang lainnya. Lalu keterusan sehingga semakin jauh dari  keinginan untuk minta ampun dan bertaubat. 

Ketiga : Bisa jadi pula pada saat keenakan bermaksiat datang malaikat maut mencabut nyawanya sehingga tidak sempat minta ampun dan bertaubat. Na’udzubillahi min dzaalik.  
      
Wallahu A’lam. (423)

1 komentar: