Kamis, 29 Oktober 2015

DIAM TIDAK SELALU EMAS



DIAM TIDAK SELALU EMAS

Oleh : Azwir B. Chaniago

Orang bijak mengatakan bahwa diam adalah emas. Sikapilah ungkapan ini dengan bijak karena  diucapkan oleh orang bijak. Ketahuilah saudaraku, diam tidak serta merta selalu emas atau sesuatu yang berharga. Pada satu keadaan diam tidaklah dikatakan emas tapi  diam bisa jadi besi bahkan yang  sudah karatan dan rusak  sehingga tidak bermanfaat. 

Diantara contohnya adalah bahwa jiika seseorang melihat dihadapannya ada suatu kemungkaran atau sesuatu yang  membahayakan lalu dia diam dan membiarkannya maka tentu ini tidak berarti emas atau sesuatu yang berharga. Mungkin berbicara lebih bermanfaat. Timbanglah baik baik. 

Sungguh Allah Ta’ala berfirman bahwa ciri ummat terbaik adalah menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. “Kuntum khaira ummatin ukhrijat linnaasi ta’muruuna bil ma;ruufi wa tanhauna ‘anil munkari wa tu’minuuna billah”. Kamu (ummat Islam) adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh kepada yang baik dan mencegah dari yang mungkar dan (kamu) beriman kepada Allah. (Q.S Ali Imran 110)  

Bukankah Rasulullah bersabda : “Man ra-a minkum munkaran fal yughaiyirhu biyadihi faillam yastathi’ fabilisaaanihi, faillam yastathi’ fabiqalbihi, wa dzalika adh’aful iimaan.” Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu maka dengan  lisannya dan jika dia tidak mampu maka dengan hatinya, (mengingkari dengan hati) itu adalah iman yang paling lemah. (H.R Imam Muslim)

Ketahuilah saudaraku, seseorang yang mampu untuk berkata yang baik maka itu lebih utama baginya daripada diam.

Rasulullah bersabda : "Man kaana yu'minu billahi wal yaumil aakhiri fal yaqul khairan au liyashmut". Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah dia berkata yang baik atau diam. (H.R. Bukhari dan Muslim). 

Pada redaksi hadits ini Rasulullah menyebutkan berkata yang baik lebih dahulu dari kata diam. Ini bermakna bahwa berbicara yang baik lebih utama daripada diam. Jika tidak ada keraguan untuk berbicara, maka bicaralah, jangan diam.

Sekiranya seseorang berbicara yang baik maka didapat  dua manfaat. 

Pertama : Bagi yang berbicara karena telah menyampaikan ucapan-ucapan yang baik.

Kedua : Bagi yang mendengar, dia telah menerima ucapan-ucapan yang baik dan bermanfaat baginya. Ini   bisa berupa nasehat, tambahan ilmu dan yang lainnya.

Sebaliknya,  kalau seseorang itu  diam, tidak mau berbicara maka  hanya akan ada satu manfaat  bagi yang tidak berbicara  tersebut yaitu lebih selamat.

Wallahu A’lam.  (447)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar