Kamis, 22 Oktober 2015

JANGAN IKUT DUDUK DI MAJLIS MAKSIAT



JANGAN IKUT DUDUK DI MAJLIS MAKSIAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Terkadang ada sebagian saudara kita, mungkin tidak sengaja, atau tidak tahu lalu duduk di majlis yang didalamnya ada perkataan ataupun perbuatan yang jika ditimbang dengan  syariat,  bisa masuk kepada kategori maksiat.

Diantaranya contohnya adalah duduk dimajlis yang dihidangkan khamar, meskipun tidak semua yang hadir ikut minum. Majlis yang orang orangnya membicarakan tentang sesuatu yang sifatnya rafas (jorok). Majlis yang orang orangnya membicarakan aib orang lain (ghibah).  Lebih tercela lagi  dan  merupakan  kemaksiatan sangat besar adalah hadir majlis yang berolok olok tentang agama Islam dan segala sesuatu yang terkait dengan agama seperti berolok olok dengan ayat ayat al Qur-an dan as Sunnah dan yang lainnya.

Allah berfirman : “Waqad nazzala ‘alaikum fil kitaabi an idza sami’tum ayaatillahi yukfaru bihaa wa yustahza-u bihaa, fallaa taq’uduu ma’ahum hatta yakhuudhu fii hadtsin ghairihii, innakum idzan mitsluhum”.  Dan sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) bagimu di dalam Kitab (al Qur-an) bahwa apabila kamu mendengar ayat ayat Allah diingkari dan diperolok olokkan (oleh orang orang kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka kecuali jika mereka telah mengganti isi pembicaraan. Jika kalian ikut duduk maka kalian semisal mereka. (Q.S an Nisa’ 140)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di berkata : Maksudnya, Allah Ta’ala telah menjelaskan kepada kalian tentang apa yang turun kepada kalian berupa hukum syariat saat hadir pada majlis majlis kekufuran dan kemaksiatan.  

“Bahwa apabila  kamu mendengar diingkari dan diperolok olokan (oleh orang orang kafir)”  maksudnya, direndahkan, yang demikian itu adalah karena yang wajib atas setiap orang mukallaf (orang telah dibebani syariat) adalah beriman kepada ayat ayat Allah, mengagungkannya, memuliakannya dan menyeganinya. Dan itulah maksud diturunkannya ayat ayat tersebut.

“Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian)”  yaitu apabila kalian duduk bersama mereka pada kondisi yang disebutkan, “tentulah kamu serupa dengan mereka” karena kalian ridha dengan kekufuran mereka dan penghinaan mereka itu.
Intinya adalah bahwa barangsiapa yang hadir pada suatu majlis dimana dalam majlis tersebut Allah Ta’ala didurhakai, maka wajib ‘ain untuk diingkari bila mampu atau meninggalkan tempat tersebut bila tidak mampu (mengingkari). Lihat Tafsir Karimir Rahman.

Satu kisah yang berkaitan dengan hadir atau ikut duduknya  seseorang di majlis maksiat pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Meskipun ada seseorang yang tidak ikut bermaksiat bersama orang orang yang melakukan kemaksiatan namun Khalifah Umar bin Abdul Aziz tetap menghukumnya seperti orang orang yang ikut bermaksiat, karena orang tersebut ikut duduk di majlis maksiat. Seharusnya dia mengingkarinya dan kalau tidak mampu maka dia harus meninggalkan majlis maksiat itu. Khalifah Umar berdalil dengan surat an Nisa’ ayat 140 tersebut diatas.

Kisah ini disebutkan oleh  Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa yakni :  (Pada suatu kali) dilaporkan kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz sekelompok orang yang tertangkap sedang minum khamar. Beliau lalu memerintahkan agar menghukum semua mereka dengan hukum cambuk. 

Lalu ada yang mengatakan : Diantara mereka (ada yang tidak ikut mabuk mabukan) karena ada yang sedang berpuasa. Umar bin Abdul Aziz berkata : Jadikan dia sebagai orang yang pertama kali mendapatkan hukuman cambuk diantara mereka. 

Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata : Tidakkah kalian mendengar  Allah telah berfirman, lalu beliau membacakan surat an Nisa’ ayat 140.    

Wallahu A’lam.   (438).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar