Rabu, 07 Oktober 2015

PUNCAK AKHLAK ADALAH BERADAB KEPADA ALLAH



BERADAB KEPADA ALLAH ADALAH PUNCAK AKHLAK

Oleh : Azwir B. Chaniago

Akhlak memiliki posisi yang paling penting dalam Islam. Bahkan akhlak merupakan salah satu tujuan di utusnya Rasulullah yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Rasulullah bersabda : Innamaa bu’istu li utammima shalihal akhlaq. Sesungguhnya aku hanya di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (H.R Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Imam Ahmad dalam Musnadnya dan al Hakim dalam Mustadrak).

Akhlak itu bukan sekedar muamalah dan pergaulan sehari hari tapi   terkait dengan keimanan  atau aqidah seorang hamba. Rasulullah bersabda : “Akmalul mu’miniinaa ahsanuhum khuluqan wa khiyaarukum, khiyaarukum li nisaa-ihim”. Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah dia yang memiliki akhlak terbaik, yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya kepada istrinya. (H.R Imam Tirmidzi).

Oleh karena pentingnya akhlak maka seorang hamba haruslah memahami makna akhlak yang benar. Jangan keliru, jangan salah kaprah. Untuk itu mari kita simak apa yang dikatakan oleh ulama tentang akhlak.

Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al Badr, seorang ulama besar Saudi, dosen pasca sarjana di Universitas Islam Madinah, pengajar tetap di Masjid Nabawi dan juga pengisi kajian rutin di Radio Dakwah ar Roja’ memberikan penjelasan : Makna akhlak dalam Islam tidaklah seperti yang dipahami oleh manusia pada umumnya yaitu sekedar bermuamalah dan berbuat baik terhadap sesama manusia. Akan tetapi akhlak lebih luas dari pada itu. Akhlak mencakup sesuatu yang lebih agung dari pada itu yaitu beradab kepada Allah Rabbul ‘alamin. Bahkan (berakhlak kepada Allah) ini adalah perkara yang paling mendasar dalam akhlak itu sendiri.

Jika kita mau mendalami sedikit tentang konsep akhlak dan adab dalam Islam, antara lain sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Abdurrazaq diatas maka pahamlah kita bahwa puncak tertinggi akhlak adalah ketika seseorang mengutamakan, menomor satukan Kalamullah dan sabda Rasul-Nya di atas semua perkataan dan teori rumusan manusia.

Kemudian kita menyaksikan sebagian orang di zaman ini yang berkata :  Saya memang  terkadang shalat terkadang tidak. Begitu juga dengan puasa yang jarang saya lakukan.  Amal amalan lainnya banyak yang tidak saya kerjakan. Tetapi akhlak saya baik, saya tidak mengganggu orang lain, saya tidak menzhalimi tetangga atau teman.
Ada lagi yang berkata : Saya memang tidak jilbaban, tidak menutup aurat, tetapi akhlak saya baik, saya tidak mengganggu orang lain, saya tidak menzhalimi tetangga atau teman bahkan saya suka membantu orang lain.

Ketahuilah bahwa berakhlak baik kepada manusia itu adalah suatu yang terpuji. Cuma jika   tidak mau melaksanakan perintah Allah dan tidak mau bersyukur berarti  tidak berakhlak kepada-Nya. Pendalillannya tidaklah terlalu rumit, diantaranya :  

Pertama : Allah telah memerintahkan kita untuk mengabdi atau menyembah kepada-Nya tapi kita lalaikan. Berarti kita tidak berakhlak kepada Allah karena sebagai hamba Allah kita wajib  patuh kepada perintah-Nya. Allah berfirman : “Wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liya’buduun”. Aku tidak  menciptakan  jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzaariat 56)

Kedua : Allah telah memberikan berbagai nikmat kepada kita. Kalau kita mencoba menghitungnya pastilah kita tidak akan mampu  karena demikian banyak bentuk dan jenisnya. Allah Ta’ala berfirman : “Wain ta’uddu ni’matalahi laa tuhshuhaa” Dan jika kalian menghitung nikmat Allah maka engkau tidak akan mampu menghitungnya.(Q.S Ibrahim 34).

Oleh karena itu maka wajiblah bagi seorang hamba untuk bersyukur (baca : berterima kasih) kepada yang telah memberikan nikmat itu. Diantara cara bersyukur adalah dengan melakukan ketaatan kepada pemberi nikmat yaitu Allah Taala. Lalu bagaimana seseorang mengaku bahwa akhlaknya baik tapi tidak bersyukur kepada Dzat yang telah memberinya berbagai kenikmatan. Tolong direnungkan ini.

Jadi kesimpulannya tidaklah patut seseorang itu mengatakan akhlak saya baik dengan sekedar berbuat baik atau berakhlak kepada sesama manusia karena puncak dari adab dan akhlak seorang hamba adalah beradab dan berakhlak kepada Allah Ta’ala dengan cara mematuhi atau taat kepada perintah-Nya. 

Jika seorang hamba betul betul  taat kepada Allah dan patuh kepada perintah-Nya maka akan  mudah baginya untuk berakhlak kepada manusia bahkan berakhlak kepada lingkungannya seperti sungai, laut, hutan, hewan, tumbuhan dan yang lainnya. Insya Allah.

Mudah mudahan bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam.  (422)    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar