Senin, 05 Oktober 2015

TIDAK PATUT DILAKUKAN JIKA UMUR SUDAH 60 TAHUN



TIDAK PATUT DILAKUKAN JIKA UMUR SUDAH 60 TAHUN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Dalam surat Fathir ayat 37 Allah berfirman : “…Awalam nu’ammirkum maa yatadzakkaru fiihi man tadzakkara wa jaa-akumun nadziir… Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan …? 
 
Para sahabat dan banyak ulama yang datang sesudahnya  mengatakan bahwa yang dimaksud memanjangkan umur dalam ayat ini adalah mencapai usia enam puluh tahun. Diantaranya : 

Imam Ibnu Katsir berkata : Dari Ibnu Abbas, umur yang dijadikan Allah sebagai batasan untuk menghilangkan udzur dari manusia pada firman-Nya dalam surat Fathir 37 adalah enam puluh tahun. Riwayat ini merupakan riwayat yang paling shahih dari Ibnu Abbas dan juga merupakan pedapat yang shahih karena dikuatkan oleh hadits (Tafsir Ibnu Katsir)

Dari Ali bin Abi Thalib mengenai firman-Nya dalam surat Fathir 37, ia berkata : Umur yang dipanjangkan Allah bagi kalian adalah enam puluh tahun dan ini merupakan pendapat paling kuat diantara  penafsiran dari ayat ini. 

Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam dalam banyak sabda beliau menyebutkan tentang umur 60 tahun. Diantaranya :

Pertama : A’maaru ummatii maa bainas sittina ilas sab’iina wa aqalluhum man yajuuzu dzalik. Umur ummatku antara enam pulu hingga tujuh puluh tahun dan sangat sedikit di antara mereka yang melebihi itu (H.R Ibnu Hibban)

Kedua : “Man ‘ammara sittiina sanatan au sab’iina sanatan faqad ‘udzira ilaihi fil ‘umur”.  Barang siapa yang diberi umur hingga enam puluh atau tujuh puluh tahun maka berarti Allah telah memberinya udzur di dalam umurnya. (H.R Ibnu Mardawih, dari Abu Hurairah).

Ayat dan tafsirnya serta sabda Rasulullah diatas memberikan sinyal betapa pentingnya posisi seorang hamba jika telah mencapai usia 60 tahun. Bahkan disebutkan pula bahwa dengan umur sebegitu berarti Allah telah memberikan udzur di dalam hidup seorang hamba. Dan juga Allah Ta’ala telah memberikan waktu yang cukup untuk berfikir bagi yang mau memikirkan.

Ketahuilah saudaraku bahwa bagi orang yang berumur 20 tahun misalnya maka saat wafatnya masih  ada dua kemungkinan bisa sudah dekat dan bisa masih jauh. Tapi bagi seseorang yang sudah mencapai umur 60 tahun, maka saat wafatnya kapan. Saat wafatnya juga ada dua kemungkinan yaitu sudah dekat atau sudah sangat dekat. 

Nah, kalau saat wafat sudah dekat atau sudah sangat dekat tentu tiada pilihan lain kecuali berusaha agar lebih taat dari sebelumnya. Jangan abaikan ini, ini sangat penting tidak ada yang lebih penting selain menjaga ketaatan kepada Allah bagi setiap hamba apalagi yang sudah berumur lanjut.

Fudhail bin Iyadh berkata : Hendaklah engkau berbuat kebaikan di sisa umurmu. Niscaya Allah akan mengampuni (dosa) apa yang telah lalu atas dirimu. Sesungguhnya jika engkau tetap berbuat keburukan pada sisa umurmu niscaya engkau akan dihisab atas semua perbuatan (buruk) mu yang telah lalu dan yang akan datang. (Jami’ul Ulum wal Hikam)

Allah berfirman : “Ayahsabul insaanu an yutraka sudaa” Apakah manusia mengira dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban) ? Q.S al Qiyaamah 36.
Oleh karena, mari kita bersegera memanfaatkan sisa umur yang sedikit ini untuk melakukan kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, karena sungguh kita benar benar akan mempertanggung jawabkan semua apa yang telah kita lakukan di dunia ini. 

Saudaraku, ada satu hal yang sangat perlu diperhatikan pada sisa umur yang sedikit ini, yaitu tidak atau jangan melakukan hal hal yang bisa melalaikan dari 
ketaatan kepada Allah Ta’ala terutama pada saat usia telah mencapai 60 tahun. Diantaranya adalah :

Pertama : Jangan berteman dengan orang orang yang berakhlak buruk. Diantaranya adalah  orang orang yang tidak pandai bersyukur kepada Allah yang telah memberinya berbagai kenikmatan. Juga jangan berteman dengan orang orang yang hanya memburu dunia dan segala kenikmatannya. Begitu juga dengan orang orang yang banyak bermaksiat kepada Allah, orang orang yang tidak berlaku jujur dan yang lainnya. 

Allah berfirman : Yaa aiyuhal ladzina aamanuut taqullaha wa kuunuu ma’ash shaadiqin”. Wahai orang orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang orang yang benar. (Q.S at Taubah 119) 
 
Sungguh Rasulullah telah mengingatkan  agar seseorang selalu memperhatikan dengan siapa dia harus berteman dekat. Beliau  bersabda : “Arrajulu ‘alaa diini khaliilih, falyanzhur ahadukum man yukhaalil”  Seseorang itu bergantung kepada agama teman dekatnya. Oleh karena itu hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan siapa yang akan dijadikan teman dekatnya.(H.R at Tirmidzi dan Abu Dawud).   

Kedua : Jangan banyak bersenda gurau, banyak tertawa dengan cerita cerita yang dibumbui kebohongan dan dibuat buat. Juga tidak membicarakan atau menceritakan semua  yang dilihat dan didengar pada hal banyak yang tidak ada manfaat akhiratnya.
Rasulullah bersabda : “Min husni islamil mar’i tarkuhu maa laa ya’niih” Diantara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya. (H.R Imam at Tirmidzi, dari Abu Hurairah).

Sebelum membicarakan sesuatu atau berbuat sesuatu jangan lupa bertanya kepada diri apakah yang akan saya bicarakan atau yang akan saya lakukan ini memiliki manfaat untuk akhirat saya atau tidak. Apakah Allah ridha kalau saya membicarakan ini atau melakukan itu. ? Lalu jawablah dengan jujur.

Ketiga : Jangan melakukan perjalanan yang tidak terlalu penting apalagi perjalanan jauh. Rasulullah bersabda :Janganlah engkau melakukan perjalanan jauh (safar) kecuali menuju tiga masjid : Al-Masjid Haram, Masjid Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan Masjid al-Aqshaa” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Perjalanan jauh bisa melelahkan dan butuh banyak waktu serta biaya. Kelelahan, menghabiskan waktu dan biaya di perjalanan adalah tidak baik bagi seorang yang telah berumur lanjut. Selain itu orang yang bersafar akan sulit melakukan ibadah terutama ibadah sunnah dengan sempurna pada hal seseorang yang mencapai umur 60 tahun haruslah berusaha memperbanyak dan menyempurnakan ibadah yang tidak wajib sebagai tambahan bagi ibadah wajibnya. 

Keempat : Jangan mengikuti kemauan syahwat. Meskipun sesuatu itu mubah, tetaplah dipelihara agar tidak berlebihan seperti dalam hal makan, minum, tidur apalagi untuk menikmati hiburan seperti menonton televisi dengan acara yang buruk semacam ghibahtainment, sinetron yang terkadang mengumbar aurat dan yang lainnya. Juga harus dihindari begadang di malam hari kecuali untuk ibadah sebatas kemampuan. 

Kelima : Jangan memulai ataupun menjalankan proyek besar dan rumit. Ini tidak cocok bagi seorang muslim yang sudah mencapai usia 60 tahun. Mungkin saja anda mampu melakukannya karena memiliki kesehatan yang prima. Tapi semuanya pasti akan sangat menyita waktu dan pemikiran sehingga beribadah menjadi lalai bahkan bisa terbengkalai sementara itu sisa umur sudah tinggal sedikit.

Keenam : Jangan terlalu khawatir dengan  rizki dan kebutuhan duniawi. Rasulullah bersabda : “Laa tamuutu nafsun hatta tastakmila rizqahaa” Satu jiwa tidak akan mati hingga ia memperoleh rezkinya dengan sempurna. (H.R Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al Albani). 

Allah yang menjamin rizki yang terkadang datang dari arah yang tidak disangka.  Sungguh Allah menjamin rizki makhluknya. Allah berfirman : “Wama min daabbtin fil ardhi illa ‘alallahi rizquhaa”. Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) dibumi melainkan semuanya dijamin Allah rezkinya (Q.S Hud 6).

Ketujuh : Jangan memberikan kesaksian, penjelasan atau jawaban untuk siapa saja yang meminta tanpa terlebih dahulu mencari dan memastikan kebenarannya. Jangan asal menjawab. Lebih baik menjawab dengan tidak tahu. Ini lebih selamat. Allah berfirman : “Wa laa taqfu maa laisa laka bihii ‘ilmun, innas sam’a wal bashara wal fu-aada kullu ulaa-ika kaana  kullu ulaa-ika kaana ‘anhu mas-uulaa” Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya.  (Q.S al Isra’ 36).

Kedelapan : Jangan berlebihan dalam berdandan dan menghias diri. Ini bisa membuat seseorang jatuh kepada dosa. Misalnya mencukur jenggot ataupun menyemir rambut dengan warna hitam supaya kelihatan lebih muda dan sebagainya.

Selain itu juga jangan pula memakai pakaian meniru anak remaja, yang model dan warnanya tidak pas untuk orang tua sehingga menimbulkan sikap ujub dan bisa mendatangkan ghibah ataupun fitnah.

Demikianlah beberapa hal yang sangat ditekankan untuk tidak dilakukan oleh seseorang yang sudah berumur 60 tahun.  Dan sebenarnya hal hal yang disebutkan pada point pertama sampai kedelapan diatas sebagiannya bukan saja jangan dilakukan oleh yang telah berumur 60 tahun tapi haruslah  menjadi perhatian dan pelajaran pula bagi orang orang yang masih muda.

Mudah mudahan bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (418)









2 komentar:

  1. sepertinya tausyiah diatas cocok utk grup Banas 1930. . .

    BalasHapus
  2. ini semua sudah saya dapatkan, sejak usia 40 tahun

    karena ikut jamah tabligh...

    BalasHapus