Minggu, 10 Mei 2020

HAMBA ALLAH MENJAGA TAKWA KETIKA SENDIRI DAN DI KERAMAIAN


HAMBA ALLAH MENJAGA TAKWA KETIKA SENDIRI
DAN DI KERAMAIAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Menjadi orang bertakwa adalah salah satu puncak keinginan hamba hamba Allah, karena surga yaitu tempat yang paling diidamkan hanya disediakan untuk untuk orang orang bertakwa. Allah Ta’ala berfirman :

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabb-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang DISEDIAKAN BAGI ORANG ORANG YANG BERTAKWA. (Q.S Ali Imran 133).

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan agar hamba hamba Allah bertakwa di manapun berada, yaitu sebagaimana sabda beliau :

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ جُنْدُبِ بنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ) رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ. وَفِي بَعْضِ النُّسَخِ: حَسَنٌ صَحِيْحٌ.

Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdirrahman Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada; iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik. (H.R at Tirmidzi, dia mengatakan haditsnya itu hasan dalam sebagian naskah disebutkan  hadits ini hasan shahih).

Syaikh Abdul Muhsin al ‘Abbad berkata : Makna takwa dalam syariat adalah SESEORANG MELINDUNGI DIRINYA DARI MURKA ALLAH. Yaitu dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Membenarkan semua berita (dari Allah) dan beribadah kepada Allah Ta’ala sesuai dengan yang disyariatkan-Nya. Bukan dengan cara yang bid’ah atau muhdats (sesuatu yang diada adakan, peny.)

Takwa kepada Allah wajib dalam setiap keadaan, tempat dan waktu. Sehingga seseorang bertakwa kepada Allah KETIKA SENDIRI DAN KETIKA DI KERAMAIAN. Ketika dilihat manusia ataupun ketika tersembunyi dari mereka. (Syarah Hadits Arba’in an Nawawiyah).

Lalu mana yang lebih utama takwa saat sendirian atau ketika di keramaian. Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, ketika beliau mensyarah hadits ini,  mengatakan bahwa dalam hal ini jawabannya perlu diperinci :

Pertama : Jika ketakwaanmu di tengah keramaian (untuk) diikuti dan dicontoh orang lain maka menampakkannya lebih utama bagimu. Karenanya Allah memuji orang orang yang berinfak secara sembunyi sembunyi maupun terang terangan. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

مَنٌ سَنَّ فِي الٌإِسلامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجرُهَا وأَجٌرُ مَنٌ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوٌمِ القِيَامَةِ

Barangsiapa yang mengamalkan sunnah yang baik (untuk diikuti) dalam Islam, maka baginya pahala, dan pahala orang yang mengamalkannya (atas petunjuknya) sampai hari Kiamat. (H.R Imam Muslim).   

Kedua : Adapun jika menampakkannya tidak mendatangkan manfaat, maka disembunyikan menjadi lebih utama. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Salallahi ‘alaihi Wasallam tentang orang orang yang akan dinaungi  Allah Ta’ala pada hari Kiamat, tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.  Syaikh menyebutkan hadits :

رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخٌفَاهَا حَتَّ لاَ تَعٌلَمُ شِمَالُهُ مَتُنٌفِقُ يَمِنُهُ

… Dan seseorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kanannya …(H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Oleh karena itu hamba hamba Allah akan senantiasa menjaga takwa kapanpun dan di manapun, di keramaian ataupun ketika sendiri. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.974).   
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar