Minggu, 24 Mei 2020

BERBAHAGIA MENGHADAP ALLAH DENGAN QALBUN SALIM


BERBAHAGIA MENGHADAP ALLAH DENGAN QALBUN SALIM

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Di akhirat kelak semua manusia pasti akan menghadapkan Allah Ta’ala untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah dilakukan dan dikatakannya ketika di dunia. Ketahuilah bahwa saat itu tak berguna lagi harta dan anak yang (mungkin) sewaktu di dunia didambakan dan dibanggakan. 

Sungguh saat itu nanti berbahagialah orang orang yang menghadap Allah Ta’ala dengan qalbun salim atau hati yang selamat. Allah Ta’ala berfirman :

إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ  يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ

(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak anak tidak berguna. Kecuali orang orang yang menghadap Allah dengan HATI YANG SELAMAT. (Q.S asy Syu’ara 88-89)

Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah berkata :  Pengertian paling lengkap tentang makna hati yang selamat itu adalah hati yang terselamatkan dari segala syahwat yang menyelisihi perintah Allah dan larangan-Nya. Hati yang bersih dari segala macam syubhat yang bertentangan dengan berita dari-Nya.

Oleh sebab itu, hati semacam ini akan terbebas dari penghambaan kepada selain-Nya. Dan ia akan terbebas dari tekanan untuk berhukum kepada selain Rasul-Nya…
Beliau juga menjelaskan tentang karakter si pemilik hati yang selamat itu : … apabila dia mencintai maka cintanya karena Allah. Apabila dia membenci maka bencinya karena Allah. Apabila dia memberi maka juga karena Allah. Apabila dia mencegah atau tidak memberi maka itupun karena Allah…  (Ighatsat al-Lahfan).

Abu Utsman an-Naisaburi rahimahullah mengatakan tentang hakikat hati yang selamat : Yaitu hati yang terbebas dari bid’ah dan tenteram dengan Sunnah. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).

Tentang surat asy Syu’ara ayat 88-89 tersebut diatas, Syaikh as Sa’di berkata : Orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih akan selamat dari siksa dan berhak mendapat limpahan pahala.

Selanjutnya beliau berkata : Hati yang selamat, maksudnya adalah hati yang selamat dari kesyirikan, keraguan, cinta kepada keburukan, suka melakukan bid’ah dan dosa. 

Dan juga keselamatannya dari hal hal tersebut mengharuskannya berpegang teguh kepada lawan lawan (keburukan) berupa ikhlas, ilmu, yakin, cinta kepada kebaikan yang dan menghiaskannya di dalam hati dan mengharuskan kehendak dan kecintaannya mengikuti kecintaan Allah dan hawa nafsunya mengikuti, tunduk kepada apa saja yang datang dari Allah Ta’ala.(Tafsir Taisir Karimir Rahman)

Oleh karena itu, orang oang beriman selalu berusaha tunduk dan patuh kepada aturan aturan serta petunjuk  Allah Ta’ala sehingga memiliki hati yang selamat dan berbahagia ketika menghadap Allah Ta’ala kelak.

Insya Alla ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.987).          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar