Minggu, 17 Mei 2020

BERUNTUNG HAMBA ALLAH YANG ISTIQAMAH MELAKUKAN ITTIKAF


BERUNTUNG HAMBA ALLAH YANG ISTIQAMAH  MELAKUKAN ITTIKAF

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ittikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan adalah ibadah yang sangat dianjurkan meskipun tidak wajib. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasalam telah memberi contoh dan mengajarkan kita untuk melakukan ibadah ittikaf di masjid yaitu sebagaimana sabda beliau yaitu dari Abdullah bin Umar  bahwa ia berkata : 

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ

Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam (melakukan) ittikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Diantara keutamaan ittikaf adalah untuk lebih fokus dalam beribadah dan MENCARI LAILATUL QADR.    

Lalu apa makna ittikaf ?.  Secara bahasa ittikaf bermakna menetapi sesuatu dan menahan diri agar senantiasa tetap berada padanya, baik itu berupa kebajikan ataupun keburukan. Menurut syariat, i’tikaf adalah menetapnya seorang muslim di dalam masjid untuk melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada Allah Ta’ala.

Di negeri kita, alhamdulillah, sangatlah banyak saudara saudara kita yang secara kontinyu, terus menerus setiap tahun melaksanakan ittikaf pada sepuluh hari terakhir. Sungguh beruntung orang orang yang istiqamah dalam amal ibadah ini. KENAPA ?.:

(1) Karena  telah menghidupkan salah satu sunnah Rasulullah Salallahu ‘alahi Wasallam. Beliau bersabda : 

 من أحيا سنتي فقد أحبني ومن أحبني كان معي في الجنة .

Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku maka dia telah mencintaiku. Barangsiapa mencintaiku maka dia akan bersamaku di surga. (H.R at Tirmidzi).

(2)  Karena  telah mengambil bagian yang banyak dari pahala dan kebaikan bulan Ramadhan yaitu dengan beribadah lebih optimal di sepuluh hari terakhir.

(3) Sangat besar kemungkinan  mendapatkan lailatul qadr yang lebih baik dari seribu bulan.

Selain itu ADA KEUNTUNGAN YANG SANGAT BESAR LAGI BAGI MEREKA yaitu ketika pada suatu waktu mereka terhalang karena udzur syar’i sehingga tak bisa melaksanakan ittikaf, seperti  adanya wabah covid 19  pada Ramadhan tahun 1441 H maka dia akan dihitung sebagai melakukan ittikaf. Oleh karena itu para AHLI ITTIKAF jangan  terlalu bersedih jika  pada satu waktu terhalang berittikaf karena ada udzur.   

Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat. (H.R Imam Bukhari)

Hadits ini menceritakan saat Yazid bin Abi Kabsyah puasa ketika safar, Abu Burdah lantas mengatakan padanya bahwa ia baru saja mendengar Abu Musa mengatakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti yang disebutkan.

Ibnu Hajar berkata : Hadits di atas berlaku untuk orang yang ingin melakukan ketaatan lantas terhalang dari melakukannya. Padahal ia sudah punya niatan kalau tidak ada yang menghalangi, amalan tersebut akan DIJAGA RUTIN. (Fathul Bari).

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

عن ابن عباس رضي الله عنهما، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربه تبارك وتعالى قال: فمن هم بحسنة فلم يعملها كتبها الله عنده حسنة كاملة، وإن هم بها فعملها كتبها الله عنده عشر حسنات إلى سبعمائة ضعف إلى أضعاف كثيرة، وإن هم بسيئة فلم يعملها كتبها الله عنده حسنة كاملة وإن هم بها فعملها كتبها الله سيئة واحدة

Dari Ibnu Abbas radhiiallahu ‘anhuma dari Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam berdasarkan apa yang beliau riwayatkan dari Rabbnya tabaraka wa ta’ala : Barangsiapa memiliki keinginan melakukan kebaikan akan tetapi tidak dia lakukan (karena udzur) maka Allah menulis di sisi-Nya kebaikan penuh. Dan jika dia memiliki keinginnan melakukan kebaikan, lantas benar-benar dia lakukan, Allah tulis di sisi-Nya sepuluh kali kebaikan, hingga tujuh ratus kali kebaikan hingga berlipat sangat banyak.

Dan jika dia memiliki keinginan melakukan keburukan, namun tidak jadi dilakukannya, maka Allah tuliskan di sisi-Nya satu kebaikan. Dan jika dia memiliki keinginan buruk, kemudian benar-benar dilakukannya, Allah hanya akan menulis di sisi-Nya satu keburukan. (H.R Imam Muslim)

Oleh karena itu hamba hamba Allah yang terhalang untuk melakukan ittikaf karena udzur syar’i seperti adanya wabah penyakit yang berbahaya ataupun penghalang lainnya yang syar’i  maka baginya tetap dihitung sebagai melakukan ittikaf.
Bagaimana hitungannya, semuanya  tentu sesuai kehendak Allah Ta’ala Yang Maha Pemurah. Itulah diantara kemurahan Allah Ta’ala bagi hamba hamba-Nya yang istiqamah yaitu terus menerus, rutin dalam suatu ibadah termasuk ittikaf.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.979)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar