Senin, 04 Mei 2020

HAMBA ALLAH JANGAN BERPISAH DENGAN AMPUNAN DAN TAUBAT


HAMBA ALLAH JANGAN BERPISAH DENGAN AMPUNAN 
DAN TAUBAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta’ala Maha Mengetahui bahwa hamba hamba-Nya banyak berbuat dosa lalu diperintahkan untuk memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya agar dia menjadi orang orang yang beruntung, selamat di dunia dan di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman :

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, Wahai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung. (Q.S an Nuur 31).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga mengingatkan dalam sabda beliau :
  
 كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ  

Setiap Bani Adam BANYAK BERBUAT SALAH dan sebaik baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat. (H.R at Tirmidzi). 

Makna taubat dijelaskan oleh Prof. DR Shalih Ghanim as Sadlan, beliau berkata : Secara syar’i  taubat adalah meninggalkan dosa karena takut kepada Allah, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya dan terus memperbaiki apa yang bisa diperbaiki dari amalnya.

Taubat mencakup penyerahan diri seorang hamba kepada Rabb-nya, inabah yaitu kembali kepada Allah Ta’ala dan konsisten menjalankan ketaatan. Jadi, sekedar meninggalkan perbuatan dosa namun tidak melaksanakan amalan yang dicintai Allah Ta’ala maka itu belum dianggap bertaubat. (Kitab At Taubatu Ilallah)

Oleh karena setiap  hamba  janganlah berpisah dengan taubat dalam seluruh kehidupannya. Imam Ibnul Qayyim mengatakan bahwa :  Posisi taubat (bagi kehidupan manusia)  merupakan : (1) Permulaan langkah. (2) Tengah tengahnya dan (3) Akhir atau penutupnya. Seorang manusia tidak boleh berpisah dengan taubat. Ia harus senantiasa dalam keadaan beratubat sampai kematiannya.

Kalau ia berpindah dari suatu keadaan ia harus berpindah dengan membawa taubat. Taubat harus selalu menemaninya. Maka taubat haruslah menjadi permulaan kehidupan manusia dan harus menjadi penutup bagi akhir kehidupannya. Kebutuhan seseorang terhadap taubat dipenghujung hidupnya amat sangat darurat, tetapi kebutuhannya terhadap taubat pada awal kehidupannya juga amat sangat darurat pula. (Sampai disini penjelasan Imam Ibnul Qayyim) 

Ketahuilah bahwa ketika seorang hamba yang telah bertaubat bahkan dengan taubat nasuha dia hendaknya tetap memperbaharui taubatnya setiap saat, karena seorang hamba tidak terbebas dari dosa. Perhatikanlah  firman Allah dalam satu    hadits qudsi :

يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ

Wahai hamba hamba-Ku sesungguhnya KALIAN SEMUA BERBUAT SALAH  di waktu malam dan siang, sedangkan Aku mengampuni segala dosa semuanya, maka MINTALAH AMPUN KALIAN SEMUA   kepada-Ku niscaya Aku ampuni kalian. (H.R Imam Muslim).

Oleh karena itu hamba hamba Allah haruslah menjaga diri agar tidak pernah berpisah dengan memohon ampun dan bertaubat kepada Allah Ta’ala selagi nyawanya belum berada di kerongkongan.

Ketahuilah bahwa diantara permohonan ampun dan bertaubat yang sering diamalkan dan diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam adalah :

رَبِّ اغْفِرْ لِى وَتُبْ عَلَىَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Ya Allah ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (H.R Abu Dawud).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.968).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar