Senin, 11 Februari 2019

RASULULLAH MAKSUM TAPI TETAP MEMOHON AMPUN


RASULULLAH MAKSUM TAPI TETAP MEMOHON AMPUN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Ahlus Sunnah menetapkan sifat maksum ini hanya untuk para Nabi, bukan untuk manusia selainnya. Menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah, kemakasuman adalah sifat para Nabi, yaitu mereka semua terjaga dari kesalahan dalam menyampaikan agama. Mereka juga terjaga dari dosa-dosa besar. Adapun dosa-dosa kecil, atau lupa, atau keliru, maka para Nabi terkadang mengalaminya. Dan jika mereka berbuat kesalahan, maka Allâh Ta’ala segera meluruskannya.

Para ulama yang tergabung dalam al Lajnah ad Daaimah  Kerajaan Saudi Arabia menyatakan : Para Nabi dan Rasul terkadang berbuat kesalahan, tetapi Allah Azza wa Jalla tidak membiarkan mereka dalam kesalahan mereka, bahkan Allah menjelaskan kesalahan mereka kepada mereka, karena kasih sayang (Nya) kepada mereka dan umatnya.  Dan Allah memaafkan ketergelinciran mereka serta menerima taubat mereka, karena karunia dan rahmat dari-Nya, dan Allah Maha Pengampun dan Pengasih. (Fataawaa al Lajnah ad Daimah no. 6290).

Jadi Rasulullah telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Diantara dalilnya adalah : 

(1) Allah Ta’ala telah mengampuni semua dosa-dosa Nabi shallallau 'alaihi wa sallam yang lalu dan yang akan datang. Allah Ta’ala berfirman :

لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ

Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang  lalu dan yang akan datang. (QS. Al-Fath: 2)

Tentang ayat ini, Syaikh as Sa’di berkata : Dan inilah salah satu kehebatan dan keutamaan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam yaitu dosa dosa beliau yang telah berlalu dan yang akan datang telah diampuni oleh Allah Ta’ala. (Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

(2) Diriwayatkan dari ‘Aisyah, dia berkata : Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat, beliau berdiri hingga kedua telapak kaki beliau merekah, lalu ‘Aisyah bertanya : Kenapa engkau melakukan semua ini, padahal ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA TELAH MEMBERIKAN AMPUNAN BAGIMU ATAS DOSA DOSAMU YANG TELAH LALU DAN YANG AKAN DATANG ?. Lalu beliau menjawab : 

أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا.

Apakah tidak boleh jika aku termasuk hamba yang bersyukur. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Jadi meskipun Rasulullah adalah maksum, terbebas dan terpelihara dari berbuat dosa, telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang,  tetapi beliau setiap saat MEMOHON AMPUN DAN BERTAUBAT kepada Alllah Ta’ala.

Di antaranya adalah sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallau 'alaihi wa sallam bersabda :

وَاللهِ إِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرُ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً

Demi Allah ! Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali. (H.R Imam Bukhari)

Dalam hadits lain, beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ

Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari. (Muslim).

Diantara kalimat memohon ampun dan bertaubat yang sering beliau baca adalah : 

سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu. Aku mohon ampunan-Mu. Aku bertobat kepada-Mu.

Sebagian orang ada yang bertanya : Kenapa Rasululah selalu memohon ampun kepada Alah Ta’ala, bukankah beliau adalah seorang yang maksum ?.  Para ulama menjelaskan tentang banyaknya istighfar Nabi shallallau 'alaihi wa sallam, di antaranya adaah untuk menampakkan ubudiyah beliau kepada Allah Ta’ala serta tanda bersyukur kepada-Nya atas semua nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya. Makna lainnya yang dijelaskan para ulama, supaya umatnya meniru dan mengikutinya dalam taubat dan istighfar.

Ibnu Bathal berkata : Para Nabi adalah manusia yang paling bersungguh sungguh dalam beribadah karena pengetahuan yang Allah Ta’ala karuniakan kepada mereka. Mereka selalu bersungguh sungguh  dalam bersyukur kepada-Nya dan mengakui kelengahannya dalam beribadah.

Maksudnya, mereka para Nabi memohon ampun kepada Allah terhadap kelengahan mereka dalam menunaikan hak Allah atau karena kesibukan mereka dalam urusan urusan yang mubah seperti makan, minum atau memenuhi hak istri dan hal hal lainnya yang menghalangi dirinya untuk sibuk mengingat Alah Ta’ala. Ada juga yang mengakatan bahwa istighfar beliau merupakan sarana untuk menyampaikan syariat kepada umatnya. Wallahu A’lam. (Syarah Hishnul Muslim).

Lalu bagaimana dengan manusia selain Nabi. Sungguh kita, manusia, banyak bahkan sering berbuat salah dan dosa Rasululah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang banyak melakukan kesalahan adalah mereka yang banyak bertaubat. (H.R Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al Albani)

Dan juga sebagaimana firman Alah dalam hadits Qudsi :

يا عبادي إنكم تخطئون في الليل والنهار وأنا أغفر الذنوب جميعاً فاستغفروني أغفر لكم

Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat salah pada malam dan siang, dan Aku mengampuni semua dosa, maka minta ampunlah kepada-Ku niscaya Aku akan mengampuni kalian.(H.R Imam Muslim)
Oleh karena itu sungguh menjadi kewajiban   bagi orang orang beriman untuk selalu memohon ampun dan bertaubat setiap saat. Semoga Allah mengampuni dosa dosa kita. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.546) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar