Rabu, 06 Februari 2019

GUNAKAN LISAN UNTUK MENCARI KEBAIKAN DAN PAHALA


GUNAKAN LISAN UNTUK MENCARI KEBAIKAN DAN PAHALA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu nikmat Allah Ta’ala yang sangat terasa bagi manusia adalah memiliki lidah dan bibir serta bisa berbicara secara sempurna. Allah Ta’ala berfirman :

الم نجعل له عينين . و لسانا و شفتين

Bukankah kami telah menjadikan untuknya sepasang mata. Dan lidah dan sepasang bibir ?. (Q.S al Balad 8-9)

Perhatikanlah berapa banyak hewan yang juga memiliki lisan dan bibir tapi tak diberi kemampuan berbicara seperti manusia. Jadi hakikatnya kemapuan berbicara bukan urusan lidan dan bibir saja tapi merupakan karunia Allah bagi manusia.

Oleh karena itu, nikmat bisa berbicara ini wajib disyukuri dan digunakan untuk beribadah kepada Allah.  Dan juga  dengan lisan itu kita harus melakukan  segala sesuatu yang Allah ridha. Dan ketika orang orang beriman menggunakan nikmat Allah Ta’ala  untuk sesuatu yang Dia ridha maka disitulah tambahan nikmat akan mendatanginya.
  
Ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan kita umat beliau untuk berhati hati menggunakan lisan karena bisa mengangkat derajatnya. Sebaliknya bisa pula melemparkannya ke neraka Jahannam. Beliau bersabda :

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat.

Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka Jahannam. (H.R Imam Bukhari).

Bahkan menggunakan lisan dengan baik adalah berkaitan dengan iman seorang hamba. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang 
baik atau dia diam. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Ada beberapa cara yang sangat dianjurkan untuk memanfaatkan nikmat lisan atau lidah sehingga mendatangkan pahala yang banyak dan terhindar dari berbagai keburukan, diantaranya adalah :

Pertama : Saat berbicara, seorang muslim hendaknya menjaga setiap kata yang  diucapkan mengandung manfaat dan bernilai kebaikan bagi dirinya dan bagi orang lain. Allah Ta’ala berfirman : 

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْواهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ ابْتِغاءَ مَرْضاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً

Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah atau berbuat kebaikan atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar. (Q.S an Nisa’ 114)

Kedua : Saat berbicara, seorang muslim selalu menjaga kejujuran. Menjauhkan diri dari kebohongan sekecil apapun. Rasululah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan dalam sabda beliau :

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. 

Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.(H.R Imam Muslim).

Ketiga : Saat berbicara, seorang muslim seharusnya memastikan bahwa setiap perkataannya adalah kebaikan dan tak sia sia.  Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. (H.R at  Tirmidzi dan  Ibnu Majah, dishaihkan oleh Syaikh al Albani).

Hadits ini mengandung makna bahwa di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat, BAIK BERUPA PERKATAAN ATAU PERBUATAN. (Jaami’ul Ulum wal Hikam).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Orang yang menyibukkan dirinya dengan perkara yang tidak berguna baginya (perkataan dan perbuatan, pen), maka kualitas keislamannya tidak baik. Dan hal ini nampak pada sebagian besar manusia, dimana anda dapati mereka banyak mengatakan sesuatu yang tidak berguna atau menanyakan sesuatu yang tidak bermanfaat kepada orang lain. Semua ini menunjukkan lemahnya kualitas keislaman mereka. (Syarah Hadits Arba’in an Nawawiyah).

Keempat : Saat berbicara, seorang muslim tidaklah membicarakan semua yang dia dengar karena bisa jatuh kepada kebohongan.Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar. (H.R Imam  Muslim).

Kelima : Saat berbicara, seorang muslim berusaha menghindari berbantah bantah atau berdebat. Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Debat secara umum akan menghilangkan berkah. Telah disebutkan dalam Shahih al Bukhari, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الأَلَدُّ الْخَصِمُ

Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya. (H.R Imam Bukhari dan  Imam Muslim).

Yang dimaksud orang yang paling dibenci di sini adalah orang yang berdebat dengan cara yang keras. Dia berdebat dengan cara yang bathil dan dia akan benar benar membantah kebenaran.

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan tentang keburukan orang orang yang suka berdebat sebagaimana sabda beliau yang dirwayatkan oleh at Tirmidzi dan Ibnu Majah : Tidaklah satu kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada diatas hidayah KECUALI YANG SUKA BERDEBAT. Kemudian beliau membaca ayat :

مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

Mereka tidak memberikan  (perumpamaan itu) kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja. Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.  (Q.S az Zukhruf 58).

Keenam : Saat berbicara, seorang muslim tak mau berbicara yang buruk seperti mencela atau berkata keji. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ

Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan orang yang keji (buruk akhlaknya), dan bukan orang yang jorok perkataannya. (H.R at  Tirmidzi, Imam Ahmad dan yang selainnya).

Ketujuh : Saat berbicara, seorang muslim berbicara seperlunya. Tak suka banyak berbicara jika tak dibutuhkan.

Ketahuilah bahwa berbicara berlebihan atau banyak bicara merupakan hal yang dapat membuat hati seseorang menjadi keras. Karena ucapan berhubungan erat dengan hati.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي

Dari Adullah bin  Umar, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : Janganlah kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras”. (H.R at Tirmidzi).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  membenci orang yang terlalu banyak bicara. Dalam satu hadits disebutkan : “Sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan paling jauh dariku di Hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara.” (H.R at Tirmidzi).

Itulah sebagian adab dalam berbicara yang insya Allah mendatangkan kebaikan fii dunya wal akhirah. Wallahu A’lam. (1.539)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar