Minggu, 10 Februari 2019

BEGINILAH SIKAP SAHABAT KETIKA MENDAPAT PUJIAN


BEGINILAH SIKAP SAHABAT KETIKA MENDAPAT PUJIAN

Oleh : Azwir B. Chaniago
 
Ketika bergaul dengan masyarakat umumnya, kita terkadang memuji dan terkadang dipuji. Imam al Gazali (wafat tahun 505 H), dalam Kitab Ihya ‘Ulumuddin memasukkan pujian atau memuji sebagai SALAH SATU BAHAYA LISAN. Ketahuilah bahwa pujian tidak sepenuhnya baik. Jadi perlakukanlah dengann bijak.

Sebagian orang di zaman ini ada yang senang dengan pencitraan dan  mengharapkan bahkan mengejar pujian manusia. Sungguh pujian manusia tak akan membuat manusia menjadi mulia. Kalaupun akan mendatangkan kemuliaan, itu adalah semu dan sangat sementara bahkan bisa jadi hanya fatamorgana.

Kemuliaan seorang hamba tidak datang bersama pujian tapi kemuliaan itu datang dengan ketakwaan. Allah berfirman : 

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Mahateliti. (Q.S al Hujurat 13).

Oleh karena para sahabat sungguh tak berminat dengan pujian dari manusia sedikitpun. Perhatikanlah bagaimana sikap  sahabat ketika mendapat pujian. Abu Bakar ash Shiddiq, seorang sahabat yang mulia, selalu berdoa ketika diberi pujian dengan doa ini :

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan. Ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka. (H.R al Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

Satu atsar diriwayatkan dari seorang sahabat Nabi shallallahualaihi wa sallam yaitu Adi bin Arthah yang apabila dia dipuji mengucapkan :

اللَّهُمَّ لا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ، واغْفِر لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ واجْعَلْنِي خَيْراً مِمَّا يَظُنُّونَ

Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku karena apa yang mereka katakan. Ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui. Dan jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka perkirakan. (Atsar shahih, Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Atsar ini menjelaskan betapa besarnya akhlak para sahabat. Mereka tidak akan dapat digelincirkan dan dibahayakan oleh pujian orang yang memujinya. Mereka sangat sadar terhadap kemampuan dirinya dan mereka mengakui terhadap dosa dosa dan kelalaiannya. Juga, mereka sangat butuh terhadap ampunan, rahmat dan kebaikan dari Allah Ta’ala. (Syarah Hisnul Muslim)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (wafat tahun 728 H). Beliau adalah ulama besar dizamannya. Diantara murid terbaik beliau, yang juga menjadi ulama besar adalah Imam adz Dzahabi, Imam Ibnul Qayyim dan Imam Ibnu Katsir.

Imam Ibnul Qayyim menceritakan bahwa Ibnu Taimiyah pernah dipuji seseorang dihadapannya.  Lalu dengan rendah hati beliau berkata :  Aku sendiri sampai sekarang masih berusaha memperbaiki keimananku. Keislamanku belum bagus. (Madarijus Salikin).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.544)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar