Rabu, 25 Mei 2016

WAHAI RAB-KU LAPANGKANLAH DADAKU



WAHAI RABBKU, LAPANGKANLAH  DADAKU

Oleh : Azwir B. Chaniago

Judul tulisan ini adalah potongan dari doa Nabi Musa yang disebutkan dalam firman Allah surat Thaha ayat 24-28 : “Pegilah kepada Fir’aun dia benar benar telah melampaui batas. Dia (Musa) berkata : Wahai Rabb-ku, lapangkanlah dadaku. Dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku”.

Tentang ayat ini, Syaikh as Sa’di berkata : Setelah menyampaikan wahyu kepada Musa dan menetapkan kenabiannya serta memperlihatkan kepadanya tanda tanda kekuasaan-Nya yang menakjubkan pandangan, Allah mengutusnya kepada Fir’aun raja negeri Mesir. Allah berfirman : “Pergilah kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas”  maksudnya keras kepala dan melampaui batas dalam kekufuran, kemaksiatan dan kesombongan di bumi serta kesewenangan kepada kaum yang lemah.
  
Saat itulah Musa mengetahui bahwa dia telah mengemban beban yang berat sekali yaitu diutus (untuk mendakwahi) penguasa yang bertangan besi lagi keras kepala yang tidak mempunyai tandingan di negeri Mesir. Musa menyambut perintah Rabb-nya dengan hati terbuka dan tulus.  Lalu beliau memohon pertolongan kepada-Nya dan kemudahan untuk menyempurnakan dakwahnya.

Pertama : Beliau bermohon : “Wahai Rabb-ku, lapangkanlah  dadaku”  maksudnya luaskan dan lapangkanlah dadaku untuk menanggung beban perkataan dan perbuatan yang tidak baik dan hatiku tidak menjadi kacau karenanya serta tidak merasa sempit. Sesungguhnya bila hati telah menyempit niscaya pemilik hati tersebut tidak pantas mengemban misi memberi petunjuk dan mendakwahi manusia.

Kedua : Beliau bermohon :“Dan mudahkanlah untuk urusanku” maksudnya mudahkanlah bagiku segala urusan yang aku kerjakan dan setiap cara yang aku tempuh dalam tugasku. Dan ringankanlah kesulitan kesulitan yang ada dihadapanku.

Ketiga : Beliau bermohon : “Dan lepaskanlah kekakuan lidahku supaya mereka mengerti perkataanku”. Pada lidah beliau terdapat kekeluan dalam berbicara. Hampir hampir perkataan itu tidak terpahami darinya seperti yang dijelaskan oleh para ahli tafsir. Ini dikatakan beliau tentang dirinya, sebagaimana firman Allah : “Wa akhii haaruunu huwa afsha-hu minnii” Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripada aku. (Q.S al Qashash 34).

Jadi Nabi Musa memohon kepada Allah agar melenyapkan kekakuan pada lidahnya agar mereka (yang didakwahi) dapat memahami apa yang beliau sampaiikan. (Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa : Ini merupakan doa Nabi Musa yang beliau panjatkan kepada Allah Ta’ala agar melapangkan dadanya karena beliau diutus dengan perkara yang besar. Perintah mendakwahi raja  yang paling zhalim, terbesar dan berkuasa di permukaan bumi dan paling kufur. Walaupun  Musa adalah seorang utusan Allah yang mendapat jaminan serta pertolongan dari-Nya tapi beliau tidak lupa untuk berdoa kepada Dzat yang mengutusnya, demi keselamatan diri dan kaumnya.

Sungguh ayat yang berupa doa Nabi Musa ini memberikan pelajaran yang sangat agung buat kita agar senantiasa berdoa semoga Allah Ta’ala selalu melapangkan dada kita dan memudahkan kita dalam segala urusan terutama urusan dakwah dan juga urusan yang lainnya. 

Allah Ta’ala berfirman : “Iyyaaka na’ budhu wa iyyaka nasta’iin”. Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan (Q.S al Faatihah 5).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (678)

      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar