Kamis, 26 Mei 2016

KESUNGGUHAN YAHYA BIN YAHYA BELAJAR ILMU



KESUNGGUHAN YAHYA BIN YAHYA BELAJAR ILMU

Oleh : Azwir B. Chaniago

Menuntut ilmu syar’i adalah satu ibadah yang dianjurkan bahkan diwajibkan dalam syari’at Islam. Rasulullah bersabda :  “Thalabul ilmi faridhatun ‘ala kulli muslim.”   Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim. (H.R Imam Ahmad dan Ibnu Majah).

Sesuatu yang diperintahkan atau dianjurkan dalam syari’at Islam adalah ibadah. Para ulama mengatakan : Andaikata tidak ada manfaat lain dari belajar ilmu maka manfaat sebagai “ibadah saja” sudah mencukupi bagi seorang hamba. Padahal sungguh amat banyak manfaat yang akan diperoleh dari belajar ilmu syar’i.

Tentang wajibnya menuntut ilmu, Imam al Qurtubi menjelaskan bahwa wajib itu terbagi dua : (1) Hukumnya wajib ‘ain,seperti menuntut ilmu tentang shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya. Inilah yang dimaksud dalam riwayat yang mengatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib. (2)  Hukumnya wajib kifayah, seperti menuntut ilmu tentang pembagian hak, pelaksanaan hadd, tentang perdamaian dan yang lainnya.

Ketahuilah bahwa menuntut ilmu adalah suatu kemuliaan yang besar dan menempati kedudukan tinggi yang tidak sebanding dengan menjalankan amalan (sunnah) apapun. (dari Tafsir al Qurtubi).

Oleh karena itu maka seorang hamba haruslah berusaha dengan sungguh  untuk mendapatkan ilmu syar’i yang dibutuhkan terutama sekali bagi dirinya.  Orang bijak berkata : Berikanlah seluruh dirimu untuk untuk ilmu maka ilmu akan memberikan sebagian dari dirinya kepadamu. Berikan sebagian dirimu untuk ilmu maka ilmu tidak akan memberikan apa-apa kepadamu.

Ada sebuah kisah tentang kesungguh sungguhan seorang murid Imam Malik bin Anas dalam belajar ilmu. Pada suatu kali sekelompok murid yang masih muda belia sedang belajar dengan Imam Malik di Masjid Nabawi. Lalu ada yang berteriak di luar masjid : Ayo lihat gajah, ini ada musafir datang ke negeri kita membawa gajah.

Orang orang berkumpul melihat gajah termasuk murid murid Imam Malik yang tengah belajar  dan Imam Malik tidak melarang. Tapi ada satu murid yang tidak ikut keluar melihat gajah sehingga tinggallah dia berdua dengan Imam Malik di ruangan belajar. Namanya Yahya bin Yahya al Andalusi. 

Imam Malik bertanya kepada Yahya : Kenapa engkau tidak ikut  bersama teman temanmu keluar untuk melihat gajah. Bukankah di negerimu tidak ada gajah. Yahya menjawab :  Syaikh, sungguh aku datang dari kampungku yang jauh, Andalusia (Spanyol) ke Madinah disuruh orang tuaku untuk belajar ilmu agama bukan untuk melihat gajah. 

Imam Malik sangat kagum dengan kesungguh sungguhan  anak ini dalam belajar. Sebagai ungkapan rasa kagum Imam Malik kepada Yahya lalu beliau  memberi gelar Yahya : Orang paling bijak dari Andalus. Beberapa waktu kemudian setelah selesai belajar maka ketika Yahya mau pulang ke Andalusia diberi hadiah oleh Imam Malik dengan satu manuscript Kitab Hadits al Muwatha’ yang ditulis beliau. (Kitab 'Uluw al Himmah).
 
Insya Allah kisah ini ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (680)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar