Selasa, 31 Mei 2016

DOA NABI PADA DZIKIR PAGI



DOA NABI PADA DZIKIR PAGI

Oleh : Azwir B. Chaniago

Diantara kebiasaan baik dari Rasulullah dan perlu kita ikuti adalah membaca dzikir pagi yang berupa pujian kepada Allah dan juga doa.   Salah satu doa yang biasa dibaca oleh Rasulullah sebagai rangkaian dari dzikir pagi beliau yaitu dzikir setelah shalat shubuh adalah : “Allahhumma inni as’alukailman nafi’an wa rizqan thaiyiban waamalan mutaqabbalan” Yang Allah, aku bermohon kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima. (H.R Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah, dari Ummu Salamah). 

Urutan doa ini sangatlah indah karena dimulai dengan minta ilmu yang bermanfaat karena tanpa ilmu kita tidak bisa melakukan apapun dengan benar. Kemudian setelah mendapat ilmu yang bermanfaat baru meminta rizki yang baik dan untuk mengetahui dan mendapatkan rizki yang baik yaitu setelah berilmu. Selanjutnya meminta amal yang diterima. Sungguh amal bisa diterima yaitu dengan ilmu dan makan dari rizki yang baik.              
Selain itu, dari hadits yang mulia ini sangatlah banyak kita bisa mengambil pelajaran, diantaranya adalah  :

Pertama : Rasulullah mengajarkan supaya memohon ilmu yang bermanfaat.
Tentang ilmu yang bermanfaat, Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid dalam Kitab Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu yang disyarah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin memberikan beberapa indikasi, diantaranya :

(1) Ilmu yang diamalkan. Setelah mempelajari ilmu dan membenarkan yang dipelajari berdasarkan nash yang shahih maka wajiblah mengamalkannya. Jika tidak diamalkan maka bukanlah namanya ilmu yang bermanfaat. Sungguh buah ilmu adalah amal yang shalih.
(2) Tidak suka dipuji dan tidak sombong. Memang ada sebagian orang yang berilmu, apalagi kalau ilmunya pas-pasan, sering bertanya tentang pandangan orang terhadap ilmu yang dimilikinya. Apa sudah hebat atau belum. Jika orang menjawab dengan pujian maka timbul sikap ujub dan sombong. Ini membahayakan bagi diri dan ilmunya.
(3) Semakin tawadhu’ setiap kali ilmunya bertambah.  Ini juga merupakan salah satu tanda ilmu bermanfaat. Tawadhu’ adalah kelaziman orang-orang shalih dan orang orang  memiliki ilmu yang mumpuni. Dia tidak serta-merta menunjukkan bahwa dialah orang yang paling ‘alim meskipun dia tidak akan menyembunyikan ilmunya pada saat dibutuhkan orang lain.
(4) Tidak mencintai kedudukan, popularitas dan keduniaan. Janganlah dengan ilmu yang dimiliki membuat seseorang sangat berambisi untuk jadi pemimpin. Jangan pula ilmu dijadikan sarana untuk mendapatkan popularitas dan untuk mengejar keuntungan dunia yang hanya sementara.
(5) Buruk sangka kepada diri dan tidak mencela. Jiwa seseorang bisa menipunya atau memerintahkan berbuat buruk. Orang yang ilmunya bermanfaat akan berprasangka buruk kepada dirinya karena selalu merasa ilmunya masih sangat sedikit, belum seberapa dibanding orang lain. Masih sangat banyak yang belum dia ketahui. Jika kesadaran ini ada maka terhindarlah dia dari meremehkan apalagi mencela orang lain yang mungkin kurang ilmunya.

Kedua : Rasulullah mengajarkan supaya memohon   rizki yang baik.
Untuk mendapatkan rizki yang baik maka wajib bagi seorang hamba  melakukan pekerjaan ataupun melakukan usaha usaha yang halal sebagaimana dituntunkan syariat. Tidak mengambil rizki yang syubhat apalagi yang haram. Sungguh Allah telah memperingatkan agar seseorang makan dari yang halal. 

Allah Ta’ala  berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu kuluu min thaiyibaati maa razaqnaakum, wasykuruu lillahi in kuntum iyyaahu ta’buduun”. Wahai orang-orang yang beriman ! Makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (Q.S. al Baqarah  172)

Jadi, seorang hamba tidak boleh bekerja dalam bidang-bidang yang dianggap oleh Islam sebagai kemaksiatan dan akan menimbulkan kerusakan. Diantara bentuk pekerjaan yang diharamkan oleh Islam adalah membuat patung, membuat dan mengedarkan khamr, berjudi atau bekerja dalam pekerjaan yang mengandung unsur judi, riba, suap-menyuap, sihir,  perdukunan, mencuri, merampok, menipu dan yang lainnya.

Ketiga : Rasulullah mengajarkan supaya bermohon agar  amalan diterima.
Ketahuilah bahwa amalan yang diterima adalah amalan yang baik sedangkan  amal yang tidak baik akan tertolak bahkan bisa mendatangkan mudharat.  

Allah berfirman : “Alladzi khalaqal mauta wal hayaata liyabluwakum aiyukum ahsanu ‘amala, wa huwal ‘aziizul ghafuur”  (Dialah) Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa yang paling baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Mahapengampun.  (Q.S al Mulk 2).  
     
Al Imam Fudhail bin Iyadh menjelaskan bahwa :  Ahsanu amala, paling baik amalnya  dalam ayat ini maksudnya adalah paling ikhlas dan paling sesuai dengan syariat. Kemudian ada yang bertanya : Apakah maksud yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan syariat ? Lalu beliau menjawab : Sesungguhnya amalan apabila ikhlas tetapi tidak sesuai dengan syariat maka tidak diterima. Demikian pula apabila sesuai dengan syariat tetapi tidak ikhlas maka amalan itu tidak diterima, hingga amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan syariat. (Hilyah al Auliya’).

Doa ini adalah sangat baik untuk kita lazimkan dalam dzikir pagi sebagaimana diajarkan Rasulullah dan diamalkan oleh beliau serta para sahabat. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.

Wallahu A’lam (685)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar