Senin, 23 Mei 2016

NASEHAT ULAMA MENGHADAPI MUSIBAH



NASEHAT ULAMA  DALAM MENGHADAPI MUSIBAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Ujian atau musibah akan mendatangi orang orang yang beriman kapan saja Allah berkehendak. Allah berfirman : “Tidak ada satu pun musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan  izin Allah. Dan barangsiapa beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.  (Q.S at Taghabun 11).

Alqamah berkata : Ayat ini tentang musibah yang menimpa seseorang kemudian dia menyadari bahwa itu semua dari Allah maka dia ridha dan menerimanya. (Jami’ul Ulum wal Hikam). 

Allah berfirman :“Ahasiban naasu an yutrakuu an yaquuluu aamannaa wa hum laa yuftanuun” Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan dengan hanya mengatakan : “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji ?  (Q.S al Ankabuut 2).

Allah berfirman : “Qul lan yushiibanaa illaa maa kataballahu lanaa huwa maulanaa wa ‘alallahi fal yatawwakkalil mu’miniin.” Katakanlah (Muhammad), Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakkal orang orang yang beriman.  (Q.S at Taubah 51)

Mungkin seorang hamba merasa berat terhadap suatu musibah atau cobaan yang mendatanginya. Tapi ketahuilah bahwa dibalik musibah pasti ada hikmah dan kebaikan yang banyak. Jadi bersabarlah, terimalah dengan lapang dada.

Untuk itu ada baiknya jika kita  memperhatikan beberapa  nasehat  ulama  yang kiranya akan membuat kita bisa lebih sabar dan mampu mengambil  manfaat dari musibah  yang menimpa. Diantara nasehat tersebut adalah : 

Pertama : Sufyan ats Tsauri berkata : Tidaklah dikatakan sebagai orang faqih (ahli fikih) jika tidak menjadikan bala sebagai nikmat dan kemewahan sebagai bala (Hilyatu al Auliya’) 

Kedua : Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : Segala sesuatu yang menimpa manusia dan menjadikannya senang adalah nikmat nyata yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya. Sedangkan segala sesuatu yang menimpa manusia dan menjadikannya susah adalah nikmat yang dapat melebur dosa dosanya jika ia sabar atas kesusahan itu. Sebab di dalam segala sesuatu terdapat hikmat dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak diketahui manusia, lalu beliau membaca firman Allah :
“Wa’asaa   an takrahuu syai-an wa huwa khairul lakum, wa’asaa an tuhibbuu syai-an  wa huwa syarrul lakum , wallahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun”. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S  al Baqarah 216).  

Ketiga : Imam Ibnul Qayyim berkata : Seandainya manusia mengetahui bahwa nikmat Allah yang ada di dalam bala’ itu tidak lain seperti halnya nikmat Allah yang ada didalam kesenangan maka niscaya hati dan lisannya akan selalu sibuk untuk mensyukurinya. (Lihat Syifaa’ul ‘Alil) 

Beliau juga mengatakan : Sesungguhnya Allah tidak memberi suatu keputusan (qadha’) bagi hamba-Nya yang mukmin kecuali keputusan itu baik baginya. Apakah keputusan itu menyakitkannya maupun menyenangkannya. Keputusan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya yang mukmin adalah pemberian, walaupun itu dalam bentuk tidak mengabulkan apa yang diminta hamba-Nya. Ia juga merupakan suatu nikmat meskipun dalam bentuk ujian dan bala’ (cobaan) yang diberikan-Nya adalah keselamatan bagi hamba-Nya walaupun itu dalam bentuk yang menyakitkan. (Madarijus Salikin).

Beliau juga berkata :  Jika saja Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menimpakan (kepada) hamba hamba-Nya berbagai ujian dan cobaan maka niscaya mereka akan bersikap sombong, angkuh dan zhalim.

Keempat : Wahab bin Munabih berkata : Sesunguhnya umat sebelum kamu, apabila salah seorang diantara mereka tertimpa bala, ia menganggapnya sebagai kemewahan dan apabila ia mendapat kemewahan ia menganggapnya sebagai bala. (Sairu al A’laam an Nubala’)

Beliau juga berkata :  Tidaklah seseorang itu dikatakan sebagai ahli fikih yang sempurna sehingga ia memahami bahwa cobaan adalah nikmat dan kesenangan adalah musibah. Hal itu karena setiap orang yang ditimpa bala pada hakikatnya sedang  menantikan (datangnya) kesenangan  dan setiap orang yang senang pada hakikatnya sedang menantikan (datangnya) musibah. (“Uddatu ash Shabirin). 

Kelima : Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : (1) Engkau wajib husnuzhan, berbaik sangka kepada Allah terhadap perbuatan Allah di muka bumi. (2) Engkau wajib meyakini bahwa apa yang Allah lakukan adalah untuk suatu hikmah yang sempurna. Terkadang akal manusia memahaminya terkadang tidak. (3) Maka janganlah ada yang menyangka bahwa jika Allah melakukan sesuatu di alam ini karena kehendakNya yang buruk.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (673)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar