Sabtu, 28 Mei 2016

JANGAN SUKA MENGUMBAR AIB



JANGAN SUKA MENGUMBAR AIB

Oleh : Azwir B. Chaniago

Jika seseorang  telah terlanjur melakukan kemaksiatan dimasa lalu janganlah menyebarkannya kepada manusia. Menceritakan aib dimasa lalu dianggap sebagai perbuatan menyebarkan kedurhakaan dan kekejian. Ketahuilah bahwa adab paling utama terhadap keburukan atau aib masa lalu adalah bertaubat dengan sebenar benar taubat. 

Sungguh memohon ampun dan bertaubat adalah untuk menghapus dosa dan keburukan dimasa lalu.  Allah Ta’ala memerintahkan orang orang yang beriman untuk bertaubat sebagaimana firman-Nya : “Wa tuubuu ilallahi jamiian aiyuhal mu’minuuna, la’allakum tuflihuun”. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung.  (Q.S an Nuur 31).

Memang terkadang kita melihat ada sebagian orang yang telah bertaubat dari kemaksiatannya dimasa lalu tetapi berbangga diri menceritakannya dihadapan orang banyak. Menceritakan kemaksiatan dimasa lalu adalah termasuk salah satu sikap tercela.

Rasulullah bersabda : “Seluruh umatku dimaafkan kecuali al mujaahiriin (orang yang menyebarkan perbuatan maksiatnya). Termasuk ijhaar adalah seorang hamba yang melakukan maksiat pada malam hari. Kemudian pada pagi harinya Allah menutupi aibnya. Namun ia malah berkata : Wahai Fulan. Aku telah melakukan begini dan begini tadi malam. Pada malam hari Allah menutupi aibnya tetapi keesokan harinya ia membuka penutup Allah dari aib dirinya”. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dari hadits diatas dapatlah diketahui bahwa orang orang yang mengumbar aib dirinya sendiri jelas sangat tercela dalam syariat Islam. Lalu bagaimana dengan seseorang yang mengumbar aib orang lain tentu jauh  lebih tercela dan membahayakan bagi dirinya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan orang beriman untuk tidak mengumbar aib saudaranya. Beliau bersabda : “Janganlah kalian mencari-cari kesalahan-kesalahan kaum muslimin, karena barang siapa yang mencari-cari kesalahan mereka maka Allah akan menelusuri kesalahan-kesalahannya, dan barang siapa yang ditelusuri kesalahannya oleh Allah maka Allah akan membongkarnya (meskipun) dia di rumahnya sendiri”  (H.R Abu Dawud)

Oleh karena itu seorang hamba haruslah menjaga kehormatan saudaranya yaitu antara lain dengan tidak mengumbar aibnya. Tidak boleh menceritakan aib saudaranya kepada orang lain.  Aib itu bisa berupa cacat dirinya, auratnya, kesalahan dan kekeliruan serta berbagai kekurangannya.

Allah berfirman : “Wahai orang orang yang beriman !. Jauhilah banyak prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari cari kesalahan orang lain. …(Q.S al Hujuraat 12).

Rasulullah bersabda : “Man satara akhaahul muslima fid dun-ya satarahullahu yaumal qiyaamah. ” Barang siapa menutup aib saudaranya di dunia, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari Kiamat. (H.R Imam Ahmad, lihat Shahihul Jami’)

Maka berbahagialah orang orang yang mampu menahan diri untuk tidak membicarakan aib saudaranya dan juga tidak membicarakan aibnya sendiri karena mengumbar aib sendiri apalagi aib orang lain  sungguh sangat tercela di sisi Allah Ta’ala. 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (683)  
  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar