Senin, 23 Mei 2016

MEMULIAKAN TAMU BERKAITAN DENGAN IMAN



MEMULIAKAN TAMU BERKAITAN DENGAN IMAN

Oleh : Azwir B. Chaniago
Dalam menjalani kehidupan ini kita terkadang kedatangan tamu. Tidak jarang pula kita bertamu kepada seseorang untuk sesuatu keperluan ataupun sekedar berkunjung guna memelihara hubungan kekeluargaan dan persaudaraan. 

Jika kedatangan tamu maka kewajiban seorang hamba adalah memuliakannya. Ketahuilah bahwa memuliakan tamu bukanlah sekedar basa basi dalam pergaulan dan bermasyarakat saja. Juga bukan sekedar agar dianggap sebagai orang yang ramah suka bergaul. Bukan, bukan itu saja.

Sungguh memuliakan tamu adalah suatu hal yang diperintahkan syariat dan juga diatur adab adabnya. Bahkan yang lebih penting lagi adalah bahwa memuliakan tamu berkaitan dengan iman seorang hamba. Rasulullah bersabda : Wa man kaana yu’miu billahi wal  yaumil aakhir fal yukrim dhaifah”. Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah dia memuliakan tamunya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Ketahuilah bahwa memuliakan tamu adalah kebiasaan para Nabi orang orang shalih, diantara contohnya adalah :

Pertama : Rasulullah salallahu ‘alahi wasallam selalu menerima utusan yang datang kepada beliau dengan baik dan memuliakannya. Pada satu waktu beliau kedatangan tamu dari utusan Abdul Qais lalu beliau berkata : “Marhaban bil wafdil ladziina jaa-uu ghaira khazaayaa wa laa nadaamaa”. Selamat datang para utusan yang datang tanpa kecewa dan tidak akan menyesal. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Beliau juga menghormati tamu meskipun anak beliau sendiri ataupun keluarga dekat. Aisyah berkata : Rasulullah berkata kepada Fatimah yang datang berkunjung kepada beliau : “Marhaban bi-ibnatii”. Selamat datang wahai putriku”. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Kedua : Nabi Ibrahim ‘alaihsalam ketika menerima tamu, patut dijadikan  contoh teladan bagi orang orang sesudahnya. Kisahnya tercantum dalam al Qur-an pada surat Huud, surat al Hijr dan surat adz Dzariyaat ayat 24-27 :“Sudahkah sampai  kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (Malaikat-Malaikat) yang dimuliakan. (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan:  Salamaan, Ibrahim menjawab : Salamuun (kamu) adalah orang orang yang tidak dikenal. Maka dia (Ibrahim)  pergi dengan diam diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar) lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata : Silahkan kamu makan”.   

Sebagian ulama mengatakan : Ayat diatas menghimpun adab memuliakan tamu dan pokok pokok kedermawanan yaitu : (1) Meskipun tamu Nabi Ibrahim datang dengan tiba tiba beliau langsung menjamu mereka. (2) Beliau menghidangkan sapi gemuk utuh (bukan hanya sebagian) yang telah dibakar. (3) Beliau sendiri yang menghidangkan dengan tangannya, bukan menyuruh pembantu. (4) Beliau mendekatkan jamuan untuk para tamu. (5) Beliau (dengan sangat sopan) mengatakan : Silahkan anda sekalian makan. (Min Akhlakil Anbiya’ DR bdul Aziz as Sadhan) 

Ketiga : Demikian pula, sikap yang terpuji ini juga ditunjukkan oleh para sahabat Anshar ketika menyambut tamu yaitu para sahabat Muhajirin. Ketika sahabat Muhajirin sampai di Madinah, para sahabat Anshar berlomba-lomba untuk menyambut dan menjamu mereka dengan sebaik-baiknya. Bahkan mereka lebih mengutamakan kebutuhan kaum Muhajirin daripada kebutuhan diri mereka sendiri, walaupun sebenarnya mereka sendiri pun sangat membutuhkannya. Sungguh dalam hal ini Allah Ta’ala telah memuji kaum Anshar yaitu sebagaimana diabadikan dalam al-Qur’an surat Al Hasyr 9. 

Ketahuilah bahwa suatu hal yang sangat bermanfaat dan tidak boleh diabaikan bagi seseorang jika kedatangan tamu adalah  melayani dan memuliakan dengan ikhlas dan mengharapkan pahala dari Allah tersebab sambutan baik yang dia lakukan serta dari makanan dan minuman yang dia hidangkan. 

Insya Allah bermanfaat bagi kia semua. Wallahu A’lam. (674)

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar