Minggu, 15 Mei 2016

EMPAT PILAR UNTUK MENDAPATKAN RIZKI YANG HALAL



EMPAT PILAR UNTUK MENDAPATKAN RIZKI YANG HALAL

Oleh : Azwir B. Chaniago

Allah telah mentakdirkan bahwa laki laki atau suami adalah pemimpin dalam rumah tangganya. Sebagai pemimpin maka laki laki diberi amanah yaitu berupa kewajiban dan tanggung jawab terhadap keluarga  yang dipimpinnya. Diantaranya adalah dia berkewajiban mencari rizki yang halal  untuk dirinya, keluarga dan orang yang dibawah tanggungannya. 

Allah Ta’ala berfirman : “Ar rijaalu qauwaamuuna ‘alan nisaa-i bimaa fadhdhalallahu ba’dhahum ‘ala ba’dhin wa bimaa anfaquu min amwaalihim”.  Laki laki (suami) itu pemimpin bagi wanita (isteri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki laki) atas sebagian yang  lain (wanita) dan karena mereka (laki laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. (Q.S an Nisaa’ 34).

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwasanya : “Kaum laki laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” maksudnya, dengan mengharuskan mereka untuk menunaikan hak hak Allah Ta’ala berupa pemeliharaan akan kewajiban kewajiban dari-Nya dan melarang mereka dari berbuat kerusakan. Laki laki wajib untuk menekankan hal tersebut kepada mereka (yang dipimpinnya). Dan laki laki juga adalah pemimpin mereka (keluarga) dengan memberikan nafkah kepada mereka berupa pakaian dan tempat tinggal. (Kitab Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

Untuk bisa menafkahi diri dan keluarganya maka seorang laki laki wajib  berusaha agar memperoleh rizki yang halal dan baik. Tidaklah rizki itu datang sendiri meskipun Allah telah menjamin rizki bagi semua makhluknya. Allah berfirman :  Allah menjamin rizki setiap makhluk-Nya. Allah berfirman : “Wa maa min daabbatin fil ardhi illaa ‘alallahi rizquhaa” Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. (Q.S Huud 6). 

Syaikh as Sa’di antara lain menafsirkan ayat ini bahwa semua (makhluk)  yang merayap dimuka bumi baik manusia, binatang didaratan atau dilautan maka Allah telah menjamin rizki dan makan mereka. Rizki mereka menjadi kewajiban Allah. Semuanya diliputi oleh ilmu Allah dicatat oleh pena-Nya. Berlaku padanya kehendak Allah dan manusia tetap harus yakin kepada Allah yang menjamin rizkinya.

Untuk memperoleh rizki yang halal dan baik maka paling tidak seorang hamba harus melalui empat pilar yaitu :

Pertama : Berusaha  mencari rizki yang halal.
Untuk itu maka wajib bagi seorang hamba  melakukan pekerjaan ataupun melakukan usaha usaha yang halal sebagaimana dituntunkan syariat. Tidak mengambil rizki yang syubhat apalagi yang haram. Sungguh Allah telah memperingatkan agar seseorang makan dari yang halal.  

Allah Ta’ala  berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu kuluu min thaiyibaati maa razaqnaakum, wasykuruu lillahi in kuntum iyyaahu ta’buduun”. Wahai orang-orang yang beriman ! Makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (Q.S. al Baqarah  172)

Jadi, seorang hamba tidak boleh bekerja dalam bidang-bidang yang dianggap oleh Islam sebagai kemaksiatan dan akan menimbulkan kerusakan. Diantara bentuk pekerjaan yang diharamkan oleh Islam adalah membuat patung, membuat dan mengedarkan khamr, berjudi atau bekerja dalam pekerjaan yang mengandung unsur judi, riba, suap-menyuap, sihir,  perdukunan, mencuri, merampok, menipu dan memanipulasi.  

Begitu pula dengan seluruh pekerjaan yang termasuk membantu perbuatan haram seperti menjual anggur kepada produsen arak, menjual senjata kepada orang-orang yang memerangi kaum muslimin, apalagi bekerja di tempat-tempat maksiat yang melalaikan ibadah dan merusak aqidah manusia. 

Kedua : Berdoa agar diberi rizki yang halal dan baik.
Inilah pilar kedua yakni setelah berusaha maka tidak boleh lupa berdoa memohon kepada Allah ar Razzaq, Maha Pemberi Rizki. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala  berjanji akan mengabulkan doa hamba hambaNya. Allah berfirman : “Wa qaala rabbukum ud’unii astajiblakum.” Dan Rabbmu berfirman  : Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (Q.S al Mu’min 60).

Diantara doa memohon rizki yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya adalah : 

(1) ”Warzuqnaa wa anta khairur raaziqiin. Berilah kami rizki dan Engkau sebaik baik pemberi rizki”.  (Q.S al Ma-idah 114).
(2) Doa yang biasa  dibaca oleh Rasulullah sebagai bagian dari   dzikir pagi beliau setelah shalat shubuh yaitu : “Allahumma inni ‘ilman nafi’an. Wa rizqan thaiyiban wa ‘amalan mutaqabbalan” Ya Allah aku bermohon ilmu yang bermanfaat,  dan rizki yang baik dan amalan yang diterima. (H.R Ibnu Majah, lihat Shahih Ibnu Majah).
(3) Allahumma inni as-alukal huda, wattuqaa, wal afaf wal ghina”Ya Allah aku bermohon kepada Engkau petunjuk, ketakwaan, kesucian (dijauhkan dari yang tidak halal dan tidak baik) dan berilah aku kecukupan.  (H.R Imam Muslim, dari Ibnu Mas’ud).   

Ketiga : Bertawakkal atau berserah diri kepada Allah.
Sungguh seorang hamba jika telah berusaha lalu berdoa maka dia berserah diri kepada Allah a’ala sehingga hatinya menjadi tenang.  Hasilnya terserah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya.

Allah berfirman: Wa yarzuqhu min haitsu laa yahtasib. Wa mai yatawakkal ‘alallahi fahuwa hasbuh”  Dan dia akan memberinya rizki dari arah yang tidak ia duga-duga. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya (Q.S. ath Thalaq 3).

Keempat : Qana’ah atau merasa cukup sebagai tanda bersyukur.
Rasulullah bersabda: “Wakum qani’an takun asykarannasi”  Dan jadilah kalian orang yang qana’ah niscaya engkau menjadi manusia yang bersyukur.  (H.R Ibnu Majah, dari Abu Hurairah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Orang yang qana’ah akan memperoleh ketenangan jiwa. Selalu yakin bahwa Allah akan mencukupinya. Rezki yang berkah karena ridha dengan apa dan seberapa yang Allah berikan. Fudhail bin Iyadh berkata: “Barangsiapa yang ridha dengan pemberian Allah kepadanya maka Allah akan memberkahi pemberian tersebut.”

Hakikat qana’ah adalah engkau ridha dan menerima berapapun yang diberikan Allah dalam kehidupan dunia ini, baik sedikit ataupun banyak. Engkau menyerahkan urusanmu kepada Allah. Engkau mengetahui dan yakin bahwa Allah lebih tahu dan lebih sayang terhadap dirimu daripada dirimu sendiri. (AbduIlah bin Ibrahim Dawud, Kitab al Qana’ah).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (664)





    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar