Kamis, 05 Mei 2016

AYAT AYAT AL QUR-AN TENTANG SHAUM RAMADHAN



AYAT AYAT AL QUR-AN TENTANG SHAUM RAMADHAN

Oleh : Azwir B, Chaniago

Kita mengetahui bahwa tentang shaum Ramadhan Allah sebutkan dalam al Qur-an pada surat al Baqarah  yaitu ayat 183, 184, 185 dan 187. Lalu pada  ayat 186 Allah Ta’ala  berfirman  tentang Allah dekat dengan hamba-Nya serta perintah berdoa kepada-Nya serta janji-Nya untuk mengabulkan doa.

Mari kita lihat lebih lanjut tentang urutan ayat ayat ini :

Pertama : Ayat 183 menyebutkan kalimat “Kutiba ‘alakumush shiyaamDiwajibkan atas kamu berpuasa

Kedua : Ayat 184 menyebutkan kalimat “Wa an tashuumuu khairul inkuntum ta’lamun”. Dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.  
  
Ketiga : Ayat 185 menyebutkan kalimat “Faman syahida minkumusy syahra fal yashumhu”. Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah

Keempat : Ayat 186 menyebutkan kalimat “Ujiibu da’watad daa’i idzaa da’aani”. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku.
Kelima : Ayat 187 menyebutkan kalimat “Uhilla lakum lailatash shiyaamir rafatsu ilaa nisaa-ikum. Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu.   
   
Jadi ayat 186 membicarakan tentang doa berada ditengah tengah ayat ayat tentang puasa dan Ramadhan. Bisa jadi ada yang bertanya : Kenapa ayat tentang doa adanya di antara ayat ayat tentang puasa ?. Iya memang begitu susunan ayatnya yang telah ditetapkan Allah Ta’ala.

Ketahuilah bahwa meskipun ayat 186 tidak berbicara tentang shaum, tetapi mempunyai kaitan dengan ayat  ayat tentang shaum dan ramadhan. Hal ini dijelaskan oleh para ahli tafsir :

Pertama : Imam Ibnu Katsir berkata : Dalam penyebutan ayat yang menganjurkan untuk senantiasa berdoa disela sela (ayat tentang) hukum puasa tersebut diatas, terdapat bimbingan untuk bersungguh sungguh dalam berdoa ketika menggenapkan bilangan hari hari puasa, bahkan setiap kali saat berbuka puasa. 

Dan terdapat pula satu hadits dalam musnad Imam Ahmad dan Sunan an Nasa’i, at Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda : “Tiga orang yang doanya tidak ditolak. Imam yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka dan orang yang dizhalimi. Allah akan menaikkan doanya tanpa terhalang oleh awan mendung pada hari Kiamat dan dibukakan baginya pintu pintu langit, dan Dia berfirman : demi kemuliaan-Ku, Aku pasti menolongmu meskipun beberapa saat lagi. Catatan : Ada ahli hadits yang mendha’ifkan hadits ini, Kitab Dha’iiful Jaami’  (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)

Kedua : Prof. DR Hamka berkata :  Cobalah kita perhatikan !. Ayat yang satu ini (ayat 186) terletak ditengah tengah, ketika membicarakan dari hal puasa dan hukum hukumnya. Dilihat sepintas lalu, seakan akan tidak ada hubungan ayat ini dengan  ayat sebelumnya. Pada hal erat sekali hubungan itu.

Sebab, kata beliau : Doa orang yang sedang berpuasa itu lebih dekat dikabulkan, sebagaimana hadits  yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam musnadnya yaitu dari Abdullah bin Umar, beliau berkata : Aku mendengar Rasulullah bersabda : “Lishsha-imi ‘inda ifthaarihi da’watan mustajaabah”. Bagi orang orang yang berpuasa itu saat dia berbuka ada doa yang mustajab. (Kitab Tafsir al Azhar)

Lalu berkaitan dengan doa yang antara lain disebutkan dalam ayat 186 ini, terkadang memang ada yang bertanya : Allah menyuruh berdoa dan berjanji pula untuk mengabulkannya. Tapi saya sudah sering berdoa namun belum dikabulkan juga. Pertanyaan ini mendatangkan pertanyaan balik yaitu : Darimana engkau tahu bahwa doamu tidak atau belum dikabulkan ?.

Bukankah Rasulullah telah menjelaskan dalam sabdanya : “Maa min muslimin bida’watin laisa fiihaa itsmun walaa qathii’atu rahimin illaa ‘athahullahu ihda tsalatsa : Imma an yu’ajjila lahu da’watahu, wa immaa  au yudakhkhirahaa lahu fiil akhirati, wa imma au yashrifa ‘anhu minas suu-i mitslihaa.”  Tidaklah seorang muslim berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa dan memutus silaturrahim, melainkan Allah akan menyegerakan  doanya untuk dikabulkan, atau Allah simpan untuknya di akhirat, atau Allah akan palingkan darinya keburukan yang semisalnya (H.R Imam Bukhari dalam Adab al Mufrad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)  
   
Apapun pilihan Allah buat hamba-Nya itulah yang terbaik bagi si hamba. Termasuk dalam hal ini adalah sekiranya doa  belum dikabulkan. Sufyan ats Tsauri berkata : Allah (apabila) mencegah dari sesuatu pada hakikatnya adalah pemberian dan nikmat. Tidaklah Dia mencegah sesuatu karena kebakhilanNya, bukan pula karena tidak punya, melainkan (karena) Dia melihat kebaikan bagi para hambaNya. Apabila Allah tidak memberi maka itu adalah atas dasar pilihan dan pandangan baik dari-Nya (Sebagaimana dinukil Imam Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin).

Oleh karena itu teruslah berdoa apalagi di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Andaikata memang doa kita belum dikabulkan maka berbaik sangkalah kepada Allah Ta’ala. 

Ketahuilah bahwa berdoa itu diperintahkan Allah Ta’ala dan sesuatu yang diperintahkan pastilah mendatangkan pahala jika dilakukan. Hal ini juga sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabda beliau :   “Innad du’aa-a huwal ‘ibadah” Sesungguhnya doa adalah ibadah. (H.R Imam Ahmad, at Tirmidzi dan Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad).

Sungguh doa sebagai ibadah saja telah mendatangkan pahala maka itupun telah bermanfaat bagi seorang hamba yang senantiasa berdoa.

Wallahu A’lam. (656) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar