Kamis, 10 Maret 2016

RIZKI SEMPIT ATAU LUAS ADA HIKMAHNYA



RIZKI SEMPIT ATAU LUAS PASTI ADA HIKMAHNYA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta’ala Maha Pemberi rizki
Salah satu dari nama nama  indah yang  dimiliki Allah Ta’ala adalah Ar Razzaq, Yang Maha Memberi Rizki. Sangatlah banyak ayat al Qur an dan juga as Sunnah yang menjelaskan tentang hal ini. Diantaranya dalam surat adz Dzaariat 58 disebutkan : “Innalaha huwar razzaaqu dzul quwwatil matiin” .Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi Rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.

Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Pencipta, Yang Maha Menggenggam, Yang Maha Membentangkan, Yang Maha Memberi Rizki dan Yang Maha Menentukan Harga. Dan aku berharap untuk bertemu Allah dalam keadaan tidak ada seorangpun menuntutku karena kezhaliman yang aku lakukan kepadanya dalam hal darah atau harta”  (H.R Imam Ahmad, bu Dawud, Ibnu Majah dan yang selainnya, dengan sanad yan shahih).

Allah menjamin rizki setiap makhluk-Nya. Allah berfirman : “Wa maa min daabbatin fil ardhi illaa ‘alallahi rizquhaa” Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. (Q.S Huud 6). 

Tidak mampu mengurus rizki tetap dapat rizki
Bahkan ada makhluk yang tidak mampu mengurus rizki baginya namun tetap memperoleh rizki dengan berbagai cara dan pengaturan dari Allah Ta’ala yaitu sebagaimana firman-Nya : “Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rizkinya sendiri. Allahlah yang memberi rizki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Q.S al Ankabuut 60).

Allah Ta’ala Sang Pencipta telah menjamin rizki seluruh makhluk, yang kuat maupun yang lemah. Betapa banyak “binatang melata”, di muka bumi ini yang lemah kekuatannya, rendah akalnya, “yang tidak dapat membawa (mengurus) rizkinya sendiri”. Dan tidak pula dapat menyimpannya, bahkan ia senantiasa tidak dapat dapat membawa rizkinya sedikitpun, namun Allah terus menyediakan rizki untuknya pada setiap saat sesuai dengan waktunya. (Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahman, Syaikh as Sa’di)
.
Rizki seseorang dilebihkan dari yang yang lain. 
Sungguh Allah Ta’ala adalah Dzat Yang Mahabijaksana. Dia memberikan rizki kepada seorang hamba tidaklah sama dengan hamba yang lain. Dia melebihkan rizki seseorang dari yang lain. Allah berfirman : “Wallahu fadhdhala ba’dhakum ‘alaa ba’din fir rizqi”. Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rizki. (Q.S an Nahal 71).

Melebihkan seseorang dari yang lain dalam hal rizki adalah juga merupakan tanda Kekuasaan Allah Ta’ala. Allah berfirman : “Dan tidaklah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rizki bagi yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi yang Dia kehendaki). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman. (Q.S az Zumar 52).

Allah berfirman : :Awalam ya’lamui annallaha yabsuthur rizqa li man yasyaa-u wa yaqdir”. Dan tidaklah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) menyempitkan (rizki itu). Q.S ar Ruum 37.

Ayat ayat ini menjelaskan bahwa perbedaan tingkat rizki manusia sudah merupakan ketentuan dan ketetapan Allah Ta’ala. Ini merupakan sunnatullah kauniyah qadariyah. Oleh karena itu sipapapun yang ada di muka bumi ini tidak akan mampu merubah dengan cara apapun. Allah berfirman : “Wa lan tajida li sunnatilahi tabdiilaa”. Dan kamu sekali kali tiada mendapati perubahan pada sunnah Allah. (Q.S al Ahzaab 62).

Rizki ditetapkan Allah Ta’ala sesuai ukuran dan hikmah-Nya.
Ketahuilah bahwa  merupakan hikmah yang sempurna jika Allah Ta’ala melapangkan atau menyempitkan rizki seorang hamba. Sungguh Allah Ta’ala memberikan rizki dengan kadar yang  paling tepat dan paling sesuai bagi seorang hamba. Allah berfirman :  “Dan sekiranya Allah melapangkan rizki kepada hamba hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh Dia Mahateliti terhadap (keadaan) hamba hamba-Nya, Maha Melihat. (Q.S asy Syuraa 27).

Sungguh Allah Ta’ala telah menetapkan untuk memberi rizki yang berbeda bagi setiap hamba sesuai dengan kadar yang paling tepat menurut kehendak-Nya. Diantara hikmahnya adalah sebagaimana dimaksud dalam firman-Nya dalam surat al Zukhruf 32 : “Apakah mereka yang membagi bagi rahmat Rabb-nya ?. Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabb-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.    

Para ulama yang mumpuni ilmunya, telah memberikan penjelasan pula  tentang ayat ini, diantaranya adalah : 

Pertama : Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di berkata : Dalam ayat ini terdapat peringatan atas hikmah Allah Ta’ala dalam melebihkan sebagian orang atas yang lain di dunia, agar mereka dapat mempergunakan sebagian yang lainnya, yaitu agar sebagian dari yang lain menguasa atas sebagian yang lain dalam tugas, pekerjaan dan perindustrian.

Andai semua orang sama dari segi kekayaan, pasti tidak ada yang saling memerlukan satu sama lain dan pasti banyak kepentingan dan manfaat mereka yang terbengkalai. Didalam ayat ini juga terdapat dalil bahwa nikmat agama lebih baik daripada nikmat duniawi. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).   

Kedua : Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin menambahkan penjelasan tentang hikmah dari perbedaan tingkatan rizki seorang manusia dengan manusia yang lainnya adalah : Agar orang kaya menghargai nikmat Allah (yang diberikan) padanya yang berupa keluasan rizki. Lalu ia pun mensyukuri-Nya atas  nikmat tersebut sehingga ia tergolong kedalam syaakirin yaitu orang orang yang bersyukur. Sementara orang yang fakir, Allah menguji mereka dengan kekurangan supaya ia dapat bersabar dan menggapai derajat shaabiriin yaitu orang yang bersabar. 

Syaikh Utsaimin menambahkan : Bahwa kemashlahatan kemashlahatan ini dan kemashlahatan lainnya tidak terwujud bila manusia setara dalam tingkatan rizkinya. Oleh karena itu Allah menentukan  rizki bagi mereka dan memerintahkan  orang berkecukupan untuk bersyukur dan berinfak dan memerintahkan orang fakir untuk bersabar dan menunggu kelapangan dari Allah Ta’ala.

Kewajiban kita, kata Syaikh Utsaimin,  adalah ridha kepada Allah sebagai Rabb, ridha terhadap pembagian dan takdir-Nya dan ridha kepada-Nya sebagai dzat Penentu untuk kita imani hikmah hikmah dan rahasia dari ketentuan ketentuan-Nya.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (598)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar