Minggu, 20 Maret 2016

MAKNA NAMA ALLAH AL HALIM



MAKNA NAMA ALLAH AL HALIM-MAHA PENYANTUN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Didalam al Qur an Allah Ta’ala memuji  nama nama-Nya  yang mulia dan menyifatinya dengan  kebaikan. Sungguh Allah Ta’ala telah menjelaskan hal ini  dalam firman-Nya : “Dan Allah memiliki Asmaa’ul Husnaa (nama nama yang terbaik, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa’ul Husnaa itu dan tinggalkanlah orang orang yang menyalah artikan nama nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S al A’raf 180). 

Allah berfirman : “Allahu laa ilaaha illaa huwa, lahul asmaa’ul  Husnaa”. (Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama nama yang terbaik. (Q.S Thaahaa 8)

Allah Berfirman : “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa. Dia memiliki nama nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (Q.S al Hasyr 24). 
  
Pada ayat ayat ini ada penyifatan tentang nama nama-Nya dengan kebaikan. Maksudnya nama nama tersebut sampai kepada puncak kesempurnaan dan kebaikan. Tidak ada yang lebih baik darinya dari segala segi. Bahkan nama nama tersebut memiliki kebaikan yang sempurna secara mutlak  dikarenakan dia adalah nama nama yang terbaik dan termulia. 

Salah satu nama Allah yang Mahaindah dan Mulia adalah AL HALIM yakni Maha Penyantun. Ini disebutkan  dalam al Qur an, diantaranya adalah :

Pertama : Dalam surat al Baqarah 235, Allah berfirman : Wa’lamuu innallaha ghafurun haliim”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun Maha Penyantun.
Kedua : Dalam surat al Ahzab 51. Allah berfirman : “Wa kaanallahu ‘aliiman haliimaa”. Dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Penyantun

Syaikh Abdurrazaq bin Muhsin al Badr,   antara lain menjelaskan bahwa   Al Halim yakni Maha Penyantun bermakna : Yang tidak menyegerakan hukuman bagi hamba hamba-Nya karena dosa dosa dan maksiat mereka. Allah melihat hamba hamba-Nya kufur dan durhaka kepada-Nya. Tetapi Dia bersifat santun terhadap mereka dan menangguhkan (hukuman). Dia mengamati dan menunda serta tidak menyegerakan.

Bahkan Dia masih terus saja melimpahkan berbagai kenikmatan kepada mereka walaupun mereka sering durhaka serta banyak melakukan dosa dan kesalahan. Dia bersikap santun dan tidak langsung membalas orang orang yang bermaksiat lantaran perbuatan maksiat mereka. Dia memberikan tenggang waktu hingga mereka bertaubat dan Allah tidak menyegerakan hukuman agar mereka mau kembali kepada Allah.

Syaikh menambahkan bahwa : Meskipun ada kesyirikan dari mereka terhadap Allah Ta’ala, mereka terperosok ke dalam perbuatan yang dapat menimbulkan murka-Nya, bahkan semangat menyelihi-Nya, memerangi agama-Nya atau memusuhi para wali-Nya, tetapi masih saja Dia bersikap santun kepada mereka. Bahkan membawakan aneka ragama kebaikan untuk mereka, memberi rizki dan memaafkan mereka. 

Sebagai mana dalam ash Shahih dari hadits Abu Hurairah dari Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya, bahwasanya Dia berfirmn : “Anak keturunan Adam mencela-Ku, dan tidak sepatutnya dia mencelak-Ku. Dan dia mendustakan-Ku dan tidak sepatutnya hal itu baginya. Adapun celaannya adalah ucapannya : Sesunggunya (dikatakan) Aku memiliki anak. Sedangkan ia mendustakan-Ku adalah perkataannya : Dia (Allah) tidak dapat mengembalikanku sebagaimana Dia telah menciptakanku”

Rasulullah bersabda : “Laisa ahadun au laisa syai-un ashbara ‘alaa adza sami’ahu mnallahi, innahum layad’uuna lahu waladan, wa innahu layu’aa fiihim wa yarzuquhum”.  Tidak ada seorangpun atau tidak ada sesuatupun yang lebih sabar dengan gangguan yang ia dengar daripada Allah. Sesungguhnya mereka berseru bahwa Allah memiliki anak, namun Dia masih saja memaafkan mereka dan memberikan rizki kepada mereka”. (H.R Imam Bukhari). 

Imam Ibnul Qayyim berkata : Meskipun Allah dicela dan didustakan seperti itu tetapi tetap saja Dia memberi rizki  kepada orang yang mencela dan mendustakan-Nya dan juga memaafkannya, membelanya, mengajaknya untuk masuk ke surga-Nya, menerima taubatnya apabila ia bertaubat kepada-Nya. Dia mengganti keburukannya dengan kebaikan. Berbuat lemah lembut kepadanya pada setiap keadaan, mempersiapkannya untuk menerima risalah para rasul-Nya. Dia menyuruh para rasul-Nya untuk berlemah lembut dalam berbicara dan bersikap kepadanya. 

Begitulah Allah al Halim, Yang Maha Penyantun kepada hamba hamba-Nya. Diantara contohnya adalah sikap santun Allah Ta’ala kepada Fir’aun yang begitu dahsyat kezhaliman dan keangkuhannya di bumi ini serta kerusakan yang telah dia perbuat terhadap makhluk.

Allah Ta’ala telah menyuruh Nabi Musa dan Harun untuk memberi nasehat kepada Fir’aun dengan lemah lembut, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya : “Idzhabaa ilaa fir’auna innahuu taghaa. Fa quulaa lahuu qaulan laiyinan la’allahuu yatadzakkaru au yakhsyaa”. Pergilah engkau berdua kepada Fir’aun karena dia benar benar telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata kata yang lemah lembut, mudah mudahan dia sadar atau takut. (Q.S Thaha 43-44).

Demikianlah diantara makna nama Allah al Halim. (Lihat Kitab Fiqih Asma’ul Husna, Syaikh Abdurrazzaq bin Muhsin al Badr.)

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.  (608)     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar