Jumat, 17 Oktober 2014

SETELAH TAUBAT NASUHA



SETELAH TAUBAT NASUHA

Oleh Azwir B. Chaniago

Seorang hamba selalu merasa banyak dosa. Oleh sebab itu maka dia akan senantiasa  minta ampun kepada Allah Ta’ala, bertaubat bahkan dengan sebenar benar taubat atau taubat nasuha. Lalu setelah bertaubat, maka seorang hamba haruslah berbaik sangka kepada Allah bahwa dosanya yang telah lalu sudah diampuni.
Husnuzhan itu adalah sikap yang  baik. Namun ketahuilah bahwa setelah bertaubat masih perlu adanya kemauan yang kuat untuk  :

Pertama : Menjadi lebih baik.
Seorang yang telah bertaubat harus mengiringi taubatnya dengan menjadi pribadi yang  lebih baik. Menjadi lebih baik dalam aqidahnya, ibadahnya, akhlaknya dan juga muamalahnya. Ini merupakan salah satu tujuan dari taubat nasuha yang telah dilakukannya. Seolah olah dia menjadi diri yang baru. Sangat berbeda dengan keadaannya sebelum bertaubat. Taubat yang telah dilakukannya haruslah menjadi langkah awal perubahan yang besar dalam kehidupannya. 

Hendaklah seorang yang sudah bertaubat memperhatikan hal ini dengan sungguh sungguh. Seandainya seorang hamba mengaku telah taubat dengan taubat nasuha maka lalu tidak ada perubahan dari keadaan sebelumnya maka lebih baik dia mengulangi lagi taubatnya dengan lebih bersungguh sungguh.

Kedua : Mengganti keburukan dengan kebaikan.
Allah berfirman : …Innal hasanaati yudzhibnas saiyi-at…  Sesungguhnya perbuatan perbuatan baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan perbuatan yang buruk … (Q.S Huud 114).

Rasulullah bersabda : “ …Wa atbi’is saiyiatal hasanata tamhuhaa …Dan iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya ia (kebaikan) akan menghapuskannya (keburukan)… (H.R Imam Ahmad, at Tirmidzi dan al Baihaqi).

Orang yang telah bertaubat pastilah mengetahui bahwa sebelumnya dia banyak berbuat dosa. Maka setelah bertaubat seharusnya dia banyak berbuat kebaikan. Sebelumnya dia banyak berbuat maksiat maka dia harus menggantinya dengan banyak melakukan ketaatan. Jika sebelumnya dia banyak berbohong maka dia harus menggantinya dengan melazimkan sikap jujur pada dirinya. Jika sebelum bertaubat dia memiliki sikap sombong maka setelah bertaubat dia harus melazimkan sikap tawadhu’ atau rendah hati. dan yang lainnya.

Ketiga : Menutup aibnya dimasa lalu.
Jika seseorang telah bertaubat dari berbagai dosa dan maksiatnya dimasa lalu, maka wajib baginya untuk menutup semua aib atau keburukannya itu. Dia haruslah berusaha menyembunyikannya. Jangan pernah sekalipun menceritakannya kepada orang lain. Sungguh ini adalah salah satu adab bertaubat.

Seorang yang telah melakukan kemaksiatan dimasa lalu jangan menyebarkannya kepada manusia. Menceritakan aibnya dimasa lalu dianggap sebagai perbuatan menyebarkan kedurhakaan dan kekejian. Memang terkadang kita melihat ada sebagian orang yang telah betul betul bertaubat dari suatu kemaksiatan lalu berbangga diri menceritakannya dihadapan orang banyak. Menceritakan kemaksiatan dimasa lalu adalah suatu sikap tercela. Berusahalah menghindarinya.

Rasulullah bersabda : “Seluruh umatku dimaafkan kecuali al mujaahiriin (orang yang menyebarkan perbuatan maksiatnya). Termasuk ijhaar adalah seorang hamba yang melakukan maksiat pada malam hari. Kemudian pada pagi harinya Allah menutupi aibnya. Namun ia malah berkata : Wahai Fulan. Aku telah melakukan begini dan begini tadi malam. Pada malam hari Allah menutupi aibnya tetapi keesokan harinya ia membuka penutup Allah dari aib dirinya”. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dengan demikian maka menjadi wajib bagi setiap hamba untuk tidak membuka aibnya sendiri dengan menceritakan perbuatan maksiat yang telah dilakukannya.

Keempat : Selalu memperbaharui taubat.
Seorang hamba yang telah bertaubat bahkan dengan taubat nasuha dia hendaknya tetap memperbaharui taubatnya setiap saat, karena seorang hamba tidak terbebas dari dosa. Perhatikanlah  firman dalam sebuah    hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa manusia berbuat dosa siang dan malam artinya terus dan sering berbuat dosa meskipun sudah bertaubat.
Allah berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum tukhti-una bil laili wan nahar” Wa ana aghfiru dzunuuba jamii’a. Fastaghfiruni, aghfirlakum”. Wahai hamba hambaku, sesungguhnya kalian berbuat dosa (kesalahan) siang dan malam. Dan Aku Mahapengampun, semua dosa. Minta ampunlah kepadaKu, Aku akan ampuni kalian.
Ketahuilah bahwa seorang hamba yang menyempurnakan taubatnya,  maka insya Allah dia akan termasuk dalam golongan yang disebutkan dalam firman Allah :
Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka  kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, Maka Sesungguhnya Dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. (Q.S. al Furqaan 70-71).
Allahu a’lam. (91)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar