Selasa, 21 Oktober 2014

QANA'AH TANDA BERSYUKUR


QANA’AH SEBAGAI TANDA BERSYUKUR

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.
Bersyukur hukumnya wajib bagi setiap muslim. Allah berfirman: “Dan (ingatlah)  ketika Rabbmu memaklumkan sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti  Kami menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmatKu) maka sesungguhnya azabKu amat pedih”. (Q.S Ibrahim 7)

Iman Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa maksud  ayat ini adalah perintah untuk bersyukur dan diiringi dengan ancaman jika tidak bersyukur. Ancaman Allah adalah kalau tidak bersyukur maka akan diberi azab yang pedih yaitu:

Pertama : Didunia bisa berbentuk diambilnya nikmat tersebut atau diambil berkahnya.
Kedua : Diakhirat akan diazab karena tidak mau bersyukur.

Qana’ah salah satu tanda bersyukur.
Sungguh sangat banyak cara atau jalan untuk bersyukur. Salah satunya adalah dengan melazimkan dan memelihara sikap qana’ah. Rasulullah bersabda: “Wakum qani’an takun asykarannasi” Dan jadilah kalian orang yang qana’ah niscaya engkau menjadi manusia yang bersyukur.  (H.R Ibnu Majah, dari Abu Hurairah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Makna dan hakikat qana’ah.
Imam Ibnu Sunni berkata :Qana’ah adalah sikap ridha terhadap pemberian.
Imam Raghib al Ashfani berkata : Qana’ah adalah merasa cukup dengan yang sedikit dari sesuatu yang dibutuhkan.
Imam Ali al Jurjani berkata : Qana’ah secara bahasa maknanya adalah ridha terhadap pemberian. Dan ada pula yang mengatakan makna qana’ah adalah mencukupkan diri dan tidak meminta-minta.

Hakikat qana’ah adalah engkau ridha dan menerima berapapun yang diberikan Allah dalam kehidupan dunia ini, baik sedikit ataupun banyak. Engkau menyerahkan urusanmu kepada Allah. Engkau mengetahui dan yakin bahwa Allah lebih tahu dan lebih sayang terhadap dirimu daripada dirimu sendiri. (AbduIlah bin Ibrahim Dawud, Kitab al Qana’ah).

Keutamaan qana’ah
Orang yang qana’ah akan memperoleh ketenangan jiwa. Selalu yakin bahwa Allah akan mencukupinya. Rezki yang berkah karena ridha dengan apa dan seberapa yang Allah berikan. Fudhail bin Iyadh berkata: “Barangsiapa yang ridha dengan pemberian Allah kepadanya maka Allah akan memberkahi pemberian tersebut.”

Ketahuilah bahwa qana’ah adalah bagian dari takwa. Ali bin Abi Thalib berkata : Takwa adalah takut kepada Allah, beramal sesuai dengan wahyu (al-Qur’an dan  as Sunnah),  qana’ah dengan yang sedikit dan selalu mempersiapkan diri menghadapi hari pembalasan.

Qana’ah hanya untuk urusan dunia.
Ketahuilah bahwa sikap qana’ah  hanya dipakai dalam perkara dunia saja. Qana’ah adalah untuk hal-hal yang sifatnya akan punah dan hilang, yaitu perkara yang bersifat duniawi dan segala kenikmatannya.

Rasulullah bersabda: “Unzuruu ilaa man asfala minkum.  Walaa tanzuru ila man huwa fauqakum. Fahuwa ajdaaru alla tardaru ni’matallah” Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan janganlah kalian melihat orang yang di atasmu, karena hal itu akan lebih menjadikan kamu tidak meremehkan nikmat Allah  (H.R. Iman Muslim)
Hadits ini adalah untuk perkara dunia seperti harta, kedudukan, pangkat dan jabatan yang pada waktunya akan punah.

Tanda qana’ah terhadap harta
Seorang yang qana’ah atau merasa cukup dengan pemberian Allah maka dia (1) tidaklah rakus untuk mendapatkan tambahan yang sebenarnya tidak diperlukan. (2) Tidak memaksa-maksakan diri dalam mencarinya apalagi dari sumber yang tidak jelas. (3) Tidak mau meminta-minta, sehingga terjaga kehormatan diri. (4) Selalu merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah sedikit atau banyak.

Fastabiqul khairat untuk urusan akhirat.
Ketahuilah bahwa untuk urusan akhirat tidak ada istilah qana’ah, tapi haruslah fastabiqul khairat. Berlomba lomba dalam mengejar kebaikan. Ada tiga hal kiranya bisa kita ambil manfaat darinya.

Pertama : Jangan pernah merasa cukup atau qana’ah dalam hal menjaga dan melakukan ketaatan atau beribadah kepada Allah.
Kedua : Jangan ada ruang untuk merasa cukup atau qana’ah dalam urusan akhirat seperti mencari ilmu yang bermanfaat, beribadah, berakhlak mulia, berbuat baik dan yang lainnya.
Ketiga : Ketahuilah bahwa para sahabat, tabiin, tabiut tabiin serta orang-orang shalih tidak pernah merasa kenyang apalagi bosan, dalam menuntut ilmu, beribadah dan berbuat baik.
 
Bagaimana kenyataan yang ada.

Pertama : Untuk perkara dunia.
Kita melihat sebagian manusia zaman sekarang  (1) Selalu merasa kurang, tidak pernah merasa cukup (2)Punya harta yang banyak, merasa masih sedikit. (3) Senantiasa melihat orang yang diatasnya dalam hal harta dan kenikmatan dunia. (4) Banyak mengeluh sebagai tanda tidak ridha dan tidak puas. (5) Sibuk dengan harta dan kenikmatan dunia, sibuk mencari harta dunia. (6) Sibuk dalam menghitung-hitung harta yang telah dan akan dikumpulkan (7) Sibuk memelihara harta. (8) Sibuk dalam melipat gandakan harta. (9) Sibuk dalam membelanjakan harta. Akibatnya bisa melalaikan dirinya untuk beribadah.

Kedua : Untuk perkara akhirat.
Kita melihat sebagian manusia zaman sekarang (1) Merasa sudah cukup dengan ilmu agamanya, sehingga tidak bersemangat lagi belajar. Bahkan dalam ilmu agama ada manusia yang tidak tahu bahwa dia tidak tahu. Atau berlagak tahu, sok tahu. (2) Merasa sudah cukup dengan amalnya sehingga tidak ada upaya untuk memperbaiki dan meningkatkannya. (3) Merasa sudah banyak berbuat kebaikan sehingga tidak mau meningkatkannya. (4) Merasa tidak perlu mendakwahkan ilmunya meskipun sedikit dan semampunya.
Sungguh,  tulisan tidak dalam rangka memojokkan siapapun. Semuanya berangkat dari semangat untuk saling menasehati dan saling mengingatkan. Mudah mudahan ada manfaatnya.

Wallahu a’lam. (100)

1 komentar: