Selasa, 31 Agustus 2021

PERBUATAN RIYA SALAH SATU PENYEBAB AMALAN TERHAPUS

PERBUATAN RIYA SALAH SATU PENYEBAB AMALAN TERHAPUS

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Negeri asal kita adalah surga karena nenek moyang kita berasal dari sana. Dengan izin Allah kita kembali ke negeri asal kita dengan selamat dengan membawa bekal yaitu amal shalih atau kebaikan yang kita lakukan di dunia dengan landasan iman. Allah Ta’ala berfirman : 

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ

Sungguh, orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka akan mendapat surga yang mengalir di bawahnya sungai sungai, itulah kemenangan yang agung. (Q.S al Buruj 11).

Sungguh sangatlah banyak hamba hamba Allah bersemangat melakukan melakukan amal shalih yaitu berbagai kebaikan yang disyariatkan. Ingatlah bahwa seseorang yang melakukan amal shalih, haruslah dengan tujuan mencari ridha Allah Ta’ala. Bukan karena tujuan lain. Inilah yang disebut beramal dengan ikhlas.

Allah telah mengingatkan hamba hamba-Nya untuk beramal dengan ikhlas, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya : 

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. Al Baiyinah 5).

Syaikh as Sa’di menjelaskan bahwa memurnikan ketaatan kepadaNya  bermakna mencari Wajah Allah dalam seluruh ibadah baik yang zhahir maupun yang bathin serta ingin mendekat disisi-Nya. (Tafsir Karimir Rahman).

Ketahuilah bahwa jika seseorang beramal bukan karena mencari wajah Allah tetapi untuk selain-Nya  maka dia jatuh kepada sifat riya. Sifat riya dalam beramal shalih adalah kerugian besar karena bisa menghapus amal. Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

 

Wahai orang-orang yang beriman !. Janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S al Baqarah 264). 

Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : Ia (orang yang riya) melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala hanya ingin mengambil perhatian orang lain dan agar mendapat nama di tengah tengah masyarakat, bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah. 

Ia bersedekah karena ingin dikatakan dermawan, menyempunakan shalatnya agar orang mengatakan shalatnya bagus dan lain lain. Seharusnya ibadah hanya untuk Allah akan tetapi menginginkan dengan itu pujian dari orang lain. Mereka mendekatkan diri kepada manusia dengan cara melaksanakan ibadah kepada Allah Ta’ala. Seperti inilah yang disebut riya. (Tafsir Juz ‘Amma).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.435)

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar