Sabtu, 14 Agustus 2021

AMAL SEORANG HAMBA DITERIMA KARENA IKHLAS DAN ITTIBA'

 

AMAL SEORANG HAMBA DITERIMA KARENA IKHLAS DAN ITTIBA’

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Tidak ada perbedaan pendapat diantara orang orang yang mumpuni  ilmunya tentang syarat paling penting untuk   diterimanya amalan seorang hamba yaitu :

Pertama : Ikhlas, yaitu melakukan suatu amalan semata mata untuk mencari ridha Allah Ta’ala.

Kedua : Ittiba’ yaitu dilakukan sesuai dengan apa yang disyariatkan sebagaimana diajarkan dan dicontohkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasalam dalam sunnahnya.

Tentang hal ini, diantaranya dijelaskan Allah Ta’ala dalam firman-Nya :

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Rabb-nya maka hendaklah dia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabb-nya. (Q.S al Kahfi 110).

Imam Ibnu Katsir berkata : Maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih yaitu yang sesuai dengan syariat. Dan janganlah ia menyekutukan Rabb-nya dalam beribadah dengan sesuatupun. Yaitu hanya menghendaki ridha Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dua hal ini adalah dua rukun amal  yang diterima. Amalan itu harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah Ta’ala dan benar benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah Salallahu’alaihi Wasallam. (Tafsir Ibnu Katsir).

Al Imam Ibnul Qayyim berkata : Sebagian orang salaf mengatakan bahwa tidak ada satu perbuatan pun meskipun kecil KECUALI PELAKUNYA AKAN DITANYA, : (1) Mengapa engkau mengerjakannya. (2) Dan bagaimana engkau mengerjakannya.

Pertanyaan pertama : Mengenai sebab dan faktor pendorong dari amalan tersebut. Apakah untuk kepentingan pribadi dan tujuan duniawi berupa cinta pujian manusia dan takut akan celaan manusia. Juga untuk mendapatkan kesenangan sementara serta untuk menghindari kesukaran sementara kesulitan yang bersifat sementara juga. Ataukah faktor yang mendorong melakukan amalan tadi dalam rangka MENJALANKAN KEWAJIBAN KEPADA ALLAH, mendekatkan diri kepada-Nya, mengharap ridha dan cinta-Nya ?.

Pertanyaan kedua : Mengenai mengikuti tuntunan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dalam ibadah yaitu apakah amalan yang engkau lakukan sesuai dengan apa apa yang Aku syariatkan melalui lisan Rasul-Ku ataukah amalan yang tidak Aku syariatkan dan tidak Aku ridhai ?.    

Pertanyaan pertama berkaitan dengan KEIKHLASAN sedangkan pertanyaan yang kedua berkenaan dengan ITTIBA’. Allah Ta’ala tidak menerima amalan, kecuali dengan kedua syarat tersebut.

Jalan untuk selamat dari pertanyaan pertama adalah dengan ikhlas semata mata dan jalan selamat dari pertanyaan kedua adalah dengan merealisasikan ittiba’. (Ighatsatul Lahfan, sebagaimana dikutip dalam Kitab Tepat Memberi Nasehat).

Selanjutnya, diantara dalil yang juga mencakup dua hal ini yaitu tentang ikhlas dan ittiba’  adalah sebagaimana dijelaskan Allah Ta’ala dalam firman-Nya 

 

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia mengerjakan kebaikan. (Q.S an Nisa’ 125)

Syaikh as Sa’di berkata : Maksudnya, tidaklah ada seorangpun yang paling baik agamanya daripada seorang yang menyatukan antara keikhlasan kepada Dzat yang disembah yaitu penyerahan diri hanya untuk Allah yang menunjukkan akan penyerahan hati, penghadapannya, kembalinya, keikhlasannya dan penghadapan wajah serta seluruh anggota tubuh kepada Allah Ta’ala. 

Sedangkan dia pun disamping keikhlasan dan penyerahan diri tersebut dia mengerjakan kebaikan yaitu mengikuti syariat Allah yang telah Allah utus rasul rasul dengannya dan telah Allah turunkan kitab kitab-Nya dan Allah jadikan hal itu sebagai jalan bagi makhluk makhluk-Nya yang terpilih dan pengikut pengikut mereka. (Kitab Tafsir Karimir Rahman).

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah tetap menjaga keikhlasan dan ittiba’ dalam melakukan setiap amal shalih sehingga benar benar bernilai di sisi Allah Ta’ala. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.409) 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar