Minggu, 01 November 2015

LAPANG DADA MENERIMA PERBEDAAN



LAPANG DADA MENERIMA PERBEDAAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Semua orang mengetahui  bahwa dalam menjalankan agama ini terutama dalam ibadah ada kemungkinan perbedaan pendapat antara satu orang dengan yang lainnya. Tapi ketahuilah bahwa perbedaan itu sudah ada sejak dahulu bahkan sudah ada pada zaman sahabat. Oleh karena itu diperlukan sikap  berlapang  dada dan bijak dalam menyikapi perbedaan. Jangan suka mencela atau meremehkan karena sesuatu yang berbeda. Bisa jadi kita benar orang lain salah ataupun sebaliknya.

Jika ada perbedaan pendapat terutama dalam hal cara beribadah, maka sangatlah dianjurkan untuk bersikap bijak, diantaranya :

Pertama : Terhadap diri sendiri.  Selalu berusaha mencari pendapat yang benar atau yang lebih kuat dalilnya.

Kedua : Terhadap orang lain yang berbeda. Jangan  meremehkan pendapat orang lain. Kalau merasa benar jangan memaksakan sesuatu kebenaran yang mungkin sudah kita ketahui.

Ketiga : Terhadap diri dan orang yang berbeda. Berdoalah : Ya Allah kalau saudaraku itu benar, beri aku petunjuk untuk mengikutinya. Kalau dia salah, beri dia petunjuk untuk melakukan yang benar. 

Syaikh Said bin Jubair, seorang Tabi’in senior, ahli tafsir, murid  Ibnu Abbas, jika melihat seseorang yang beribadah berbeda dengan yang ia ketahui maka beliau berusaha mencari tahu kenapa berbeda. Beliau tidak mencela, tapi berbaik sangka. 
Beliau berkata dalam hati :

Pertama : Mungkin orang ini tidak tahu atau belum tahu.

Kedua : Mungkin orang ini lupa.

Ketiga : Mungkin orang ini terpaksa.

Keempat : Mungkin orang ini lebih tahu dari pada saya.

Padahal beliau adalah ahli fiqih dan ahli tafsir tapi beliau tidak serta merta mengatakan bahwa beliau yang benar sedangkan orang lain salah.

Sungguh Allah Ta’ala telah memberi petunjuk yang sangat jelas bagaimana menyikapi perbedaan pendapat sebagaimana firman-Nya :  ”Fain tanaaza’tum fii syai-in fa rudduuhu Ilallahi warrasuuli inkuntum tu’minuuna billahi wal yaumil aakhiri, dzaalika khairun wa ahsanu ta’wiilaa” Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah (kepada al Qur-an) dan Rasul (kepada sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.  (Q.S an Nisa’ 59)

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi petunjuk kepada kita semua agar bersikap bijak, lapang dada dan mengembalikan setiap perbedaan kepada  al Qur-an dan as Sunnah dengan pemahaman shalafush shalih.

Wallahu A’lam. (450)

1 komentar: